3. Diagnosis
Diagnosis dan perawatan hipertensi dapat mencegah resiko penyakit kardiovaskuler serta mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas pasien.
Pemeriksaan dini dari hipertensi meliputi pengukuran tekanan darah, pemeriksaan organ yang beresiko terhadap hipertensi, dan memeriksa faktor yang berpengaruh
terhadap hipertensi sekunder Oparil and Calhoun, 2003.
4. Patogenesis
Patogenesis hipertensi meliputi faktor faktor yang terkait variabel dengan persamaan:
BPTekanan Darah = CO Curah jantung X TPR Tahanan Perifer
Tabel IV. Patogenesis Mekanisme Potensial
Preload meningkat
Volume cairan meningkat kr asupan Na +++ atau retensi renal karena
Σnefron ↓ atau GFR↓
Cardiac output meningkat
Konstriksi Vena
Stimulasi RAAS berlebihan
Sistem saraf simpatis terlalu aktif Konstriksi vaskular
Stimulasi RAAS berlebihan
Sistem saraf simpatis terlalu aktif
Perubahan genetik membran sel
Faktor karena endotel
Resistensi perifer meningkat
Hipertropi vaskular
Stimulasi RAAS berlebihan
Sistem saraf simpatis terlalu aktif
Perubahan genetik membran sel
Faktor karena endotel
Hiperinsulinemia karena obesitas atau metabolik sindrom
Sassen and Carter, 2005
5. Prognosis
Sebagian besar individu yang terdiagnosis hipertensi akan meningkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TDnya seiring pertambahan umur. Hipertensi yg tidak diobati risiko mortalitas
tinggi disebut silent killer Anonim, 2002. 6. Penatalaksanaan DM Komplikasi Hipertensi
Tujuan utama terapi dari penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi adalah mengurangi resiko komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler,
memperbaiki gejala yang sudah muncul, mengurangi angka kematian, dan meningkatkan kualitas hidup pasien Triplitt et al, 2005.
Sasaran terapi DM komplikasi hipertensi adalah memperlambat proses berkembangnya resiko kardiovaskuler dengan cara sebagai berikut :
a. Pengaturan kadar glukosa darah mendekati normal yaitu
1 HbA
1
C 7 2 Kadar gula sewaktu 90 – 130 mgdl
3 Kadar gula sesudah makan 180 mgdl b.
Menurunkan tekanan darah dibawah angka 13080 mmHg c.
Kadar Lipid 1 LDL 100 mgdl
2 Trigliserida 150 mgdl 3 HDL 40 mgdl Anonim, 2005.
Strategi terapi dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi dengan penggunaan obat antihipertensi oral.
a.Terapi non-farmakologi Terapi ini dilakukan tanpa penggunaan obat antihipertensi namun tetap
bertujuan mencegah resiko lebih lanjut dari hipertensi yaitu penyakit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kardiovaskuler. Terapi dimulai dengan cara perubahan gaya hidup tidak sehat yang selama ini dijalani. Hal utama yang dapat dilakukan antara lain:
1Pengurangan berat
badan Idealnya adalah mempertahankan Body Mass Index antara 18,5 sampai
dengan 24,9 kgm
2
. Dengan pengurangan berat badan dapat menurunkan tekanan darah serta mencegah metabolik sindrom, resistensi insulin pada jaringan yang
mengarah pada terjadinya hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Pengurangan berat badan dapat disertai diet tinggi sayuran dan buah.
2 Pengurangan natrium Pengurangan ini terbukti dapat menurunkan tekanan darah dapat ditempuh
dengan jalan terutama mengurangi produk daging olahan, garam meja. 3 Tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok yang berisiko tinggi terhadap
kardiovaskuler. 4 Aktivitas fisik yang teratur
b. Terapi Farmakologi 1 Terapi farmakologi untuk hipertensi
Sasaran yang ingin dicapai terutama adalah pencapaian tekanan darah 13080mmHg, untuk itu terapi utama dengan penggunaan obat antihipertensi yaitu
penghambat ACE dan penggunaan ARBs. Kedua obat tersebut terbukti mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler serta mencegah adanya resiko gagal
ginjal. Terapi dapat pula ditambahkan thiasid diuretik, serta obat anti hipertensi lain seperti
β–blocker, dan Calcium Channel Blocker Sassen and Carter,2005. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a First line Therapy Obat yang digunakan sebagai First line Therapy dalam DM komplikasi
hipertensi menurut standar yang dikeluarkan American Diabetes Association meliputi golongan obat yang ada dibawah ini.
1 Penghambat
ACE Mekanisme kerja penghambat ACE sebagai terapi utama DM komplikasi
hipertensi, menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga mengakibatkan dilatasi perifer dan mengurangi resistensi perifer yang efeknya
dapat menurunkan tekanan darah. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor yang kuat mampu meningkatkan eksresi dari aldosteron, dengan aldosteron yang
jumlahnya kecil mengakibatkan juga adanya retensi air dan sodium, hingga menurunkan tekanan darah.
Penghambat ACE meliputi kaptopril, enalapril, lisinopril. Penghambat ACE dengan tiazid dapat dipakai saat
β-blocker dan diuretik tidak aktif. Penghambat ACE berinteraksi saat bersamaan dangan obat kardiovaskuler dapat
menyebabkan hipotensi, dengan β blocker dapat keracunan litium. Penggunaan
bersama potasium mengakibatkan hiperkalemia dapat terjadi, selain itu bila dipakai dengan Non Steroid Anti Inflamatory Drug NSAID dapat menurunkan
efek dari penghambat ACE Rudnick, 2001. 2 Angiotensin Receptor Blocker ARBs
Angiotensin dihasilkan melalui 2 jalur yaitu Renin Angiostensin Aldosteron System RAAS yang dihambat dengan ACEI serta melalui enzim
yang disebut chymases. ARBs disini menghambat dari kedua jalur tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Namun belum pasti akibat perbedaan mekanisme kerja kedua jenis obat tersebut terhadap efek obatnya.
Efek dari ARBs antara lain menghambat angiotensin II yang berperan dalam vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivitas syaraf simpatik, pelepasan
antidiuretik hormon, dan konstriksi arteri pada glomerolus. Efek samping serta interaksi obat dari ARBs hampir serupa dengan ACEI Sassen and Carter,2005.
Gambar 2. Mekanisme Dan Sasaran Obat Antihipertensi :Penghambat ACE, ARBs,
β-Blocker
b Second Line Therapy 1 Diuretik
Mekanisme kerja dari diuretik mengekskresikan air dan elektrolit melalui ginjal. Akibat dari hal tersebut terjadi pengurangan terhadap sirkulasi volume
darah, mengurangi kardiak output. Interaksi obat jika diminum dapat meningkatkan kadar glukosa darah, penggunaan bersama kortikosteroid, atau
kortikotropin, serta ampoterisin dapat mengakibatkan hipokalemia, NSAID juga dapat mengurangi efek antihipertensi dari diuretik.
2 β–blocker
Mampu menghalangi beta adrenergik reseptor sehingga efeknya mengurangi kontraksi jantung. Interaksi obat jika dipakai bersama dengan
phenitoin meningkatkan efek antihipertensi, verapramil menekan jantung efek hipotensi, pemakaian dengan sulfonilurea mengurangi efek dari sulfonilurea.
3 Calcium Channel Blocker CCB Mekanisme obat ini meningkatkan suplai oksigen terhadap miokardial,
menurunkan detak jantung CCB menangkal kalsium yang masuk, kalsium tidak dapat masuk maka mengakibatkan dilatasi.
4 Obat Simpatolitik Obat yang digunakan untuk menekan tekanan darah dengan menekan
syaraf simpatik akibatnya mengurangi kardiak output dan mengurangi tekanan darah seperti obat yang bekerja sentral klonidin termasuk
α–blocker, α+β-blocker yaiotu labetolol, dan norepinefrin. Interaksi obat penggunaan klonidin dengan
antidepresan trisiklik meningkatkan tekanan darah, penggunaan klonidin dengan obat depresan Central Nervous System CNS menurunkan efek dari CNS
depresan. 5Vasodilator
Obat ini bekerja bertujuan untuk menurunkan tekanan sistolik dan diastolik. Kerja dari vasodilator ini pada arteri, vena, ataupun keduanya. Obat ini
meliputi hydralazine hydrochloride, minoxidil, nitropusside sodium, minoxidil dan hydralazine digunakan merawat hipertensi yang resistan, dioxide dan
nitroprusside digunakan untuk krisis hipertensi Rudnick, 2001.
2 Terapi farmakologi untuk penurunan glukosa darah Dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan insulin dan obat antidiabetika oral.
a Insulin Insulin biasa digunakan pada DM tipe 1 dan tidak efektif jika diberikan
secara oral karena didalam gastrointestinal insulin dalam bentuk protein pecah dan rusak sebelum lewat peredaran darah untuk didistribusikan, jadi harus diberikan
secara subkutan ataupun secara intravena. Insulin dapat pula digunakan pada DM tipe 2 dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Saat terapi untuk DM tipe 2 gagal atau terjadi kontraindikasi karena masa kehamilan ataupun hipersensitif.
2 Penggunaan saat kadar glukosa naik akibat stress ataupun infeksi, serta akibat pembedahan.
Klasifikasi insulin berdasar lama masa kerja obat disajikan dalam tabel :
Tabel II. Klasifikasi Insulin secara Sub-kutan berdasar lama kerja
Type of Insulin Onset hour
Peaks hour
Duration hour
Maximum Duration hour
Rapid-Acting
Aspart Lispro
Glulisine 15–30 min
15-30 min 15-30 min
1-2 1-2
1-2 3-5
3-4 3-4
5-6 4-6
5-6
Short-acting
Reguler 0, 5-0, 1
2-3 3-6
6-8
Inter mediate-Acting
NPH Lente
2-4 3-4
4-6 6-12
8-12 12-8
14-18 20
Long-Acting
Ultralente Glargine
6-10 4-5
10-16 -
18-20 22-24
24 24
Triplitt et al, 2005 Mekanisme kerja insulin mengubah glukosa menjadi glikogen,
meningkatkan sintesis protein dan lemak, memperlambat pemecahan glikogen, protein dan lemak, menyeimbangkan cairan dan elektrolit dalam tubuh Rudnick,
2001. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Obat
Antidiabetika Oral
Obat antidibetika oral adalah obat yang digunakan untuk mengatasi keadaan kadar glukosa darah yang tinggi akibat adanya ketidakberesan didalam
sistem kerja insulin, dipercaya mempunyai sistem kerja ganda di dalam dan di luar pankreas, efek di dalam pankreas yaitu mampu menstimulasi pankreas agar
mengeluarkan insulin dengan seminimal mungkin kerja dari pankreas dan efek diluar pankreas yaitu mampu menstabilkan kadar glukosa darah Rudnick, 2001.
Gambar 1. Mekanisme dan sasaran obat Antidiabetika Oral
Obat oral untuk DM komplikasi hipertensi untuk memperoleh efek yang maksimal penggunaan metformin dan thiazolidin terbukti dapat mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah dengan mekanisme peningkatan sensitivitas reseptor insulin serta dapat menurunkan tekanan darah Zenella, Kohlman, and
Ribeirro, 2001. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Drug Related Problems DRP, atau Masalah – masalah yang Berkaitan