xix
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV. Ende: Arnoldus, 19841985,
hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA: Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awam, 7 Desember 1965. AG:
Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.
CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus
II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
EN: Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI
tentang Karya Pewartaan Injil pada Jaman Modern, 8 Desember 1975.
KHK: Kitab Hukum Kanonik Codex luris Canonici, diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.
LG: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
C. Singkatan Lain
AKKI : Akademik Kateketik Katolik Indonesia
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Depdikbud : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
Dsb : Dan sebagainya
FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama
FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kan : Kanon
Komkat : Komisi Kateketik
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
OSMARU : Orientasi Mahasiswa Baru
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PNS : Pegawai Negeri Sipil
Prodi : Program Studi
PS : Puji Syukur
PSM : Paduan Suara Mahasiswa
SD : Sekolah Dasar
SJ : Serikat Jesus
STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik
UKM : Unit Kegiatan Mahasiswa
USD : Universitas Sanata Dharma
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi
pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit Kis 2:1-13 untuk menerima pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang
menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlahnya kira-kira bertambah tiga ribu jiwa Kis 2:41. Dengan bertambahnya umat yang dibaptis
pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayanmurid untuk menjamin iman mereka.
Seiring dengan perkembangan zaman, umat kristiani juga mengalami perkembangan yang sangat luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pada awalnya
umat kristiani mendapat pelayanan dari kaum klerus, biarawanbiarawati, dan imam. Tetapi dengan melihat situasi semakin bertambahnya jumlah umat kristiani
tersebut, maka sangat dibutuhkan tambahan sebagai pelayan pastoral untuk membantu mendampingi umat. Dengan demikian keterlibatan kaum awam
sangatlah diharapkan. Salah satu bentuk keterlibatan kaum awam Konsili Vatikan II menegaskan:
Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka
sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan
persatuan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia LG, art. 31. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus, yakni sebagai imam, nabi, dan raja
Prasetya, 2007: 21. Salah satu wujud nyata dari keterlibatan kaum awam dalam pelayan pastoral adalah menjadi seorang katekis. Dalam praktek misi yang
sebenarnya, panggilan katekis bersifat khusus, yakni untuk tugas katekese dan umum, untuk bekerja sama dalam pelayanan kerasulan apa saja yang berguna
untuk membangun Gereja Komisi Kateketik KWI, 1997: 15. Ada bermacam- macam bentuk pelayanan sabda, salah satunya adalah katekese. Telaumbanua
1999: 5 menyatakan katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam katekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan
dengan maksud menghantar umat yang lain memasuki kepenuhan hidup Kristen. Sebagai salah satu bentuk pelayanan sabda, kegiatan katekese senantiasa
menyentuh seluruh kalangan jemaat, mulai dari anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman CT, art. 18. Dalam prosesnya, katekese selalu
mengalami tantangan dan katekese juga perlu ada pembaharuan yang bersifat terus-menerus agar proses katekese tidak kehilangan rohnya. Pelaku sekaligus
pewarta sabda Allah dalam proses katekese ini disebut dengan katekis. Menengok sejenak sejarah perkembangan Gereja pada zaman Konsili
Vatikan I, Gereja belum melibatkan jemaat dalam karya pelayanan pastoral. Gereja masih mementingkan kesatuan organisatoris dan menekankan aspek
organisasi Gereja. Gereja masih dipahami bersifat piramidal, menempatkan Hierarki pada posisi di atas seluruh umat beriman Katolik. Seperti yang diketahui
bahwa segala macam bentuk pelayanan pastoral hanya dilakukan oleh kaum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
berjubah Prasetya, 2007: 14. Konsep Gereja yang demikian sangat mempengaruhi proses katekese yang terjadi di tengah kehidupan jemaat. Dalam
perkembangan zaman selanjutnya, Gereja mulai membuka diri kepada seluruh umat beriman. Maka muncullah suatu gerakan yang terwujud dalam bentuk
Konsili Vatikan II. Gereja sekarang lebih-lebih dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik.
Setelah Konsili Vatikan II, patut disyukuri bahwa Gereja bukan lagi dipahami sebagai kesatuan organisatoris dan bersifat yuridis, tetapi Gereja lebih
sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik sehingga kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik sungguh menjadi
tugas dan tanggungjawab bersama, yang secara khusus bagi kaum awam, yaitu katekis. Kinerja atau tugas para katekis pertama-tama pada bidang kerygma atau
pewartaan. Katekis perlu menyadari bahwa tugas yang dipercayakan kepadanya itu adalah perintah Yesus sendiri yaitu “Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-
Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” Mat
28:19-20. Dalam Injil Markus 16:15- 16 Yesus memerintahkan: “Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”
Adapun bentuk-bentuk nyata tugas pewartaan yang dilakukan oleh katekis adalah berkatekese, berbagi pengalaman hidup kristiani, dan penghayatan hidup beriman
AG, art. 15. Perlu disadari bahwa pembentukan kepribadian seorang katekis selama
masa pendidikan sangatlah penting sebab dalam pewartaan Sabda tidak cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hanya memiliki pengetahuan yang tinggi, tetapi menuntut juga kesaksian hidup dan penghayatan iman pribadi seorang katekis. Pembinaan pribadi sebagai
pewarta dapat dikembangkan terus menerus melalui kehidupan rohaninya. Percuma saja apabila seorang pewarta pandai dan berpengetahuan tinggi tetapi
kehidupan rohaninya kurang karena dapat mempengaruhi pelayanannya dan bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapan umat pada masa kini.
Dengan cara-cara dan usaha membina diri itulah, seorang katekis akan sanggup mencerminkan Sabda yang diwartakannya dan bukannya mengutamakan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya Komisi Kateketik Keuskupan Padang, 1988: 7. Berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti dinamika atau
perkuliahan di Prodi IPPAK-USD, memang pihak kampus benar-benar mendukung dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi katekis, tetapi penulis
menyadari bahwa untuk menjawab panggilan hidup ini tidak mudah dan membutuhkan proses yang panjang. Di mana sebagai seorang katekis harus
mampu berdinamika dan terlibat langsung di tengah kehidupan umat. Di Prodi IPPAK, mahasiswa tidak hanya dibekali pengetahuan saja, melainkan juga diberi
kesempatan untuk terjun dan terlibat langsung di tengah kehidupan umat, baik dalam kegiatan di lingkungan maupun dalam kegiatan lingkup paroki. Melalui
kegiatan-kegiatan itulah para calon katekis berhadapan langsung dengan realita kehidupan umat dan mulai mengetahui situasi kehidupan umat. Dalam berproses
bersama dengan umat, para calon katekis juga tidak mungkin langsung terampil terlibat dalam semua kegiatan. Proses demi proses pasti harus dilaluinya.
Misalnya dalam kegiatan pendalaman iman di lingkungan, awalnya para calon katekis hanya menjadi peserta saja, lalu lama-kelamaan mulai terlibat dari hal
5
yang sederhana misalnya memimpin doa, memimpin lagu, membacakan bacaan Kitab Suci, memberi renungan atau peneguhan, dsb. Melalui pengalaman dari hal
yang sederhana itulah, para calon katekis dapat belajar serta mempunyai keberanian untuk memimpin secara penuh kegiatan tersebut.
Walaupun Prodi IPPAK sudah membantu mempersiapkan para calon katekis sedemikian rupa, tetapi penulis melihat masih banyak mahasiswa yang
belum mampu menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada beberapa dari mahasiswa yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis
atau guru agama. Hal ini disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi IPPAK hanya sebatas tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua,
semata-mata hanya ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya kesadaran diri dan motivasi yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam
keterlibatannya di kegiatan hidup menggereja, seperti malas terlibat dalam kegiatan lingkungan, kegiatan gereja, malas pergi ke gereja bahkan doa-doa
secara pribadi. Situasi ini sungguh memprihatinkan karena seharusnya sebagai calon katekis mampu menjadi panutan yang dapat diteladani oleh umat kristiani
lainnya dan melihat perannya yang besar di kegiatan hidup menggereja. Disadari bahwa kesadaran akan panggilan sebagai pewarta tidak bisa
dilepaskan dari keterlibatan hidup menggereja. Atas dasar itu, penulis tertarik untuk menuliskan skripsi dengan judul PERANAN KETERLIBATAN HIDUP
MENGGEREJA BAGI
MAHASISWA PROGRAM
STUDI ILMU
PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS.
6
B. Rumusan Masalah