Faktor-faktor Penyebab Perceraian Perceraian

23 maupun ibu yang tidak lagi menganggap kehadirannya eksistensinya, sehingga anak sering mengalami skeptis terhadap dirinya dan memungkinkan anak untuk mengalami personality disorder ketidakstabilan citra diri. Seperti yang dikemukan oleh Papalia, Olds Feldman dalam Sarbini Kusuma Wulandari, 2014 perceraian bukanlah suatu kejadian tunggal melainkan serangkaian proses yang dimulai sebelum perpisahan fisik dan berpotensi menjadi pengalaman stres dan menimbulkan efek psikologis yang buruk bagi anak. c. Perasaan marah Sarbini Kusuma Wulandari 2014 mengatakan bahwa perceraian orangtua seringkali menyebabkan emosi marah pada anak tidak terkontrol, sehingga banyak teman dekatnya yang menjadi sasaran amarahnya. Penyebab dari emosi marah yang tidak terkontrol pada anak karena pengalamannya melihat ayah dan ibunya bertengkar pada proses perceraian. Berdasarkan hasil penelitian Sarbini Kusuma Wulandari 2014 rata-rata informan mengalami gangguan psikologis akibat dari orangtua yang selalu marah di depan anak. Mereka akan terganggu secara psikis dan perilakunya, seperti anak suka mengamuk, anak bertindak agresif, anak menjadi pendiam, anak tidak ceria lagi, anak suka murung dan tidak suka bergaul dengan teman sebayanya. Papalia, Olds Feldman Sarbini Kusuma Wulandari, 2014 sifat 24 marah temperamen anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya akan selalu terekam oleh pikiran bawah sadarnya, karena perilaku orangtuanya yang sering bertengkar di depan anak, dan mengakibatkan anak mempunyai temperamen yang sulit dikendalikan. d. Perasaan sedih Hubungan orangtua yang harmonis akan membuat anak merasa nyaman. Namun sebaliknya, hubungan orangtua yang telah bercerai membuat anak merasa sedih, karena anak merasa kehilangan orang yang dia sayangi. Perceraian orangtua tetap menorehkan luka batin yang menyakitkan bagi anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarbini Kusuma Wulandari 2014 kesedihan yang muncul bagi anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya, yaitu orangtua sudah tidak menghiraukan anaknya lagi dan biasanya anak tersebut diasuh oleh kakek nenek dari pihak ayah atau ibu. Kesedihan yang dialami anak akan berdampak pada interaksi sosialnya di masa depan anaknya, seperti malu minder dengan teman sebayanya ataupun dengan lain jenis. Perihal ini dibenarkan dengan teori yang dikemukakan oleh Bird dan Melville Sarbini Kusuma Wulandari, 2014 anak yang orangtuanya bercerai merasa malu dan sedih, karena anak merasa berbeda dari teman-temannya yang lain. Kondisi tersebut dapat merusak konsep pribadi anak yang sering diikuti dengan depresi, sedih yang berkepanjangan, marah, adanya rasa penolakan, merasa rendah diri,

Dokumen yang terkait

Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun)

3 41 143

Perbedaan keterampilan sosial pada remaja dari keluarga utuh dan keluarga bercerai

3 45 67

Manajemen Pasien dan Masalah-masalah yang terjadi pada saat Pengambilan Foto Rontgen

0 27 39

Hubungan pemberian biasiswa terhadap peningkatan hasil belajar mata pelajaran biologi siswa kelas II SLTP Negeri se Kabupaten Bondowoso tahun ajaran 2000/2001

0 4 61

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Pengaruh bimbingan dan konseling terhadap motivasi belajar siswa SMP Babus Salam Cimone-Tangerang

0 25 79

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Parung

0 6 94

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 20172018 yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. 3.3 Waktu Penelitian

0 0 12