Pembelian berulang Komitmen terhadap merek Minat Faktor dari pasar Faktor dari konsumen

pada merek yang sama. Peneliti juga menganggap bahwa produk pasta gigi Pepsodent sangat mudah dibeli dan harganya sangat terjangkau sehingga memungkinkan untuk lebih sering digunakan bahkan lebih dari tiga kali pemakaian berturut-turut. Dari berbagai definisi dan pengukuran loyalitas merek diatas, peneliti menarik kesimpulan mengenai aspek-aspek yang mencakup pengukuran sikap dan perilaku loyal pada konsumen. Adapun aspek-aspek dalam penelitian ini antara lain meliputi:

1. Pembelian berulang

Merupakan kebiasaan untuk berlangganan berulang terhadap merek.

2. Komitmen terhadap merek

Merupakan kecenderungan bagi konsumen untuk tidak bepindah merek yang lain.

3. Minat

Merupakan sikap positif untuk memberikan perhatian, dan menyenangi produk suatu merek.

3. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Merek

Menurut Sheet, Mital dan Newman 1999 Loyalitas merek dapat di pengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu meliputi:

a. Kinerja merek yang sesuai dan hasil yang dirasakan konsumen

Konsumen yang memiliki pengalaman yang positif terhadap kinerja suatu produk, cenderung akan melakukan pembelian ulang pada produk yang sama. Faktor penting yang menentukan kinerja merek tersebut adalah kualitas produknya. Jika pemasar memperhatikan kualitas dan diperkuat dengan periklanan yang intensif, loyalitas konsumen pada merek yang ditawarkan akan lebih mudah diperoleh Handoyo, 2004.

b. Identifikasi sosial dan emosional pada merek tersebut

Merek-merek akan merefleksikan konsep diri seseorang secara sosial sehingga dapat memperoleh gambaran sosial tertentu. Misalnya membeli mobil atau pakaiaan yang bermerek terkenal dapat merefleksikan kepribadian bahkan status seseorang. Jenis orang yang ingin tampil dan menjadi perhatian dapat jadi konsumen yang loyal terhadap suatu merek. Selain itu, ada hubungan antara emosi dengan merek. Konsumen yang terus menerus menikmati produk secara psikologis akan mengidentifikasi merek sebagai bagian dari diri mereka. Hal ini cenderung membuat konsumen tidak mau berpindah kemerek lain jika merek tersebut tidak ada.

c. Sejarah dan kebiasaan

Loyalitas dapat terbangun dari kebiasaan dan sejarah yang panjang terhadap penggunaan suatu produk. Konsumen belajar beberapa preferensi sederhana dari penggunan yang berulang. Hal ini dapat terjadi karena tiga alasan: a. Konsumen merasa kenal dekat dengan merek tersebut sehingga merasa nyaman dan menghindari sesuatu yang tidak ia kenal. Misalnya menyukai rumah makan yang sama, dokter yang sama, salon yang sama dan lain-lain karena merasa nyaman dan telah kenal secara dekat. b. Konsumen dapat mengembangkan nilai rasa terhadap merek lewat proses pengkondisian. Misalnya seseorang yang pada awalnya tidak menyukai suatu merek seperti parfum, anggur, makanan bahkan jenis musik tertentu tetapi tetap mengkonsumsinya secara terus menerus akan belajar untuk menyukainya bahkan bisa saja menjadi kecanduan. c. Pengaruh inter-generasi dari keluarga, yaitu konsumen memperhatikan sejarah panjang produk yang dipakai dalam keluargnya. Selain ketiga faktor tersebut, Sheet, Mital dan Newman 1999 juga menyatakan bahwa Loyalitas merek dapat di pengaruhi oleh dua faktor penting, meliputi:

1. Faktor dari pasar

a. Kesamaankeseimbangan Merek Menunjukan apakah semakin sama kategori produknya dengan fakta-fakta tentang merek ketika dicocokan oleh konsumen. Apabila persepsi konsumen kurang baik tentang kesamaan merek tersebut, konsumen mungkin akan mengevaluasi dalam lingkup kinerja atau kegunaan produk tersebut atau mengaitkannya dengan identitas sosial dan emosional. b. Aktivitas Promosi yang Kompetitif. Aktivitas promosi yang kompetitif di pasar dapat mempengaruhi perilaku loyal seseorang. Misalnya dengan adanya informasi-informasi mengenai merek yang dipromosikan secara berkualitas maupun strategi pemberian harga khusus merek-merek pesaing bisa saja memotivasi konsumen untuk beralih merek. Penelitian ini akan melihat bagaiman promosi yang diadakan oleh pasar mempengaruhi persepsi konsumen. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa proses promosi misalnya periklanan, akan bermanfaat dalam menginformasikan produk dan menciptakan struktur mental yang positif tentang perusahaan dan produk yang bersangkutan disamping juga menarik calon konsumen yang loyal dalam jangka waktu tertentu Kasali, 1995

2. Faktor dari konsumen

a. Mencari keragaman Beberapa konsumen mungkin suka mencari variasi dalam pengalaman mereka. Kelompok konsumen yang menyukai keragaman ini mungkin mulai bosan dengan produk yang sama atau pengalaman hidup yang sama. kelompok ini dapat beralih dari satu mereka ke merek lain, bukan karena mereka tidak puas dengan kinerja dan nilai-nilai lainnya, tetapi dilakukan demi perubahan dan variasi. Semakin sering konsumen mencari variasi, maka semakin kurang kesetiaan konsumen terhadap merek. b. Persepsi atau Keterlibatan Keterlibatan didefinisikan sebagai persepsi seseorang yang berhubungan dengan objek, didasarkan pada sesuatu yang melekat pada diri seseorang seperti kebutuhan, nilai dan ketertarikan Konsumen yang melihat bahwa produk memiliki konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan terlibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut. Dengan kata lain, konsumen dapat terlibat dan mementingkan suatu merek dari pada merek yang lain sehingga mengembangkan merek favorit didalam dirinya. Sebaliknya konsumen bisa juga menganggap suatu merek kurang penting atau keterlibatan rendah, sehingga loyalitas merek menjadi rendah. Krugmen, dalam Utama dan Purwanto, 2006 menambahkan bahwa selain dengan produk, seseorang bisa terlibat dengan iklan. Keterlibatan melalui iklan dapat muncul karena informasi iklan dapat memunculkan proses perbandingan merek dan persepsi terhadap resiko. Informasi periklanan juga dapat memunculkan keterlibatan personal yaitu mengacu pada ketertarikan seseorang yang dimotivasi oleh adanya nilai dan kebutuhan Marshal dalam Utama dan Purwanto 2006. Pada penelitian ini, juga akan melihat bagaimana proses persepsi konsumen dapat terpengaruh oleh pesan-pesan iklan sehingga memunculkan perilku loyal. c. Sensitivitas Harga Para konsumen memiliki perbedaan sensitivitas harga dalam diri mereka. Beberapa konsumen mungkin saja selalu mengecek harga bahkan meributkan perbedaan harga yang sedikit. Sejumlah penelitian tentang pemasaran telah menemukan sensitivitas harga konsumen terkait secara negatif dengan loyalitas merek dan secara positif dengan penggunaan kupon. Tentu saja, tidak semua konsumen sensitif terhadap harga. Dengan demikian, konsumen akan berbeda-beda dalam perilaku loyalitas merek dan respon mereka terhadap aktivitas-aktivitas promosi pesaing.

B. Iklan Produk Pasta Gigi Pepsodent di Televisi 1. Pengertian Iklan

Periklanan dapat dipandang sebagai suatu bentuk komunikasi dan promosi. Bentuk komunikasi karena dalam proses periklanan terdapat arus informasi yaitu pesan iklan dari suatu sumber perusahaan yang disajikan kedalam suatu berita dan juga tedapat tujun pesan tersebut yaitu pasar dan target audiens. Sedangkan bentuk promosi, karena didalam iklan yang disajikan terdapat upaya-upaya mempengaruhi pasar supaya membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan sponsor Kotler dalam Purnama, 2003. Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media dan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli Kasali dalam Purnama, 2003. Iklan diharapkan dapat mengenalkan, membujuk dan mengingatkan pembeli mengenai keberadaan suatu produk atau jasa yang pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan Schultz dalam Purnama, 2003. Pengertian iklan menurut AMA The American Marketing Association, iklan merupakan setiap bentuk pembayaran terhadap sesuatu proses penyampaiaan dan memperkenalkan ide-ide, gagasan, dan layanan yang bersifat non personal atas tanggungan sponsor tertentu Widyatama, 2005. Widyatama 2005 merangkum berbagai macam kesamaan perspektif definisi iklan dari berbagi ahli kedalam enam bentuk prinsip dasar pengertian iklan. Enam prinsip dasar pengertian iklan tersebut yaitu sebagai berikut: