Penetapan Kadar Tablet Hasil Uji Disolusi Tablet

Model plot respon waktu hancur tablet ditunjukkan pada gambar 9. Keterangan: Y = respon waktu hancur A = komponen propilen glikol B = komponen Amprotab ® = Design point = Confidence interval = Tolerance interval Gambar 9. Model plot respon waktu hancur tablet Nilai positif sebesar 1016,608 menunjukkan komponen propilen glikol menaikkan waktu hancur tablet. Kenaikkan itu dapat diakibatkan oleh adanya ikatan hidrogen dari komponen propilen glikol yang memiliki gugus hidroksil sehingga menaikkan kekompakan tablet Nagabandi et al., 2011. Amprotab ® memiliki nilai positif sebesar 0,072. Interaksi antara propilen glikol-Amprotab ® diketahui menurunkan waktu hancur dengan nilai -5,141. Hal tersebut diduga disebabkan dalam teknik likuisolid, serbuk akan menyerap pelarut non-volatil larut air yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan kemampuan terbasahi dari sediaan tablet likuisolid Balaji et al., 2014. Berdasarkan hasil data waktu hancur tablet diketahui bahwa semua formula memeiliki waktu hancur yang baik yaitu waktu hancur tablet kurang dari 15 menit Dirjen POM, 2014. Waktu hancur kedelapan formula berkisar antara 51,58 sampai 60,47 detik.

C. Penetapan Kadar Tablet

Penetapan kadar tablet dilakukan untuk mengetahui kadar sebenarnya dari tablet yang berhasil dicetak. Penetapan kadar tablet glibenklamid menggunakan spektrofotometer UV dengan pelarut metanol. Hasil penetapan kadar tablet adalah sebagai berikut: Tabel VI. Hasil penetapan kadar tablet likuisolid glibenklamid Formula Kadar tablet glibenklamid x±SD n=3 CV R1 103,3±1,04 1,01 R2 105,2±1,27 1,21 R3 104,9±2,92 2,79 R4 100,1±2,61 2,61 R5 106,1±3,09 2,91 R6 102,9±4,70 4,57 R7 104,9±2,30 2,19 R8 106,6±2,51 2,35 Hasil penetapan kadar dalam tablet likuisolid glibenklamid memenuhi persyaratan mengandung glibenklamid tidak kurang dari 90 dan tidak lebih dari 110 United States Pharmacopeial Convention, 2014.

D. Hasil Uji Disolusi Tablet

1. Panjang gelombang maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum digunakan untuk mendapatkan pengukuran yang lebih sensitif terhadap perubahan konsentrasi larutan yang diuji. Hasil penentuan panjang gelombang yang didapat adalah 204,5 nm. Hasil panjang gelombang glibenklamid pada medium buffer fosfat pH 8,5 ditunjukkan pada gambar 10. Penetapan kadar pada panjang gelombang maksimum akan memberikan hasil yang lebih sensitif terhadap perubahan konsentrasi. Gianitto dkk, dalam penelitiannya menemukan glibenklamid dalam medium disolusi buffer fosfat terdeteksi pada panjang gelombang maksimum 204,5 nm. Dengan demikian dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disimpulkan bahwa panjang gelombang 204,5 nm dapat digunakan untuk uji disolusi glibenklamid dalam media buffer fosfat. Gambar 10. Spektrum UV glibenklamid dalam media disolusi 2. Kurva baku uji disolusi Dilakukan pembuatan kurva baku glibenklamid menggunakan pelarut media disolusi buffer fosfat pH 8,5 dengan panjang gelombang 204,5 nm pada spektrofotometer UV. Grafik kurva baku dari seri yang dibuat ditunjukkan pada gambar 11. Gambar 11. Grafik kurva baku glibenklamid dalam buffer fosfat pH 8,5 n=1 y = 100,07x + 0,0171 r=0,995 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007 0,008 A b so rb a n si Konsentrasi mgmL Pada gambar 11 diketahui serapan seri kurva baku berada pada range 0,2- 0,8. Serapan pada pengujian spektrofotometri hendaknya berada pada rentang 0,2 sampai 0,8, karena pada rentang tersebut diketahui memiliki persen kesalahan yang lebih kecil Gandjar dan Abdul, 2009. Persamaan regresi linier kurva baku glibenklamid dalam media buffer fosfat adalah y=100,07x + 0,0171 dengan nilai r=0,995. Menurut Miller et al. 2010, nilai r yang dianjurkan untuk sebuah analisis dengan menggunakan persamaan regresi linier adalah mendekati 1 atau diatas 0,99. 3. Uji disolusi tablet Uji disolusi digunakan untuk menggambarkan proses pelepasan obat dalam tubuh. Obat setelah diminum akan mengalami proses disintegrasi lalu disolusi dan diserap ke dalam sistem sirkulasi dan kemudian diantarkan ke tempat kerjanya. Semakin cepat dan besar disolusi maka semakin cepat dan besar obat memberikan efek. Menurut USP XXXVII, uji disolusi tablet glibenklamid dilakukan dengan menggunakan alat tipe II tipe dayung dalam medium buffer fosfat pH 8,5. Pada penelitian ini dilakukan pembacaan pada menit 5, 10, 15, 30 dan 45 untuk melihat profil pelepasan disolusi. Profil disolusi tablet likuisolid glibenklamid dari menit ke-0 sampai menit ke-45 dapat dilihat pada gambar 12. Profil menunjukkan R2 memiliki Q 30 yang paling tinggi yaitu 79. Sedangkan yang memiliki Q 30 yang paling rendah adalah R1 dan R6 yaitu 69 dan 70. Keduanya memiliki pelepasan yang paling rendah diduga karena jumlah pelarut propilen glikol yang digunakan pada kedua formula tersebut merupakan yang paling rendah yaitu 5 mg. Gambar 12. Grafik profil pelepasan disolusi tablet likuisolid glibenklamid n=6 Pada teknik likuisolid peningkatan disolusi dikarenakan adanya pelarut non-volatil yang berperan untuk meningkatkan luas area obat, meningkatkan kelarutan, dan meningkatkan kemampuan terbasahi dari obat yang diformulasikan. Semakin sedikit pelarut yang digunakan maka diduga akan semakin rendah peningkatan pelepasan obat oleh teknik likuisolid tersebut. Sebaliknya semakin besar jumlah pelarut yang digunakan semakin besar peningkatan pelepasan obat. Namun, dalam teknik ini terdapat keterbasan jumlah pelarut yang dapat digunakan. -20 20 40 60 80 100 10 20 30 40 50 O b at t e rd is o lu si Waktu menit R1 R2 R3 R4 -20 20 40 60 80 100 10 20 30 40 50 O b at t e rd is o lu si Waktu menit R5 R6 R7 R8 Apabila pelarut yang digunakan terlalu banyak maka carrier material yang diperlukan akan semakin banyak dan meningkatkan bobot satuan tablet. Bobot satuan tablet yang terlalu besar dapat mengganggu kepenerimaan pasien. Pada penelitian ini, semua formula tidak menunjukkan pelepasan disolusi sampai 100 setelah menit ke-45. Hal tersebut mungkin dikarenakan setelah menit ke-45 masih terdapat glibenklamid dalam Amprotab ® . Pada menit ke-45 dan sampel terakhir diambil, masih terdapat serbuk yang diduga merupakan Amprotab ® yang mengembang terdapat di bejana disolusi. Diduga glibenklamid yang telah dispersikan dalam propilen glikol dan diserap oleh Amprotab ® yang terdapat didalam formulasi tablet likuisolid tidak dilepaskan oleh Amprotab ® sehingga kadar didalam medium disolusi yang terbaca tidak mencapai jumlah 100. Persamaan respon disolusi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y= + 715,506 X 1 + 0,148 X 2 – 3,623 X 1 X 2 – 0,004 X 1 X 2 X 1 -X 2 ................... 14 Keterangan: X 1 = komponen propilen glikol X 2 = komponen Amprotab ® Berikut model plot respon disolusi tablet ditunjukkan pada gambar 13. Keterangan: Y = respon disolusi tablet A = komponen propilen glikol B = komponen Amprotab ® = Design point = Confidence interval = Tolerance interval Gambar 13. Model plot respon disolusi tablet Persamaan 14 memiliki p-value model sebesar 0,0083 p0,05 dan p- value dari lack of fit-nya sebesar 0,059 0,05 yang menunjukkan model yang digunakan untuk analisis data tersebut valid. Pada persamaan 14 diketahui bahwa propilen glikol, Amprotab ® dan interaksi antara komponen propilen glikol- Amprotab ® memberikan pengaruh terhadap respon disolusi tablet. Nilai positif menunjukkan penggunaan propilen glikol menaikkan terdisolusi tablet yaitu dengan nilai 715,506. Hal ini diduga terjadinya peningkatan sifat kemampuan terbasahi karena pelarut dapat bertindak sebagai surfaktan atau memperkecil tegangan permukaan sehingga kemampuan terbasahi dari partikel likuisolid meningkat Nagabandi et al., 2011. Berdasarkan rumus Noyes dan Whitney = .� ℎ − , maka faktor yang dipengaruhi oleh teknik likuisolid sehingga terjadi peningkatan disolusi adalah faktor S luas kontak zat aktif-medium. Dimana nilai S sebanding dengan kecepatan disolusi sehingga semakin besar luas kontak akibat meningkatnya kemampuan terbasahi dari sediaan tablet likuisolid akan meningkatkan kecepatan disolusi. Komponen Amprotab ® memiliki nilai positif 0,148. Hal ini diduga disebabkan oleh sifat Amprotab ® yang mempunyai waktu hancur yang baik sehingga dapat meningkatkan disolusi. Interaksi antara propilen glikol- Amprotab ® memiliki nilai - 3,623 yang artinya menurunkan terdisolusi. Penurunan diduga disebabkan adanya ikatan hidrogen antara propilen glikol yang mengandung obat dengan Amprotab ® sehingga pelepasan zat aktif sedikit terhambat Nagabandi et al., 2011.

E. Penentuan Formula Optimum

Dokumen yang terkait

Formulasi sediaan tablet liquisolid Glibenklamid dengan pelarut PEG 400 dan Laktosa sebagai Carrier Material.

22 119 160

Formulasi sediaan tablet liquisolid glibenklamid dengan pelarut gliserin dan amilum kentang sebagai carrier material.

30 170 144

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER

0 0 15

Formulasi tablet likuisolid ibuprofen menggunakan polimer hidrofilik hpmc k4m dan polietilen glikol 400 sebagai pelarut non volatile - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 15

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN GLISERIN SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER

0 0 16

Formulasi tablet likuisolid ibuprofen menggunakan polimer hidrofilik PVP K-30 dan polietilen glikol 400 sebagai pelarut non volatile - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 15

Formulasi tablet likuisolid piroksikam menggunakan propilen glikol sebagai pelarut non volatile - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 13

Formulasi tablet likuisolid piroksikam menggunakan polietilen glikol 400 sebagai pelarut non volatile - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 15

Formulasi tablet likuisolid piroksikam menggunakan gliserin sebagai pelarut non volatile - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 13

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN GLISERIN SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN HPMC K4M SEBAGAI POLIMER

0 0 15