Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna Keterangan Empiris

sustained release tidak boleh dihancurkan, tetapi untuk beberapa kapsul dapat dikeluarkan isinya dan dicampur dengan cairan tanpa gula seperti tablet yang dihancurkan Barnes, Craft, George, Milner, 1987.

B. Anatomi dan Fisiologi Saluran Cerna

Sistem pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari: mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Seluruh saluran pencernaan dibatasi oleh selaput lendir membran mukosa. Dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat yang dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel dalam tubuh Pearce, 2002. Gambar 1 . Anatomi Saluran Cerna Wakefield, 2005 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Proses pencernaan dimulai dari mulut, dalam mulut makanan dikunyah untuk dihaluskan sambil bercampur dengan ludah yang mengandung enzim amilase dan ptialin. Selanjutnya oleh gerakan peristaltik, makanan masuk ke lambung melalui esofagus. Kemudian bercampur dengan getah lambung, yang terdiri dari asam hidroklorida dan pepsin. Oleh pengaruh asam ini, pilorus membuka dan menutup secara refleks. Makanan yang sudah setengah cair cimus melewati pilorus masuk ke dalam usus dua belas jari. Di dalam usus, cimus dinetralisir oleh cairan alkalis dari getah pankreas dan empedu. Oleh pengaruh enzim pankreas, karbohidrat dan lemak dibentuk menjadi suatu emulsi cimus dengan garam kolat untuk memudahkan penyerapan oleh usus. Di dalam usus besar bagian air dalam cimus dan garam diserap kembali dan sisanya dikeluarkan melalui dubur sebagai tinja Heaton dan Lewis, 1997.

C. Drug Related Problems DRPs

1. Definisi dan jenis

Drug related problems DRPs merupakan masalah-masalah yang tidak diinginkan yang dialami pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat sehingga dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi. Identifikasi DRPs merupakan perhatian dari penilaian dan keputusan akhir yang dibuat dalam tahap proses patient care . Diketahui ada tujuh jenis DRPs yang dapat disebabkan oleh obat yang harus dicarikan solusinya dan menjadi tanggung jawab dari pharmaceutical care Strand, Morley, dan Cipolle, 1998. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel I. Penyebab-penyebab Drug Related Problems DRPs Strand et al., 1998 No Jenis DRPs Kemungkinan penyebab DRPs 1. Ada obat tanpa indikasi unnecessary drug therapy Ada indikasi obat yang sudah tidak valid saat itu Terapi dengan dosis toksik Penggunaan obat lebih dari satu dengan kondisi dapat menggunakan terapi tunggal Kondisi pasien lebih baik diterapi non-farmakologi tanpa obat Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman Kondisi pasien berkaitan dengan penyalahgunaan obat, alkohol, dan merokok 2. Butuh tambahan obat need for additional drug therapy Munculnya kondisi medis baru yang membutuhkan tambahan obat baru Kondisi kronis yang membutuhkan terapi lanjutan secara terus- menerus Terapi untuk mencegah timbulnya resiko atau kondisi medis yang baru atau terapi profilaksis Kondisi yang membutuhkan terapi kombinasi 3. Pemilihan obat yang salah wrong drug Obat yang digunakan tidak efektif atau bukan yang paling efektif Pasien alergi atau kontraindikasi terhadap obat tersebut Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman Kondisi yang sukar disembuhkan dengan obat tersebut Pasien mengalami infeksi diberi obat yang sudah resisten Terapi untuk mencegah timbulnya resiko atau kondisi medis yang baru Kombinasi obat yang salah 4. Dosis terlalu rendah dosage too low Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk mendapatkan respon pada pasien Konsentrasi obat dalam darah tidak berada pada rentang terapi yang diharapkan Waktu pemberian obat yang tidak tepat, misalnya antibiotik profilaksis untuk operasi Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang sesuai untuk pasien 5. Efek samping dan interaksi obat adverse drug reaction Obat diberikan terlalu cepat Pasien memiliki reaksi alergi atau idiosinkrasi terhadap obat Pasien teridentifikasi memiliki resiko terhadap obat tersebut Bioavailabilitas obat diubah oleh interaksi dengan obat lain atau makanan Efek obat diubah karena adanya induksi atau inhibisi enzim, serta pergeseran tempat ikatan Hasil laboratorium dipengaruhi oleh adanya obat 6. Dosis terlalu tinggi dosage too high Dosis terlalu tinggi Konsentrasi obat dalam darah di atas rentang terapi yang diharapkan Dosis obat dinaikkan terlalu cepat Akumulasi obat karena terapi jangka panjang Obat, dosis, rute, frekuensi pemberian atau formulasi kurang sesuai untuk pasien 7. Kepatuhan pasien compliance Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error Pasien tidak mematuhi aturan yang ditetapkan baik dengan sengaja maupun karena tidak mengerti Pasien tidak mampu menebus obat karena masalah biaya Jenis DRPs ada obat tanpa indikasi dan butuh obat tambahan merupakan DRPs yang berhubungan dengan indikasi. Pemilihan obat yang salah dan dosis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pemberian yang terlalu rendah berhubungan dengan masalah keefektifan. Efek samping dan interaksi obat serta dosis pemberian yang terlalu tinggi berhubungan dengan masalah keamanan, sedangkan jenis DRPs yang terakhir berhubungan dengan masalah kepatuhan pasien Strand et al., 1998.

2. Interaksi obat

Tingkat signifikansi interaksi obat berdasarkan pustaka yang digunakan berupa angka 1 sampai 5, dengan tingkatan sebagai berikut: Tabel II. Tingkat Signifikansi Interaksi Obat Tatro, 2001 Tingkat Signifikansi Keparahan Laporan 1 Berat major Terbukti 2 Sedang moderate Terbukti 3 Ringan minor Terbukti 4 BeratSedang majormoderate Mungkin terjadi Ringan minor Mungkin terjadi 5 Tidak ada Tidak mungkin terjadi Onset terjadinya interaksi obat dapat terbagi menjadi 2, yaitu cepat dan tertunda. Cepat berarti efek akan terjadi selama 24 jam setelah pemberian obat yang berinteraksi, dibutuhkan penanganan segera untuk menghindari efek interaksi obat. Tertunda berarti efek akan terjadi setelah pemberian obat yang berinteraksi selama beberapa hari atau minggu Tatro, 2001. Potensi keparahan interaksi obat penting untuk menilai resiko dan manfaat alternatif terapi, dengan modifikasi dosis dan waktu pemberian obat dapat mengatasi terjadinya efek interaksi obat. Ada 3 tingkat keparahan, yaitu berat major, sedang moderate, dan ringan minor. Tingkat keparahan berat kemungkinan berpotensi menimbulkan kerusakan organ yang permanen. Efek dari tingkat keparahan sedang tergantung dari kondisi klinis pasien, dapat berupa butuh terapi tambahan, rawat inap di rumah sakit, maupun semakin lamanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pasien menjalani rawat inap di rumah sakit. Pada tingkat keparahan ringan efek yang ditimbulkan tidak diketahui dan tidak mempengaruhi tujuan terapi secara signifikan, biasanya juga tidak membutuhkan terapi tambahan Tatro, 2001.

D. Diare Akut

1. Definisi

Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak pada usia 0-2 tahun adalah karena infeksi rotavirus . Diare menyebabkan gangguan gizi dan kematian Soenarto et. al., 2004.

2. Epidemiologi

Diare akut merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah umum di berbagai negara. Tingkat kematian karena diare pada usia anak masih sangat tinggi, mencapai 5 juta balita per tahun di dunia. Sebanyak 80 di antara kematian tersebut, terjadi sebelum menginjak usia 2 tahun. Diare yang disebabkan virus lebih banyak terjadi dibandingkan diare akibat bakteri. Salah satu virus penyebab diare, yaitu rotavirus yang sebagian besar dialami bayi usia 6-24 bulan Anonim, 2007.

3. Etiologi

Diare akut dapat disebabkan oleh beberapa agen penginfeksi seperti virus, bakteri, dan parasit Entamoeba histolytica. Penyebab terbanyak pada kasus diare ialah rotavirus. Jenis bakteri yang dapat menyebabkan diare akut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI antara lain Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Vibrio, Clostridium perfingens, Staphylococcus , dan beberapa jenis bakteri lainnya Anonim, 1997.

4. Patofisiologi

Diare akut infeksi dapat diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Pada pemeriksaan feses rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Diare non inflamasi disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit Zein, Sagala, dan Ginting, 2004. Mekanisme terjadinya diare akut maupun kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium Zein et al., 2004. Diare sekretorik bila terjadi gangguan transpor elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksatif non osmotik. Beberapa hormon PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide VIP juga dapat menyebabkan diare sekretorik Zein et al., 2004. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease IBD atau akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus Zein et al., 2004. Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses Zein et al., 2004. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus Zein et al., 2004.

5. Manifestasi klinik

Diare dapat disertai dengan kejang, nyeri perut, kembung, dan mual. Selain itu, tergantung dari penyebabnya, penderita juga dapat mengalami demam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI atau tinja yang berdarah. Anak-anak harus dibawa ke dokter bila menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut: tinja mengandung nanah dan darah atau tinja berwarna hitam, suhu badan di atas 38 °C, setelah 24 jam tidak ada perbaikan, dan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi Anonim, 2004. Gejala umum dehidrasi antara lain: haus, frekuensi buang air kecil menurun, kulit kering, fatigue, urin berwarna gelap. Gejala dehidrasi pada anak- anak di antaranya, lidah dan mulut kering, jika menangis tidak mengeluarkan air mata, popok yang digunakan tidak basah selama 3 jam atau lebih, perut, mata dan pipi cekung, demam tinggi, lesu atau mudah marah, kulit tidak kembali rata jika ditekan dan kemudian dilepaskan Anonim, 2004.

6. Langkah pencegahan

Menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia 2004, yang termasuk langkah pencegahan antara lain mengajarkan pola makan yang benar, mengandung cukup serat, pemberian cairan yang cukup, dan melatih berdefekasi yang benar. Toilet training mulai diajarkan sejak usia 1 tahun dan dikatakan gagal apabila pada usia 3 tahun anak belum dapat buang air besar dengan benar.

E. Diare Disentri 1.

Definisi Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di usus yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, mencret, serta tinja mengandung darah dan lendir Simanjuntak, 1991.

2. Epidemiologi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Angka kejadian disentri sangat bervariasi di beberapa negara. Di Bangladesh dilaporkan selama sepuluh tahun 1974–1984 angka kejadian disentri berkisar antara 19,3-42. Di Indonesia dilaporkan dari hasil survei evaluasi tahun 1989–1990 diperoleh angka kejadian disentri sebesar 15. Proporsi penderita diare dengan disentri di Indonesia dilaporkan berkisar antara 5-15 Anonim, 2000.

3. Etiologi

Penyebab utama disentri adalah Shigella, Salmonela, Compylobacter jejui , Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat ummunya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri , Salmonella, dan EIEC Enteroinvasive E scherichia coli . Infeksi ini menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan biasanya terjadi pada daerah dengan sanitasi dan kondisi lingkungan perorangan yang buruk Anonim, 2000.

4. Patofisiologi

Shigella menghasilkan sekelompok eksotoksin yang dinamakan shigatoksin ST kelompok toksin ini mempunyai 3 efek: neurotoksik, sitotoksik, dan enterotoksik. Beberapa bakteri enterik lain menghasilkan toksin dengan efek yang sama, dinamakan shiga like toksin sit. Toksin ini mempunyai dua unit, yaitu unit fungsional, yang menimbulkan kerusakan, dan unit pengikat yang menentukan afinitas toksin terhadap reseptor tertentu. Perbedaan unit inilah yang menetapkan bentuk komplikasi yang terjadi. Infeksi Shigella dysentery dan flexneri telah dibuktikan menurunkan imunitas, antara lain disebabkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI peningkatan aktifitas sel T suppressor dan penekanan kemampuan fagositosis makrofag Anonim, 2000.

5. Manifestasi klinik

Diare pada disentri umumnya diawali oleh diare cair, kemudian pada hari kedua atau ketiga akan muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, kemudian akan mengalami sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah. Pada saat tenesmus terjadi, biasanya pada sebagian besar penderita akan mengalami penurunan volume diarenya dan mungkin feses hanya berupa darah dan lendir. Disentri dapat menimbulkan dehidrasi, dari yang ringan sampai dengan dehidrasi berat walaupun kejadiannya lebih jarang jika dibandingkan dengan diare akut. Komplikasi disentri dapat terjadi lokal di saluran cema maupun sistemik Anonim, 2000.

F. Penatalaksanaan Terapi

1. Tujuan terapi

a. meringankan gejala b. mengobati penyebab diare c. menangani gangguan sekunder yang dapat menyebabkan diare

2. Sasaran terapi

a. gejala b. penyebab diare

3. Terapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda 1997, dasar pengobatan diare terdiri dari: 1 pemberian cairan, baik untuk pencegahan dehidrasi maupun untuk pengobatan dehidrasi 2 pemberian makanan refeeding yang adekuat secepat mungkin 3 pemberian obat-obatan berupa antibiotika sesuai dengan penyebabnya. Obat-obat antispasmodik HCl papaverin, loperamid, ekstrak beladona, dan lain-lain dapat digunakan untuk pengobatan gejala yang dialami. Penggunaan obat pengeras tinja serta karbon adsorbent norit, kaolin, pektin, dan lainnya tidak dibenarkan untuk diberikan. Pemberian terapi cairan dan elektrolit untuk pengobatan dehidrasi dapar dilihat pada tabel III. Tabel III. Terapi Cairan untuk Pengobatan Dehidrasi Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Bethesda, 1997 Derajat dehidrasi Umur Jenis cairan Dosis mlkg BB Lama pemberian jam Ringan Semua umur Oralit per os 50 4 Sedang Semua umur Oralit per os 100 4 Ringer Laktat intra vena 30 10-12 teteskgBBmenit 1 kemudian Ringer Laktat intra vena 10 3-10 teteskgBBmenit 7 kemudian Bayi 0-1 tahun, Anak 2 tahun Oralit per os ad libitum atau ± 125 mlkgBBhari 16 Ringer Laktat intra vena 100 4 kemudian Berat Anak 2 tahun Oralit per os 100 mlkgBBhari 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia 2004, terapi yang direkomendasikan untuk pengobatan diare sebagai berikut: 1 tidak boleh diberikan obat antidiare 2 antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang. Pilihan antibiotik yang dapat diberikan adalah kotrimoksazol, amoksisilin, dan atau sesuai hasil uji sensitivitas 3 antiparasit yang dapat diberikan ialah metronidazol

G. Keterangan Empiris

Penelitian mengenai Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli 2007 Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna dapat meningkatkan kerasionalan penggunaan resep racikan pada terapi kasus pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan Periode Juli 2007 Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif. Penelitian non eksperimental merupakan penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri variabel subyek menurut keadaan apa adanya in nature, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti Pratiknya, 2007. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena data yang diperoleh dari lembar catatan medik kemudian dievaluasi berdasarkan studi pustaka, dan dideskripsikan dengan memaparkan fenomena yang terjadi, yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Penelitian ini bersifat prospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan mengamati keadaan kasus selama mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan melihat lembar catatan mediknya.

B. Definisi Operasional

1. Kasus adalah kasus pada pasien pediatri yang dirawat di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dan mendapatkan resep racikan pada periode Juli 2007. 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Evaluasi penghitungan pajak pertambahan nilai Instalasi Farmasi studi kasus di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

3 84 126

Evaluasi penggunaan antibiotika pada penyakit infeksi saluran pernafasan akut kelompok pediatri di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-September 2013.

2 8 90

Efektivitas pengendalian internal sistem penggajian (studi kasus di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta)

7 98 151

Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase dispensing.

0 1 128

Evaluasi peresapan kasus pediatri di bangsal anak rumah sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 : kajian kasus gangguan sistem saluran nafas.

0 4 139

Evaluasi penentuan tarif kamar anak : studi kasus pada Rumah Sakit Bethesda - USD Repository

0 0 67

Evaluasi peresapan kasus pediatri di bangsal anak rumah sakit Bethesda yang menerima resep racikan dalam periode Juli 2007 : kajian kasus gangguan sistem saluran nafas - USD Repository

0 0 137

Evaluasi peresapan kasus pediatri di bangsal anak rumah sakit Bethesda Yogyakarta yang menerima resep racikan periode Juli 2007 : kajian kasus gangguan sistem saluran cerna - USD Repository

0 0 96

Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase dispensing - USD Repository

0 0 126

Evaluasi komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 - USD Repository

0 0 148