sustained release tidak boleh dihancurkan, tetapi untuk beberapa kapsul dapat
dikeluarkan isinya dan dicampur dengan cairan tanpa gula seperti tablet yang dihancurkan Barnes, Craft, George, Milner, 1987.
B. Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna
Sistem pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari:
mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Seluruh saluran pencernaan dibatasi oleh selaput lendir membran mukosa. Dalam proses
pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat yang dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel dalam tubuh Pearce, 2002.
Gambar 1 . Anatomi Saluran Cerna Wakefield, 2005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Proses pencernaan dimulai dari mulut, dalam mulut makanan dikunyah untuk dihaluskan sambil bercampur dengan ludah yang mengandung enzim
amilase dan ptialin. Selanjutnya oleh gerakan peristaltik, makanan masuk ke lambung melalui esofagus. Kemudian bercampur dengan getah lambung, yang
terdiri dari asam hidroklorida dan pepsin. Oleh pengaruh asam ini, pilorus membuka dan menutup secara refleks.
Makanan yang sudah setengah cair cimus melewati pilorus masuk ke dalam usus dua belas jari. Di dalam usus, cimus dinetralisir oleh cairan alkalis dari
getah pankreas dan empedu. Oleh pengaruh enzim pankreas, karbohidrat dan lemak dibentuk menjadi suatu emulsi cimus dengan garam kolat untuk
memudahkan penyerapan oleh usus. Di dalam usus besar bagian air dalam cimus dan garam diserap kembali dan sisanya dikeluarkan melalui dubur sebagai tinja
Heaton dan Lewis, 1997.
C. Drug Related Problems DRPs
1. Definisi dan jenis
Drug related problems DRPs merupakan masalah-masalah yang tidak
diinginkan yang dialami pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat sehingga dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi. Identifikasi DRPs merupakan
perhatian dari penilaian dan keputusan akhir yang dibuat dalam tahap proses patient care
. Diketahui ada tujuh jenis DRPs yang dapat disebabkan oleh obat yang harus dicarikan solusinya dan menjadi tanggung jawab dari pharmaceutical
care Strand, Morley, dan Cipolle, 1998.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel I. Penyebab-penyebab Drug Related Problems DRPs Strand et al., 1998
No Jenis DRPs
Kemungkinan penyebab DRPs
1. Ada obat tanpa indikasi
unnecessary drug therapy Ada indikasi obat yang sudah tidak valid saat itu
Terapi dengan dosis toksik Penggunaan obat lebih dari satu dengan kondisi dapat
menggunakan terapi tunggal Kondisi pasien lebih baik diterapi non-farmakologi tanpa obat
Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman
Kondisi pasien berkaitan dengan penyalahgunaan obat, alkohol, dan merokok
2. Butuh tambahan obat
need for additional drug therapy
Munculnya kondisi medis baru yang membutuhkan tambahan obat baru
Kondisi kronis yang membutuhkan terapi lanjutan secara terus- menerus
Terapi untuk mencegah timbulnya resiko atau kondisi medis yang baru atau terapi profilaksis
Kondisi yang membutuhkan terapi kombinasi
3. Pemilihan obat yang salah
wrong drug Obat yang digunakan tidak efektif atau bukan yang paling efektif
Pasien alergi atau kontraindikasi terhadap obat tersebut Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman
Kondisi yang sukar disembuhkan dengan obat tersebut Pasien mengalami infeksi diberi obat yang sudah resisten
Terapi untuk mencegah timbulnya resiko atau kondisi medis yang baru
Kombinasi obat yang salah
4. Dosis terlalu rendah
dosage too low Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk mendapatkan respon
pada pasien Konsentrasi obat dalam darah tidak berada pada rentang terapi
yang diharapkan Waktu pemberian obat yang tidak tepat, misalnya antibiotik
profilaksis untuk operasi Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang
sesuai untuk pasien
5. Efek samping dan interaksi
obat adverse drug reaction
Obat diberikan terlalu cepat Pasien memiliki reaksi alergi atau idiosinkrasi terhadap obat
Pasien teridentifikasi memiliki resiko terhadap obat tersebut Bioavailabilitas obat diubah oleh interaksi dengan obat lain atau
makanan Efek obat diubah karena adanya induksi atau inhibisi enzim, serta
pergeseran tempat ikatan Hasil laboratorium dipengaruhi oleh adanya obat
6. Dosis terlalu tinggi
dosage too high Dosis terlalu tinggi
Konsentrasi obat dalam darah di atas rentang terapi yang diharapkan
Dosis obat dinaikkan terlalu cepat Akumulasi obat karena terapi jangka panjang
Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang sesuai untuk pasien
7. Kepatuhan pasien
compliance Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error
Pasien tidak mematuhi aturan yang ditetapkan baik dengan sengaja maupun karena tidak mengerti
Pasien tidak mampu menebus obat karena masalah biaya
Jenis DRPs ada obat tanpa indikasi dan butuh obat tambahan merupakan DRPs yang berhubungan dengan indikasi. Pemilihan obat yang salah dan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemberian yang terlalu rendah berhubungan dengan masalah keefektifan. Efek samping dan interaksi obat serta dosis pemberian yang terlalu tinggi berhubungan
dengan masalah keamanan, sedangkan jenis DRPs yang terakhir berhubungan dengan masalah kepatuhan pasien Strand et al., 1998.
2. Interaksi obat
Tingkat signifikansi interaksi obat berdasarkan pustaka yang digunakan berupa angka 1 sampai 5, dengan tingkatan sebagai berikut:
Tabel II. Tingkat Signifikansi Interaksi Obat Tatro, 2001 Tingkat Signifikansi
Keparahan Laporan
1 Berat major Terbukti
2 Sedang moderate Terbukti
3 Ringan minor Terbukti
4 BeratSedang majormoderate Mungkin
terjadi Ringan minor Mungkin
terjadi 5
Tidak ada Tidak mungkin terjadi
Onset terjadinya interaksi obat dapat terbagi menjadi 2, yaitu cepat dan tertunda. Cepat berarti efek akan terjadi selama 24 jam setelah pemberian obat
yang berinteraksi, dibutuhkan penanganan segera untuk menghindari efek interaksi obat. Tertunda berarti efek akan terjadi setelah pemberian obat yang
berinteraksi selama beberapa hari atau minggu Tatro, 2001. Potensi keparahan interaksi obat penting untuk menilai resiko dan
manfaat alternatif terapi, dengan modifikasi dosis dan waktu pemberian obat dapat mengatasi terjadinya efek interaksi obat. Ada 3 tingkat keparahan, yaitu berat
major, sedang moderate, dan ringan minor. Tingkat keparahan berat kemungkinan berpotensi menimbulkan kerusakan organ yang permanen. Efek dari
tingkat keparahan sedang tergantung dari kondisi klinis pasien, dapat berupa butuh terapi tambahan, rawat inap di rumah sakit, maupun semakin lamanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pasien menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tingkat keparahan ringan efek yang ditimbulkan tidak diketahui dan tidak mempengaruhi tujuan terapi secara
signifikan, biasanya juga tidak membutuhkan terapi tambahan Tatro, 2001.
D. Diare Akut
1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan
karena dehidrasi. Penyebab terbanyak pada usia 0-2 tahun adalah karena infeksi rotavirus
. Diare menyebabkan gangguan gizi dan kematian Soenarto et. al., 2004.
2. Epidemiologi
Diare akut merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah umum di berbagai negara. Tingkat kematian karena diare pada usia anak masih sangat
tinggi, mencapai 5 juta balita per tahun di dunia. Sebanyak 80 di antara kematian tersebut, terjadi sebelum menginjak usia 2 tahun. Diare yang disebabkan
virus lebih banyak terjadi dibandingkan diare akibat bakteri. Salah satu virus penyebab diare, yaitu rotavirus yang sebagian besar dialami bayi usia 6-24 bulan
Anonim, 2007.
3. Etiologi
Diare akut dapat disebabkan oleh beberapa agen penginfeksi seperti virus, bakteri, dan parasit Entamoeba histolytica. Penyebab terbanyak pada
kasus diare ialah rotavirus. Jenis bakteri yang dapat menyebabkan diare akut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
antara lain Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Vibrio, Clostridium perfingens, Staphylococcus
, dan beberapa jenis bakteri lainnya Anonim, 1997.
4. Patofisiologi
Diare akut infeksi dapat diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan
invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Pada pemeriksaan feses rutin secara
makroskopis ditemukan lendir dan atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Diare non inflamasi disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit Zein, Sagala, dan
Ginting, 2004. Mekanisme terjadinya diare akut maupun kronik dapat dibagi menjadi
kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam
lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium
Zein et al., 2004. Diare sekretorik bila terjadi gangguan transpor elektrolit baik absorbsi
yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam
empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksatif non osmotik. Beberapa hormon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide VIP juga dapat menyebabkan diare sekretorik Zein et al., 2004.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease IBD
atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Hal ini
terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus Zein et al., 2004.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang
invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses Zein et al., 2004.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus Zein et al., 2004.
5. Manifestasi klinik
Diare dapat disertai dengan kejang, nyeri perut, kembung, dan mual. Selain itu, tergantung dari penyebabnya, penderita juga dapat mengalami demam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau tinja yang berdarah. Anak-anak harus dibawa ke dokter bila menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut: tinja mengandung nanah dan darah atau tinja
berwarna hitam, suhu badan di atas 38 °C, setelah 24 jam tidak ada perbaikan, dan
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi Anonim, 2004. Gejala umum dehidrasi antara lain: haus, frekuensi buang air kecil
menurun, kulit kering, fatigue, urin berwarna gelap. Gejala dehidrasi pada anak- anak di antaranya, lidah dan mulut kering, jika menangis tidak mengeluarkan air
mata, popok yang digunakan tidak basah selama 3 jam atau lebih, perut, mata dan pipi cekung, demam tinggi, lesu atau mudah marah, kulit tidak kembali rata jika
ditekan dan kemudian dilepaskan Anonim, 2004.
6. Langkah pencegahan
Menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia 2004, yang termasuk langkah pencegahan antara lain
mengajarkan pola makan yang benar, mengandung cukup serat, pemberian cairan yang cukup, dan melatih berdefekasi yang benar. Toilet training mulai diajarkan
sejak usia 1 tahun dan dikatakan gagal apabila pada usia 3 tahun anak belum dapat buang air besar dengan benar.
E. Diare Disentri 1.
Definisi
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di usus yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni:
sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, mencret, serta tinja mengandung darah dan lendir Simanjuntak, 1991.
2. Epidemiologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Angka kejadian disentri sangat bervariasi di beberapa negara. Di Bangladesh dilaporkan selama sepuluh tahun 1974–1984 angka kejadian disentri
berkisar antara 19,3-42. Di Indonesia dilaporkan dari hasil survei evaluasi tahun 1989–1990 diperoleh angka kejadian disentri sebesar 15. Proporsi penderita
diare dengan disentri di Indonesia dilaporkan berkisar antara 5-15 Anonim, 2000.
3. Etiologi
Penyebab utama disentri adalah Shigella, Salmonela, Compylobacter jejui
, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat ummunya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh
Shigella flexneri , Salmonella, dan
EIEC Enteroinvasive E
scherichia
coli .
Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan biasanya terjadi pada
daerah dengan sanitasi dan kondisi lingkungan perorangan yang buruk Anonim, 2000.
4. Patofisiologi
Shigella menghasilkan sekelompok eksotoksin yang dinamakan
shigatoksin ST kelompok toksin ini mempunyai 3 efek: neurotoksik, sitotoksik, dan enterotoksik. Beberapa bakteri enterik lain menghasilkan toksin dengan efek
yang sama, dinamakan shiga like toksin sit. Toksin ini mempunyai dua unit, yaitu unit fungsional, yang menimbulkan kerusakan, dan unit pengikat yang
menentukan afinitas toksin terhadap reseptor tertentu. Perbedaan unit inilah yang menetapkan bentuk komplikasi yang terjadi. Infeksi Shigella dysentery dan
flexneri telah dibuktikan menurunkan imunitas, antara lain disebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peningkatan aktifitas sel T suppressor dan penekanan kemampuan fagositosis makrofag Anonim, 2000.
5. Manifestasi klinik
Diare pada disentri umumnya diawali oleh diare cair, kemudian pada hari kedua atau ketiga akan muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, kemudian
akan mengalami sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah. Pada saat tenesmus terjadi, biasanya pada
sebagian besar penderita akan mengalami penurunan volume diarenya dan mungkin feses hanya berupa darah dan lendir. Disentri dapat menimbulkan
dehidrasi, dari yang ringan sampai dengan dehidrasi berat walaupun kejadiannya lebih jarang jika dibandingkan dengan diare akut. Komplikasi disentri dapat
terjadi lokal di saluran cema maupun sistemik Anonim, 2000.
F. Penatalaksanaan Terapi
1. Tujuan terapi
a. meringankan gejala
b. mengobati penyebab diare
c. menangani gangguan sekunder yang dapat menyebabkan diare
2. Sasaran terapi
a. gejala
b. penyebab diare
3. Terapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda 1997, dasar pengobatan diare terdiri dari:
1 pemberian cairan, baik untuk pencegahan dehidrasi maupun untuk
pengobatan dehidrasi 2
pemberian makanan refeeding yang adekuat secepat mungkin 3
pemberian obat-obatan berupa antibiotika sesuai dengan penyebabnya. Obat-obat antispasmodik HCl papaverin, loperamid, ekstrak beladona,
dan lain-lain dapat digunakan untuk pengobatan gejala yang dialami. Penggunaan obat pengeras tinja serta karbon adsorbent norit, kaolin,
pektin, dan lainnya tidak dibenarkan untuk diberikan.
Pemberian terapi cairan dan elektrolit untuk pengobatan dehidrasi dapar dilihat pada tabel III.
Tabel III. Terapi Cairan untuk Pengobatan Dehidrasi Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda, 1997
Derajat dehidrasi
Umur Jenis cairan
Dosis mlkg BB Lama
pemberian jam
Ringan Semua umur
Oralit per os 50
4 Sedang
Semua umur Oralit per os
100 4
Ringer Laktat intra vena
30 10-12 teteskgBBmenit
1 kemudian
Ringer Laktat intra vena
10 3-10 teteskgBBmenit 7
kemudian Bayi 0-1 tahun,
Anak 2 tahun Oralit per os
ad libitum atau
± 125 mlkgBBhari
16 Ringer Laktat
intra vena 100 4
kemudian Berat
Anak 2 tahun Oralit per os
100 mlkgBBhari 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia 2004, terapi yang direkomendasikan untuk pengobatan diare
sebagai berikut: 1
tidak boleh diberikan obat antidiare 2
antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang. Pilihan antibiotik yang dapat diberikan adalah kotrimoksazol, amoksisilin, dan atau sesuai hasil uji
sensitivitas 3
antiparasit yang dapat diberikan ialah metronidazol
G. Keterangan Empiris
Penelitian mengenai Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli
2007 Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna dapat meningkatkan kerasionalan penggunaan resep racikan pada terapi kasus pediatri di Bangsal Anak
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli
2007 Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif.
Penelitian non eksperimental merupakan penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri variabel subyek menurut keadaan apa adanya in nature,
tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti Pratiknya, 2007. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena data yang diperoleh dari
lembar catatan medik kemudian dievaluasi berdasarkan studi pustaka, dan dideskripsikan dengan memaparkan fenomena yang terjadi, yang ditampilkan
dalam bentuk tabel dan gambar. Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan mengamati keadaan kasus selama
mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan melihat lembar catatan mediknya.
B. Definisi Operasional
1. Kasus adalah kasus pada pasien pediatri yang dirawat di Bangsal Anak Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta dan mendapatkan resep racikan pada periode Juli 2007.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI