Masalah-Masalah yang Dialami oleh Siswa-Siswi SMP Negeri 31

2 Saya merasa sedih atau tidak ceria semenjak orangtua bercerai item nomor 6. 3 Saya merasa tertekan sesudah orangtua bercerai item nomor 10. 4 Saya suka menyendiri item nomor 12. 5 Saya kurang taat dalam menjalankan ibadah agama saya item nomor 13. 6 Orangtua tidak mengajak saya beribadah bersama item nomor 14. 7 Saya sulit membedakan perbuatan yang dianggap baik dan perbuatan yang dianggap tidak baik item nomor 15. 8 Saya kurang memahami agama saya item nomor 16. 9 Saya terlalu dibebani pekerjaan di rumah item nomor 18. 10 Saya tidak mempunyai hobi item nomor 21. 11 Saya kurang mendapatkan pengerahan atau bimbingan dalam hidup saya item nomor 22. 12 Saya tidak mempunyai teman akrab item nomor 23. 13 Hubungan saya dalam berteman tidak tahan lama rapuh item nomor 24. 14 Saya sulit menyesuaikan diri dengan teman item nomor 26. 15 Adakalanya saya berperilaku aneh untuk menarik perhatian dari orang lain item nomor 27. 16 Saya kurang peduli pada orang lain item nomor 28. 17 Saya tidak merasa rindu dan tidak ingin bertemu dengan orangtua saya item nomor 32. 18 Saya merasa ditolak dalam keluarga saya sendiri item nomor 34. 19 Saya merasa bersalah karena orangtua saya bercerai item nomor 37. 20 Saya tidak suka dekat dengan orangtua setelah mereka bercerai item nomor 38. 21 Saya mudah berbicara kasar terhadap orangtua saya item nomor 39 22 Saya merasa malas pergi ke sekolah item nomor 40. b. Masalah di bidang belajar: 1 Saya terlambat masuk sekolah item nomor 41. 2 Saya kurang nyaman berada di rumah item nomor 42. 3 Saya sulit menyesuaikan diri dengan peraturan sekolah item nomor 43. 4 Kegiatan belajar saya terganggu karena saya harus membantu orangtua item nomor 44 5 Saya kurang bersemangat belajar di sekolah, karena orangtua kurang memperhatikan pendidikan saya item nomor 45. 6 Saya merasa tidak nyaman saat belajar di rumah item nomor 46. c. Masalah di bidang karier: 1 Saya merasa masa depan saya suram item nomor 49. 2 Saya merasa khawatir tidak dapat melanjutkan pendidikan setamat SMP item nomor 50. 3 Saya kekurangan informasi tentang pendidikan lanjutan yang dapat saya masuki setamat sekolah ini item nomor 51. 4 Untuk memenuhi kebutuhan keuangan, saya terpaksa bekerja untuk mendapatkan penghasilan sendiri item nomor 53. 5 Saya khawatir tidak tersedia biaya untuk melanjutkan pendidikan saya item nomor 54. Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan ada empat 7,4 masalah yang cukup sering dialami, ada tujuh belas 31,5 masalah yang jarang dialami, dan ada tiga puluh tiga 61,1 masalah yang tidak pernah dialami oleh siswa-siswi di SMP Negeri 31 Purworejo tahun ajaran 2016 2017 yang orangtuanya bercerai.

B. Pembahasan

Hasil penelitian tidak sejalan dengan dugaan semula. Semula peneliti menduga bahwa ada berbagai masalah yang sering dialami. Ternyata tidak ada masalah yang amat sering dialami dan sering dialami seperti yang ingin diungkap dengan kuesioner. Hanya 4 masalah 7,4 yang cukup sering dialami, 17 masalah 31,5 sering dialami, dan 33 masalah 61,1 tidak pernah dialami. Untuk membatasi pembahasan dan menghindari pengulangan yang tidak perlu pembahasan difokuskan kepada tiga hal, yaitu: 1. Masalah yang amat sering dialami dan masalah yang sering dialami 0 Data yang menunjukkan bahwa tidak ada masalah yang amat sering dialami dan sering dialami tidak sesuai dengan sumber informasi yang diperoleh peneliti dari guru BK dan kajian pustaka mengenai dampak negatif yang dialami remaja sebagai korban perceraian orangtua. Menurut guru BK, siswa-siswi yang orangtuanya bercerai ada yang sering membolos, ada yang motivasi belajarnya rendah, ada yang terjerumus dalam pergaulan bebas, ada yang merokok, ada yang putus sekolah, ada yang kurang perhatian saat guru mengajar sehingga siswi yang bersangkutan dikeluarkan dari kelas, ada yang memperoleh nilai di bawah KKM, sering terlambat masuk sekolah, dan kurang mematuhi tata tertib sekolah. Menurut sumber kajian pustaka pun, misalnya menurut Sarbini Kusuma Wulandari 2014, Meiriana 2016, Ningrum 2013, perceraian orangtua memberikan dampak negatif pada remaja seperti perasaan tidak aman, kecenderungan untuk menutup diri terhadap lingkungan sosialnya, merasakan penolakan dan kehilangan orangtua kandung, tidak ceria lagi, tidak suka bergaul, merasa rendah diri, sulit tidur sehingga timbul gejala fisik seperti pusing, kehilangan nafsu makan, merasa kesepian meskipun remaja diasuh oleh pihak yang dipercayai oleh ayah atau ibu, merasa cemas, kurang motivasi belajar, dan merasa sedih. Ada dua kemungkinan penyebab tidak ada masalah yang amat sering dialami dan sering dialami. Pertama, boleh jadi siswa-siswi yang orangtuanya bercerai secara objektif memang tidak mengalami dampak negatif perceraian orangtua mereka. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Meiriana 2016 yang menunjukkan bahwa tidak semua remaja yang menjadi korban perceraian orangtuanya mengalami keterpurukan. Ada yang memiliki cara-caranya sendiri untuk mengurangi stress dengan melakukan kegiatan positif seperti tetap berprestasi dalam hal pendidikan dan tetap berusaha untuk mandiri. Kedua, boleh jadi responden tidak menjawab pertanyaan apa adanya karena kasus perceraian dapat membuka luka batin mereka kembali, sehingga jawaban mereka tidak sesuai dengan yang terjadi di kehidupan mereka. 2. Masalah yang cukup sering dialami 7,4 Masalah-masalah yang cukup sering dialami ini terdapat dalam satu bidang, yaitu pribadi-sosial: a. Saya suka melamun atau berkhayal item nomor 11, skor 70. Masalah suka melamun atau berakhayal sesuai dengan dugaan awal peneliti karena remaja kurang bahkan tidak diperhatikan oleh orangtuanya lagi karena bercerai, remaja menjadi suka murung, dan menjadi cenderung melamun atau berkhayal. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing dalam membantu remaja mengatasai masalah ini, antara lain memberikan bimbingan memotivasi diri agar remaja senantiasa melakukan sesuatu yang positif untuk hidupnya. Remaja sendiri perlu terus aktif melakukan kegiatan positif, agar dia semakin mandiri, dewasa, dan maju. Dengan demikian, intensitas murung atau berkhayal berkurang dan pengalaman perceraian orangtua dapat menjadi pemicu remaja untuk berprestasi dan semakin maju lagi. b. Saya mudah merasa iri menyaksikan teman yang orangtuanya rukun item nomor 25, skor 73. Pada awalnya pun peneliti menduga bahwa remaja yang menjadi korban perceraian orangtuanya biasanya mudah merasa iri menyaksikan teman yang orangtuanya rukun. Bisa jadi remaja belum bisa memaafkan orangtuanya yang bercerai dan remaja merasa tidak dapat lagi menikmati kebahagiaan bersama orangtua. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing dalam membantu mengatasi masalah ini, antara lain memberikan bimbingan mengenai sikap bersyukur. Remaja perlu menjadi dirinya sendiri dengan sikap bersyukur dan tidak perlu merasa iri melihat orangtua dari temannya yang rukun, karena setiap kehidupan keluarga berbeda dan unik. Salah satu cara untuk menerapkan bimbingan mengenai sikap bersyukur dapat dilakukan dengan cara psikodrama. Psikodrama Tim Penyusun, 2016 yaitu upaya memfasilitasi konseli salah satunya untuk memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya sendiri. Dengan demikian, diharapkan remaja dapat menerima keadaan dari perpisahan orangtuanya, serta remaja diharapkan lebih bersyukur dengan hidupnya. c. Saya merasa ditolak dalam keluarga saya sendiri item nomor 35, skor 79. Sesuai dengan dugaan awal peneliti bahwa remaja yang menjadi korban perceraian orangtuanya biasanya merasa ditolak dalam keluarga sendiri, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarbini Kusuma Wulandari 2014 bahwa anak dari korban percerian merasakan penolakan dari keluarganya sendiri, penyebabnya karena sikap orangtuanya yang berubah. Perubahan sikap orangtuanya karena mereka sudah memiliki pasangan yang baru ayah tiri ibu tiri, akibatnya anak merasakan penolakan dan kehilangan orangtua kandungnya. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing dalam membantu mengatasi masalah ini, yaitu memberikan bimbingan tentang membangun hubungan baik atau tali silahturahmi dengan orangtua dan saudara-saudaranya bagi remaja yang memiliki saudara kandung agar remaja tidak merasa ditolak oleh keluarganya sendiri lagi. Menurut MacGregor 2004 remaja juga perlu melakukan hal-hal yang dapat membangun hubungan baik dengan ayah dan ibunya atau yang memiliki saudara antara lain dengan cara saling menelepon seminggu sekali, serta mengirimkan foto dan video kepada ayah atau ibu tidak serumah dengan remaja dengan menceritakan semua hal menarik tentang kejadian sehari- harinya. Bisa jadi untuk membangun hubungan yang baik dengan orangtua dan saudara-saudaranya sulit untuk dilakukan remaja tanpa adanya latihan dari dalam dirinya. Dari sinilah, guru pembimbing mengajak remaja melakukan cara untuk mengatasi permasalahan sosial yang timbul pada remaja yang bersangkutan, yaitu dengan cara sosiodrama. Sosiodrama Tim Penyusun, 2016 sebagai upaya membantu konseli memperoleh pemahaman yang tepat tentang permasalahan sosial yang

Dokumen yang terkait

Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun)

3 41 143

Perbedaan keterampilan sosial pada remaja dari keluarga utuh dan keluarga bercerai

3 45 67

Manajemen Pasien dan Masalah-masalah yang terjadi pada saat Pengambilan Foto Rontgen

0 27 39

Hubungan pemberian biasiswa terhadap peningkatan hasil belajar mata pelajaran biologi siswa kelas II SLTP Negeri se Kabupaten Bondowoso tahun ajaran 2000/2001

0 4 61

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Pengaruh bimbingan dan konseling terhadap motivasi belajar siswa SMP Babus Salam Cimone-Tangerang

0 25 79

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung

0 6 94

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 20172018 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. 3.3 Waktu Penelitian

0 0 12