Penerapan SMK3 di PT Chevron Pacific Indonesia Duri

c. Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal : 1. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan 2. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar 3. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan 4. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan 5. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi 6. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja 7. adanya pelaporan 8. adanya masukan dari pekerjaburuh

2.2.5. Penerapan SMK3 di PT Chevron Pacific Indonesia Duri

Beberapa program penerapan SMK3 di PT CPI dimodifikasi dari OHSAS 18001 Occupational Health and Safety Assessment Series dan PP No. 50 Tahun 2012. Adapun program yang dilakukan PT CPI di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2014 antara lain : a. Fundamental Safe Work Practice FSWP Dalam IBU FSWP Guidebook 2011, FSWP merupakan beberapa asas untuk mewujudkan kerja yang aman. Tujuan dari proses Managing Safe Work MSW atau yang disebut sebagai Fundamental Safe Work Practice yakni untuk mengidentifikasi, menilai, mengurangi, mengendalikan atau menghilangkan risiko-risiko yang terkait dengan pekerjaan. Proses ini menyediakan pengenalan dan evaluasi dari bahaya kerja, spesifikasi dari tindakan pengendalian, manajemen dari tindakan tersebut, pengendalian kerja dan perilaku pendukung kerja yang aman. Pelaksanaan FSWP Universitas Sumatera Utara lebih ditujukan untuk mengukur kinerja awal leading indicator sehingga kinerja akhir lagging indicator sudah seharusnya menjadi baik dan berkelanjutan. Setiap karyawan bertanggung jawab dan bertanggung-gugat terhadap kebiasaan praktik kerja yang selamat. Setiap Leader harus memastikan bahwa proses FSWP dilaksanakan dengan benar dan konsisten sesuai dengan prinsip-prinsip accountability . Beberapa asas tersebut secara spesifik antara lain Standart Operating Procedure SOP, Personal Protective Equipment PPE, Material Safety Data Sheet MSDS. Standart Operating Procedure SOP adalah langkah-langkah kerja tertulis yang terfokus kepada pelaksanaan pekerjaan untuk mengurangi risiko kerugian dan mempertahankan kehandalan. SOP harus tersedia dan dilaksanakan saat bekerja. SOP di PT CPI dilakukan sehari sebelum melakukan pekerjaan untuk mendapatkan Permit to Work izin kerja. Namun hal tersebut tidak berlaku dalam keadaan emergency. Secara umum SOP berisi batasan-batasan operasi peralatan dan keselamatan, dan prosedur menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan peralatan. Beberapa kriteria dari SOP yang memenuhi kualifikasi antara lain: 1. SOP harus menjelaskan secara spesifik tentang pekerjaan yang akan dilakukan. SOP harus sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. 2. SOP harus membagi langkah kerja sesuai urutan pekerjaan. Jelaskan kegiatan pada pekerjaan secara terperinci agar bahaya yang muncul dapat teridentifikasi. Universitas Sumatera Utara 3. SOP harus mengidentifikasikan kemungkinan bahaya terhadap keselamatan pekerja pada tiap langkah pada pekerjaan. Termasuk cidera pada pekerja, jatuh, kejatuhan material, paparan sumber energi, dan lainnya. 4. SOP harus menentukan langkah mitigasi kemungkinan bahaya terhadap keselamatan pekerja yang akan terjadi. Jelaskan langkah mitigasi yang dilakukan untuk tiap bahaya terhadap keselamatan pekerja yang teridentifikasi seperti helm, sepatu, area kerja, rambu-rambu dan kualifikasi pekerja. 5. SOP harus mengidentifikasikan kemungkinan bahaya terhadap lingkungan yang terkait dengan langkah kerja, termasuk dampaknya terhadap lingkungan. Contoh : tumpahan minyak ke air atau tanah, kebisingan, gas yang terpapar ke udara. 6. SOP harus menentukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan bahaya lingkungan yang akan terjadi. Jelaskan langkah mitigasi yang dilakukan untuk tiap bahaya terhadap lingkungan yang teridentifikasi. Contoh : pelindung tumpahan secondary, monitoring, dan lainnya. 7. SOP harus mengidentifikasikan kemungkinan bahaya terhadap kesehatan atau ergonomi yang terkait dengan tiap langkah kerja, termasuk dampaknya terhadap kesehatan pekerja. Contoh : terpapar bahan beracun, kebisingan, ergonomic repetitive stress pengangkatan yang dapat juga bersinggungan dengan bahaya pada keselamatan pekerja dan lingkungan. 8. SOP harus menentukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan bahaya yang akan terjadi pada kesehatan atau ergonomi. Jelaskan langkah mitigai yang dilakukan untuk tiap bahaya terhadap kesehatan atau ergonomi. Contoh : Universitas Sumatera Utara pelindung pernafasan, pelindung pendengaran, jadwal untunk istirahat, batas pengangkatan dan lainnya. 9. SOP harus menjelaskan jika Surat Izin Kerja Khusus dibutuhkan, termasuk pekerjaan spesifik dalam SWP. 10. SOP harus mengidentifikasi aktivitas, tanggung jawab dan kewenangan selruh pihak. Tentukan jumlah pekerja pada pekerjaan tersebut dan apa tugas mereka, termasuk apabila ada persetujuan dari pihak-pihak terkait. Personal Protective Equipment PPE atau Alat Pelindung Diri APD merupakan alat bantu sebagai pertahanan terakhir untuk mengurangi risiko akibat dari suatu kecelakaan. PPE mencakup semua alat pelindung diri dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja antara lain: 1. Alat Pelindung Kepala Head Cover 2. Alat Pelindung Mata eye glasses, goggles, eye wash 3. Alat Pelindung Telinga ear muffler, ear plug 4. Alat Pelindung Tangan hand gloves:rubber,cotton, leather 5. Alat Pelindung Kaki safety shoes, rubber boot 6. Alat Pelindung Pernafasan Purifying Respirator, Air Supply Respirator , Breathing Apparatus 7. Alat Pelindung Tubuh 8. Alat Pelindung Bekerja Di Ketinggian dan lainnya Material Safety Data Sheet MSDS merupakan penjelasan mengenai suatu bahan kimia berbahaya yang mencakup informasi mengenai bahaya potensial dan cara Universitas Sumatera Utara penanganan yang sesuai terhadap bahan yang digunakan. MSDS umumnya dibagi atas 7 bagian yang mencakup jenis informasi berikut: 1. Identifikasi 2. Unsur Berbahaya 3. Data Bahaya Api dan Ledakan 4. Data Fisik 5. Data Bahaya untuk Kesehatan 6. Informasi Pelindung Khusus 7. Prosedur Penanganan Tumpahan atau Kebocoran dan Tindakan Pencegahan Khusus b. Behaviour Based Safety BBS Merupakan program yang digunakan untuk menggambarkan program yang berfokus pada perilaku pekerja sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Program Behavior Based Safety akan mengidentifikasi pekerja yang berperilaku tidak aman kemudian mengarahkan pekerja tersebut untuk berperilaku aman pada saat bekerja Krause, 2000. BBS dilaksanakan dengan beberapa tahap, antara lain: 1. Pengamatan di tempat kerja. Dimulai dengan memantau perilaku pekerja selama bekerja. Pengamatan tersebut dilakukan oleh seorang pengamat yang telah ditunjuk oleh perusahaan. 2. Pengumpulan data dan laporan awal. Hasil pengamatan yang diperoleh akan dikumpulkan untuk dijadikan laporan awal dalam pelaksanaan BBS. Universitas Sumatera Utara 3. Laporan analisis dan rekomendasi. Laporan awal yang diterima akan dianalisis oleh perusahaan dan menghasilkan sebuah rekomendasi untuk mengatasi perilaku berisiko pada pekerja, sehingga dapat menghilangkan bahaya atau risiko di tempat kerja. c. Hazard Identification HAZID Hazard merupakan suatu kondisi atau tindakan yang mempunyai potensi pelepasan energi yang tidak direncanakan, atau kontak yang tidak dikehendaki dengan sumber energi, yang dapat membahayakan atau melukai orang, atau merusak harta benda maupun lingkungan. Sumber energi tersebut antara lain : 1. Gravitasi. Gaya tarik bumi terhadap massabenda. Contoh: benda jatuh, atap runtuh, tersandung atau jatuh 2. Gerakan terarah. Benda atau zat yang berpindah dalam arah tertentu. Contoh: kendaraan atau peralatan yang bergerak, arus air, angin, dan posisi badan: mengangkat, menjangkau, atau membungkuk. 3. Mekanik. Energi pada komponen sistem mekanis, yaitu perputaran, getaranvibrasi, atau gerakan yang terjadi pada peralatanmesin yang tidak bergerak. Contoh: peralatan berputar, pegas tekan, sabuk pembawa drive belt , ban berjalan, dan motor. 4. Listrik. Keberadaan arus dan aliran bermuatan listrik. Contoh: jaringan listrik, trafo, listrik statis, petir, peralatan bermuatan listrik, instalasi listrik, dan baterai. 5. Tekanan. Energi yang terdapat pada cairan atau gas yang dimampatkan atau dalam kondisi hampa udara. Contoh: pipa bertekanan, tabung gas bertekanan, Universitas Sumatera Utara saluran pengendali control lines, bejana, tangki, selang, dan peralatan pneumatik dan hidrolik. 6. Suhu. Perbedaan energi termalpanas yang diukur terhadap benda atau lingkungan, yang dirasakan oleh tubuh sebagai panas atau dingin. Contoh: api terbuka, sumber percikan api, permukaan cairan atau gas yang panas atau dingin, uap gesekan dan kondisi lingkungan dan cuaca. 7. Kimia. Energi terkandung dalam bahan kimia atau melalui reaksi kimia, yang berpotensi menimbulkan hazard bahaya fisik atau kesehatan pada manusia, peralatan, atau lingkungan. Contoh: uap mudah terbakar, hazard bahaya reaktif, karsinogen atau senyawa beracun lainnya, korosif, piroforik, mudah meledak, bahan kimia yang menyerap oksigen di udara, asap las, dan debu. 8. Biologi. Organisme hidup yang menimbulkan hazard bahaya. Contoh: hewan, bakteri, virus, serangga, penyakit yang menular melalui darah, penanganan makanan yang tidak baikhigienis, dan air yang terkontaminasi. 9. Radiasi. Energi yang terpancar dari unsur atau sumber radioaktif, dan bahan radioaktif alami NORM. Contoh: sinarcahaya, cahaya las listrik, sinar matahari, gelombang mikro microwave, sinar laser, sinar-X, dan skala NORM. 10. Bunyi. Bunyi adalah energi yang timbul dari benda atau zat bergetar yang disampaikan berupa gelombang. Contoh: kebisingan peralatan, kebisingan benturan, getaran, bunyi pelepasan tekanan tinggi pressure release, dan dampak kebisingan terhadap komunikasi. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Hazard Type Sumber : IndoAsia Business Unit Fundamental Safe Work Practice Guidebook, Jakarta Tujuannya Hazard Identification antara lain : 1. Menjelaskan metode untuk mengidentifikasi sumber energi di lingkungan kerja 2. Membantu identifikasi potensi hazard bahaya yang berhubungan dengan sumber energi 3. Mempertajam kemampuan menilai hazard bahaya dengan menggunakan metode ini secara utuh. d. Stop Work Authority SWA Yaitu hak untuk berhenti bekerja berguna untuk menetapkan tanggung jawab dan kewenangan setiap individu untuk berhenti bekerja ketika kondisi tidak aman atau tindakan dapat mengakibatkan peristiwa yang tidak diinginkan. Situasi yang menyebabakan berhenti bekerja antara lain : kondisi yang tidak aman, terjadi insiden, signifikan terjadi near-loss, situasi darurat, suara alarm, perubahan kondisi, Universitas Sumatera Utara perubahan lingkup pekerjaan, perubahan rencana kerja, dan ketika setiap orang merasa bahwa personil, lingkungan, atau peralatan yang berisiko e. SSWA Self Stop Work Authority Sama halnya dengan SWA, SSWA merupakan hak pribadi seorang pekerja untuk berhenti bekerja ketika kondisi tidak aman atau tindakan dapat mengakibatkan peristiwa yang tidak diinginkan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang dapat mempengaruhi pelaksanaannya. Dengan demikian, organisasi dapat segera melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya. Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 telah mengeluarkan pedoman SMK3. Berbagai institusi, lembaga atau negara telah mengembangkan berbagai bentuk Sistem Manajemen K3. Semua Sistem Manajemen K3 tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengelola dan mengendalikan bahaya yang ada dalam operasi organisasi. Oleh karena itu antara SMK3 Kemenaker dengan sistem manajemen K3 lainnya termasuk OHSAS 18001 tidak perlu dipertentangkan karena semuanya memiliki tujuan yang sama. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan kejadian kecelakaan di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri- Riau pada bulan Februari - Maret 2014.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2014 yaitu sebanyak 150 orang. 3.3.2 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian pekerja di Treat and Ship Operations – Facility Operation dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel Saryono, 2008 : Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment Di PT. Kreasi Kotak Megah.

11 166 139

Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011.

67 288 147

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( SMK3 ) DI PT. PATRA TRADING MALANG

4 36 21

Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2015

5 37 287

PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. ASIA PAPER MILLS PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. ASIA PAPER MILLS.

0 7 12

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SEBAGAI UPAYA PECEGAHAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI BENGKEL OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

4 10 137

GAP ANALYSIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2 13 32

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP TINGKATAN KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI

0 2 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja 2.1.1. Pengertian Kecelakaan Kerja - Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) DENGAN Kejadian Kecelakaan Kerja Di Treat And Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Ind

0 0 25

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI

0 2 14