Saran Tinjauan Penelitian Terdahulu

74 ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk KabupatenKota yang menjadi sampel penelitian, sehingga tidak dapat mengeneralisasikan secara keseluruhan Kabupatenkota di Indonesia. 2. Penelitian ini tidak memberikan secara rinci alokasi penggunaan Pendapatan Asli Daerah PAD yang berasal dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain- lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Hal ini dimungkinkan apabila peningkatan pos mana yang lebih dominan sehingga memungkinkan daerah merespon cepat perubahan yang terjadi dengan meningkatan belanjanya setelah mengidentifikasi peningkatan signifikan dari pos tertentu dari Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian fenomena Flaypaper Effect lebih detail disebabkan peningkatan pos tertentu dari komponen Pendapatan Asli Daerah.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini maka peneliti memberikan saran kepada peneliti selanjutnya dan berbagai pihak sebagai berikut : 1. Peneliti menyarankan bagi peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain yang berkaitan erat secara teori terhadap belanja daerah, serta memperluas ruang lingkup penelitian, agar hasil penelitian dapat diperluas. Dikarenakan seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah, maka pemerintah harus memprioritaskan dalam Universitas Sumatera Utara 75 memperhatikan aspek tersebut, dikarenakan pengaruh variabel tersebut yang signifikan. 2. Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar lebih menambah KabupatenKota yang diteliti, sehingga akan diperoleh sampel yang lebih banyak dan hasil yang lebih akurat, selain menambah sampel penelitian, peneliti selanjutnya disarankan agar mengambil sampel KabupatenKota di luar Propinsi Sumatera Utara. Ini dimaksud agar dapat membandingkan apakah hasil penelitian ini berlaku untuk Kabupatenkota di luar Propinsi Sumatera Utara. 3. Bagi peneliti berikutnya agar dapat memperluas atau menamba sampel penelitian untuk seluruh wilayah Indonesia dengan periode pengamatan yang lebih panjang. Universitas Sumatera Utara 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Otonomi Daerah

Dalam pelaksanaan otonomi daerah kemandirian daerah merupakan hal yang sangat diperlukan, dengan adanya kemandirian tersebut diharapkan daerah mampu mengatasi persoalan-persoalan yang telah dilimpahkan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi daerah adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri terutama berkaitan dengan pemerintahan umum maupun pembangunan, yang sebelumnya diurus pemerintahan pusat. Perubahan mendasar yang terjadi pada era otonomi ditandai dengan berlakunya UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Dearah dan UU No. 25 tahun 1999 yang diperbaharui dengan berlakunya UU No. 33 tahun 2004 mambawa perubahan yang mendasar dalam pola pengelolaan pemerintahan di daerah. Tujuan utama diberlakukannya kedua undang-undang ini adalah untuk mewujudkan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan keleluasaan bagi daerah untuk membentuk daerah yang otonom yang mandiri dengan sumber dana dan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang jelas dan memberikan harapan baru bagi pengembangan otonomi yang sebenarnya. Universitas Sumatera Utara 10 Pengembangan otonomi daerah saat ini diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah Mardiasmo, 2002. Dalam Mardiasmo 2002 dijelaskan momentum otonomi daerah saat ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Pemerintah daerah untuk mengoptimalkan pembangunan daerahnya. Untuk itu, hal yang pertama kali perlu dilakukan oleh Pemerintah daerah adalah melakukan perbaikan lembaga, perbaikan sistem manajemen keuangan publik, dan reformasi manajemen publik. Oleh karena itu, untuk dapat membangun landasan perubahan yang kuat, pemerintah perlu melakukan perenungan kembali yang kemudian diikuti dengan pemerintahan wirausaha untuk menciptakan pemerintah yang baru yang lebih baik.

2.1.2 Desentralisasi

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 bahwa Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semakin besar suatu negara dilihat dari penduduk dan luas wilayah maka biasanya semakin kompleks dan “heterogen” pemerintahannya, yang tercermin dari tingkatan pemerintah daerah. Desentralisasi adalah cara untuk melakukan penyesuaian tata kelola pemerintahan dimana dilakukan distribusi fungsi pengambilan keputusan dan kontrol. Universitas Sumatera Utara 11 Desentralisasi politik dan administrasi secara bersamaan diyakini menjadi prasyarat awal bagi peningkatan kualitas layanan publik, terutama untuk kelompok miskin. Sebab, partisipasi masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan dan akuntabilitas pemerintah daerah hanya dapat terjadi apabila desentralisasi politik sudah berlangsung. Desentralisasi administrasi kemudian memperkuat kondisi tersebut lewat pembentukan kelembagaan yang bertanggung jawab menjalankan proses itu. Kemudian, desentralisasi fiskal menjadi bagian yang melengkapi persyaratan awal tadi agar ada kepastian bahwa semua program dan target dapat dilaksanakan. Desentralisasi fiskal ini merupakan inti dari desentralisasi itu sendiri karena pemberian kewenangan di bidang politik maupun administrasi tanpa dibarengi dengan desentralisasi fiskal merupakan desentralisasi yang sia-sia, sebab untuk dapat melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab serta tugas-tugas pelayanan publik tanpa diberi wewenang di dalam penerimaan maupun pengeluaran desentralisasi fiskal tidak akan efektif. Dengan demikian, desentralisasi fiskal akan memberi keleluasaan kepada daerah untuk menggali potensi daerah dan memperoleh transfer dari pusat dalam kerangka keseimbangan fiskal. Terdapat beberapa alasan untuk mempunyai sistem pemerintahan yang terdesentralisai Simanjuntak, 2001 : 1. Representasi demokrasi, untuk memastikan hak seluruh warga negara untuk berpartisipasi secara langsung pada keputusan yang akan mem-pengaruhi daerah atau wilayah. 2. Tidak dapat dipraktekkannya pembuatan keputusan yang tersentralisasi, adalah tidak realistis pada pemerintahan yang sentralistis untuk membuat keputusan mengenai semua pelayanan Universitas Sumatera Utara 12 rakyat seluruh negara, terutama pada negara yang berpenduduk besar seperti Indonesia. 3. Pengetahuan lokal lokal knowledge, mereka yang berada pada daerah lokal mempunyai pengetahuan yang lebih banyak mengenai kebutuhan lokal, prioritas, kondisi, dll. 4. Mobilitas sumber daya, mobilitas pada bantuan dan sumber daya dapat di fasilitasi dengan hubungan yang lebih erat di antara populasi dan pembuat kebijakan pada tingkat lokal.

2.1.3 Teori Transfer

Definisi transfer menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP yaitu : “Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang dari satu entitas pelapor dari atau kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan”. Transfer dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat kepada daerah dan antar pemerintah daerah. Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil DBH, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK. Transfer menurut Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan BPPK dapat dikelompokan menjadi dua kategori besar, yaitu transfer tanpa syarat Unconditional grant dan Transfer dengan syarat conditional grant. Transfer tanpa syarat unconditional grants, merupakan bantuan kepada pemerintah daerah yang tidak disertai ikatan atau syarat tertentu dalam arti daerah dapat menggunakannya sesuai dengan yang dikehendaki oleh daerah yang bersangkutan. Ciri utama dari transfer ini adalah daerah memiliki keleluasaan penuh dalam memanfaatkan dana transfer ini sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan Universitas Sumatera Utara 13 sendiri atau sesuai dengan aturan yang menjadi prioritas daerahnya. Pemerintah pusat tidak terlibat langsung dalam menentukan pengalokasian bantuan tersebut. Transfer dengan syarat conditional grant, merupakan bantuan yang diberikan kepada daerah untuk menyediakan pelayanaan atau jasa- jasa publik yang sudah ditentukan oleh pemerintah pusat. Transfer ini digunakan untuk membiayai program-program yang dianggap penting oleh pemerintah pusat. Program-program pemerintah pusat tersebut misalnya program KB, imunisasi dan lain sebagainya. Transfer ini dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu: 1. Transfer pengimbang adalah transfer yang diberikan oleh pusat kepada daerah untuk menutup sebagian atau seluruh kekurangan pembiayaan satu jenis urusan tertentu. Pemerintah daerah telah mengalokasikan sejumlah dana pendapatan daerahnya untuk penyelenggaraann urusan tersebut dengan baik. Transfer dari pemerintah pusat dalam hal ini berfungsi untuk membantu mengatasi kekurangan dana tersebut. Transfer penimbang ini juga dibedakan menjadi dua jenis, yaitu transfer penimbang tidak terbatas dan transfer penimbang terbatas. 2. Transfer bukan pengimbang adalah transfer yang diberikan oleh pusat kepada daerah untuk menambah dana penyelenggaraan suatu jenis urusan tertentu tanpa mempertimbangkan bahwa pemerintah Universitas Sumatera Utara 14 daerah sendiri akan menglokasikan dananya dalam jumlah besar atau kecil.

2.1.4 Dana Perimbangan

Menurut Halim, 2002 dijelaskan bahwa Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana Perimbangan dipisahkan menjadi lima jenis, yaitu: 1. Bagi Hasil Pajak, terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Pajak Penghasilan pasal 21. 2. Bagi Hasil Bukan Pajak, terdiri atas Provisi Sumber Daya Hutan PSDH, pemberian hak atas tanah negara, landrent, dan penerimaan dari iuran eksplorasi. 3. Dana Alokasi Umum DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Estimasi untuk perhitungan anggaran DAU dihitung berdasarkan UU No. 25 Tahun 1999 dan PP No. 104 Tahun 2000. 4. Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang bersal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Berdasarkan pasal 19 ayat 1 PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan, disebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. 5. Dana Darurat, terdiri atas Dana Kontingensi. Dana Kontingensi yaitu dana yang disisihkan dari pendapatan bersih untuk menutup biaya tidak terduga atau tidak diharapkan.

2.1.4.1 Dana Bagi Hasil

Berdasarkan ketentuan umum Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 20 : “ Dana Bagi Hasil DBH adalah Universitas Sumatera Utara 15 dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. Menurut Widarnarto 2015 dana bagi hasil yang selanjutnya disebut DBH merupakan penerimaan yang diperoleh oleh pemerintah daerah bagi hasil pajak dan non pajak yang berasal dari hasil pembagian penerimaan pusat dan provinsi yang diperuntukkan bagi pemerintah kabupatenkota. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan angka presentase tertentu didasarkan atas daerah penghasil untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH dilakukan berdasarkan prinsip by origin atau daerah penghasil yang disalurkan berdasarkan bagian daerah pada realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan. Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam. Dana Bagi Hasil Pajak terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, Dana Bagi Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan. Sedangkan Dana Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam terdiri dari Dana Bagi Hasil Kehutanan, Dana Bagi Hasil Pertambangan Umum, Dana Bagi Hasil Perikanan, Dana Bagi Universitas Sumatera Utara 16 Hasil Pertambangan Minyak Bumi, Dana Bagi Hasil Pertambangan Gas Bumi, Dana Bagi Hasil Pertambangan Panas Bumi

2.1.4.2 Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum merupakan komponen dari dana perimbangan yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan bahwa “Dana Alokasi Umum DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. Definisi dari DAU dapat diartikan sebagai berikut Sidik, 2003 : 1. Salah satu komponen dana perimbangan pada APDN yang pengalokasikannya didasarkan atas konsep kesenjangan fiskal atau celah fiskal yaitu selisih antar kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal 2. instrument untuk mengatasi horizontal imbalance yang dialokasikan dengan tujuan peningkatan kemampuan keuangan antara daerah dan penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah. 3. Equalization grant, berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan kemampuan keuangan dengan adanya PAD, bagi hasil pajak, dan bagi hasil SDA yang diperoleh daerah otonomi dan pembangunan daerah. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dana alokasi umum yang selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dasar hukum Dana Alokasi Umum : Universitas Sumatera Utara 17 a. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. b. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang dana perimbangan Pembagian dana untuk daerah melalui bagi hasil berdasarkan daerah penghasil cenderung menimbulkan ketimpangan antar daerah dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Dana alokasi umum bagi daerah yang potensi fiskalnya besar namun kebutuhannya fiskalnya kecil akan memperoleh Dana alokasi umum yang relatisf kecil. Sebaliknya daerah yang memiliki potensi fiskalnya kecil namun kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh dana alokasi umum relative besar. Dengan maksud melihat kemampuan APBD dalam membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pembangunan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai Halim,2009. Halim 2009 mengatakan bahwa ketimpangan ekonomi antara satu Provinsi dengan Provinsi lain tidak dapat dihindari dengan adanya desentralisasi fiskal. Disebabkan oleh minimnya sumber pajak dan sumber daya alam yang kurang dapat digali oleh pemerintah daerah. Untuk menanggulani ketimpangan tersebut, pemerintah pusat berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa DAU kepada daerah. Bagi daerah yang tingkat kemiskinanya lebih Universitas Sumatera Utara 18 tinggi, akan diberikan DAU lebih besar dibanding daerah yang kaya begitu juga sebaliknya. Adapun cara menghitung DAU menurut ketentuan adalah sebagai berikut Prakosa, 2004: a. DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. b. DAU untuk daerah Provinsi dan KabupatenKota ditetapkan masing-masing 10 dan 90 dari Dana Alokasi Umum sebagaimana ditetapkan diatas. c. DAU untuk suatu kabupatenKota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah Dana Alokasi Umum untuk KabupatenKota yang ditetapkan APBN dengan porsi KabupatenKota yang bersangkutan. d. Porsi KabupatenKota sebagaimana dimaksud di atas merupakan proporsi bobot KabupatenKota di seluruh Indonesia.

2.1.4.3 Dana Alokasi Khusus

Dana alokasi khusus DAK adalah dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Berdasarkan pasal 19 ayat 1 PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan, disebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Yang dimaksudkan sebagai daerah tertentu adalah daerah- daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus memperhatikan ketersedian Universitas Sumatera Utara 19 dana dalam APBN berarti bahwa besaran Dana Alokasi Khusus tidak dapat dipastikan setiap tahun. DAK disalurkan dengan cara pemindah bukuan dari rekening kas umum Negara ke rekening kas umum daerah, oleh sebab itu DAK dicantumkan dalam APBD Listiorini, 2011. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan dan perjalanan dinas. DAK ini digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik antara lain seperti pembangunan rumah sakit, jalan, irigasi, dan air bersih. Menurut Ndadari dan Adi 2008 DAK ini bisa disamakan dengan belanja pembangunan karena digunakan untuk mendanai peningkatan kuliatas pelayanan publik berupa pembangunan sarana dan prasarana publik. Dana Alokasi Khusus digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang. Dalam keadaan tertentu Dana Alokasi Khusus dapat membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 tahun. DAK digunakan sepenuhnya sebagai belanja modal oleh pemerintah daerah. Belanja modal kemudian digunakan untuk menyediakan aset tetap. Menurut Abdullah dan halim 2004 aset tetap yang dimiliki dari penggunaan belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemda. Universitas Sumatera Utara 20

2.1.5 Pendapatan Asli Daerah

Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri diberikan sumber-sumber pedapatan atau penerimaan keuangan daerah untuk membiayai seluruh aktivitas dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat secara adil dan makmur. Sebagaimana halnya dengan negara, maka daerah dimana masing-rnasing pemerintah daerah mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan rakyat dengan jalan melaksanakan pembangunan disegala bidang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 10 yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah berhak dan berwenang menjalankan otonomi, seluas-Iuasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Adanya hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan Kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri merupakan suatu upaya untuk meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerahnya dengan mengelola sumber- sumber pendapatan daerah secara efisien dan efektif khususnya pada Pendapatan asli daerah. Hal tersebut tercantum pada UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 3 No. 1 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah yang menyatakan bahwa PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan Desentralisasi. Universitas Sumatera Utara 21 Menurut Mardiasmo 2002, pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Menurut Yani 2008, pendapatan asli daerah PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut Widarnarto 2015:19 pendapatan asli daerah merupakan penerimaan yang di peroleh oleh pemerintah daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipunggut dengan menerbitkan peraturan daerah dengan mendasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang berlaku. Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah PAD yaitu: a. Pajak Daerah; Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerahbagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. b. Retribusi Daerah; Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa Retribusi Daerah yang Universitas Sumatera Utara 22 selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Retribusi dapat tidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecil danatau atas kebijakan nasionaldaerah untuk memberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 pasal 108 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Objek Retribusi terbagi atas:  Jasa Umum;  Jasa Usaha; dan  Perizinan Tertentu. c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; Penganggaran yang dihasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial danatau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah. Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan: Universitas Sumatera Utara 23  Bagi perusahaan daerah yang menjalankan fungsi pemupukan laba adalah mampu menghasilkan keuntungan atau deviden dalam rangka meningkatkan PAD; dan  Bagi perusahaan daerah yang menjalankan fungsi kemanfaatan umum adalah mampu meningkatkan baik kualitas mau pun cakupan layanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. d. Lain-lain PAD yang sah; Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 26, Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:  Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;  Jasa giro  Pendapatan bunga  Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah  Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan  Pengadaan barang danatau jasa oleh daerah Universitas Sumatera Utara 24  Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing  Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan  Pendapatan denda pajak  Pendapatan denda retribusi  Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan  Pendapatan dari pengembalian  Fasilitas sosial dan fasilitas umum  Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan  Pendapatan dari angsurancicilan penjualan Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah meliputi Pemendagri No.37 tahun 2014 tentang APBD untuk tahun 2015: a Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain - lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat Penerima. b Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain - lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai peruntukannya. c Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama FKTP milik pemerintah daerah yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah PPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah. Yang dimaksud dengan Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per - bulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Universitas Sumatera Utara 25

2.1.6 Belanja Daerah

Belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relative dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa deskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum Rofiq, 2007. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintah daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja. Menurut leonard 2011 Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupatenkota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang- undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam rangka memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Universitas Sumatera Utara 26 belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: a. Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. b. Belanja Bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. c. Belanja Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaanlembaga tertentu yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umum masyarakat agar harga jual produksijasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. d. Belanja Hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang danatau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan Universitas Sumatera Utara 27 organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah dietapkan peruntukannya. e. Belanja Bantuan Sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang danatau barang kepada kelompokanggota masyarakat dan partai politik. f. Belanja Bagi Hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupatenkota atau pendapatan kabupatenkota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. g. Belanja Bantuan Keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupatenkota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupatenkota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan danatau peningkatan kemampuan keuangan. h. Belanja Tidak terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Universitas Sumatera Utara 28 Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: a. Belanja Pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorariumupah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. b. Belanja barang dan jasa, digunakan untuk pengeluaran pembelianpengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan danatau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. c. Belanja Modal, digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan Warsito, dkk 2008.

2.1.7 Flypaper Effect

flypaper effect disebut sebagai suatu kondisi yang terjadi saat pemerintahan daerah merespon belanja lebih banyak menggunakan dana transfer dari pada menggunakan pendapatan sendiri. Menurut Maimunah 2006, flypaper effect merupakan suatu kondisi yang terjadi saat pemerintah daerah merespon belanja lebih banyakboros dengan menggunakan dana transfer grants yang diproksikan dengan DAU dana alokasi umum dari pada menggunakan kemampuan sendiri, diproksikan dengan PAD pendapatan asli daerah. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah yang di break-down dalam tiga belanja bidang unit yaitu belanja bidang unit pendidikan, kesehatan, dan Universitas Sumatera Utara 29 pekerjaan umum. Selanjutnya variabel-variabel bebasnya adalah Dana Alokasi Umum DAU, Pendapatan Asli Daerah PAD, dan Kemampuan Daerah. Oates 1999 menyatakan fenomena flaypaper effect dapat dijelaskan dengan ilusi fiskal. Bagi Oates, transfer akan menurunkan biaya rata-rata penyediaan barang publik bukan biaya marginalnya. Namun masyarakat tidak memahami penurunan biaya yang yang terjadi adalah pada biaya rata-rata atau biaya marginalnya. Masyarakat hanya percaya harga barang publik akan menurun. Bila harga permintaan barang publik tidak elastis, maka transfer berakibat pada kenaikan pajak bagi masyarakat. Ini berarti Flypaper effect merupakan akibat dari ketidaktahuan masyarakat akan anggaran pemerintah daerah. Lebih jauh, ilusi fiskal diartikan sebagi kesalahan persepsi masyarakat baik mengenai pembiayaan maupun alokasi anggaran dan keputusan mengenai kedua hal tersebut dihasilkan justru dari kesalahan persepsi semacam ini. Sedangkan menurut Kuncoro 2007 fenomena flaypaper effect mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi dari pada elastissitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah. Flypaper effect dapat terkendali dalam dua versi Kuncoro, 2007 yaitu : Pertama merujuk pada peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja pemerintahan yang berlebihan, dan kedua mengarah pada elastisitas pegeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi dari pada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Maimunah 2006 diketahui bahwa tidak terdapat Universitas Sumatera Utara 30 perbedaan terjadinya flypaper effect baik pada daerah yang Pendapatan Asli Daerahnya tinggi maupun pada daerah yang Pendapatan Asli Daerahnya rendah.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut : Maimunah 2006 melakukan penelitian tentang Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah KabupatenKota di sumatera dan menemukan besarnya nilai Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah dan ada pengaruh Flypapaer Effect dalam memprediksi Belanja Daerah periode ke depan. Leonard 2011, dalam penelitiannya yang berjudul Fenomena Flypaper Effect pada Belanja Daerah Pemerintah KabupatenKota di Provinsi Riau. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kapasitas fiskal mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap belanja daerah dari pada dana alokasi umum, hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan kabupatenkota di provinsi Riau lebih bertumpu pada kapasitas fiskal daerah dari pada bantuan dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah juga tidak bertupu pada dana alokasi umum dalam menyusun belanja daerah periode selanjutnya. Listiorini 2011 dengan judul Fenomena Flypaper Effect pada Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah terhadapa Belanja Daerah KabupatenKota di Sumatera Utara. Meneliti pengaruh dana perimbangan dari Universitas Sumatera Utara 31 pemerintah pusat yang diberikan kepada pemerintah daerah. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan terjadi fenomena Flypaper Effect pada DAU, DAK, DBH dan PAD berpengaruh terhadap Belanja Daerah KabupatenKota di Sumatera Utara dan secara parsial, terjadi fenomena Flypaper Effect dimana nilai koefisien DAU terhadap Belanja Daerah lebih besar dari nilai koefisien PAD dan keduanya berpengaruh signifikan terhdap Belanja Daerah di KabupatenKota di Sumatera Utara, sedangkan variabel DAK dan DBH tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah, dan riset ini menunjukkan bahwa variabel DAK dan DBH tidak berpengaruh signifikan terhadap kenaikan Belanja Daerah. Fitri 2012 yang meneliti tentang Flypaper Effect pada Unconditional Grant dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitiannya menunjukan dana alokasi umum, dana bagi hasil dan pendapatan asli daerah secara simultan berpengaruh terhadap belanja daerah kabupatenkota di provinsi sumatera utara. Dana alokasi umum, dana bagi hasil dan pendapatan asli daerah berpengaruh secara parsial terhadap belanja daerah kabupatenkota di provinsi sumatera utara dan terjadi Flypaper Effect pada dana alokasi umum, dana bagi hasil terhadap belanja daerah. Tabel 2.1 memperlihatkan jurnal-jurnal dan penelitian yang penulis jadikan sebagai referensi dan pedoman dalam penelitian flypaper effect pada Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara . Adapun penelitian yang sejenis yang sebelumnya telah dilakukan untuk menentukan belanja daerah diantarnya : Universitas Sumatera Utara 32 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Variabel yang digunakan Hasil Penelitian 1 Mutiara Maimunah 2006 Variabel Independen : - Dana Alokasi Umum DAU, - Pendapatan Asli Daerah PAD. Variabel Dependen: - Belanja Daerah Besarnya nilai Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah dan ada pengaruh flypaper effect dalam memprediksi Belanja Daerah periode ke depan. 2 leonard P, 2011 Variabel Independen: - Dana Alokasi Umum DAU, - Kapasitas Fiskal KF Variabel Dependen: - Belanja Daerah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas fiskal mempunyai pengruh yang lebih signifikan terhadap belanja daerah dari pada dana alokasi umum. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa Dana alokasi umum dan kapasitas fiskal berpengaruh secara simultan terhadap belanja daerah. 3 Listiorini 2011 Variabel Independen: - Dana Alokasi Umum DAU, - Dana Alokai Khusus DAK, - Dana Bagi Hasil DBH, - Pendapatan Asli Daerah PAD. Variabel Dependen: - Belanja Daerah Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial terjadi fenomena flaypaper effect pada DAU, DAK, DBH, dan PAD terhadap Belanja Daerah kabupatenkota di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 33 Sumber : Dioalah Penulis

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

7 91 72

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

3 91 94

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah di Provinsi Aceh

1 50 99

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Dengan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 91 90

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pemda di Provinsi Sumatera Utara

1 43 73

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Tingkat Kemandirian Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

4 37 108

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 35 106

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

0 1 12

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

0 0 11