Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) DENGAN Kejadian Kecelakaan Kerja Di Treat And Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia Duri

(1)

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI

TREAT AND SHIP OPERATIONS FACILITY OPERATIONS PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI

SKRIPSI

Oleh:

SRI NOVIANTI

101000179

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI

TREAT AND SHIP OPERATIONS FACILITY OPERATIONS PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

SRI NOVIANTI 101000179

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI TREAT AND SHIP OPERATIONS FACILITY OPERATIONS PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki

dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memeroleh bimbingan,

dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(5)

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Pembimbing I atas keluangan

waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. M.S selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan

skripsi ini.

5. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak

memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Surya Dharma, M.PH selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.

8. Saudara senasib seperjuangan seperantauan: Melyana Emerensiana, Siti Chadiyah

Hutagalung a.k.a lisa, Cyndi Olivia , Nesya Oktaviana Manurung, dan Tresyagati

yang telah banyak berbagi suka dan duka serta menjadi keluarga kedua selama

masa perkuliahan.

9. Teman serumah semasa PBL di kampung gelap Bukit Lawang (Kelompok 11,

12, 13 PBL FKM USU).

10.Teman-teman anggota d‟cantiks (adel, kak el, tik a, izzah, wid o, kak chichi, kak nad, sylvana jolie, and nenek ashel)

11.Teman – teman, abang – abang, kakak – kakak, adik – adik di UKMI FKM USU yang telah berbagi pembelajaran dan proses yang luar biasa selama berorganisasi.


(6)

12.Teman-teman selama 3 tahun di kosan Aqilah yang menjadi tempat tinggal paling

lama selama berada di perantauan.

13.Teman-teman genk 364 kosan memet yang memberikan kesan luar biasa di awal

kuliah (riris, jeny, be, monce, latifah, dll).

14.Sahabat sedari SMA, Prefor (rani, ega, uji, nisa, maya) yang menjadi tempat

berkeluh kesah ketika ada kendala diperkuliahan dan supporter terhebat walaupun

dari jarak jauh serta JoCe (salmi,dika,parbun,tipok,dyan,vira,rida) yang tak

hentinya mengingatkan dan memberi dukungan agar cepat tamat

15.Teman – teman di Departemen KKK : Dyah Ayu Wulandari SKM, Riska Theodora, Eva, Ebo, Andi, Imam, Indrak, Ponco, Manda, Jhon, Nur, Hermin, bg

Dudu, Kak Uya, Kak Desi, Kak Feb, bg Parta, bg Pojik, bg Cuan, dll atas

dukungan, motivasi, dan pembelajaran selama masa perkuliahan dan penulisan

skripsi ini.

16.Teman – teman stambuk 2010 yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu atas proses pembelajaran di FKM USU selama ini.

Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua

orang tua yang tersayang, ayah Yusuf Rizal dan ibu Saflidar atas segala kasih sayang,

doa, pengorbanan, kesabaran, motivasi yang diberikan dengan segenap cinta yang

tulus hingga detik ini. Selanjutnya kepada abangda Muhammad Azhar dan Thohirul

Rasyid yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis, juga adinda Putri Riza

Chaniago, Ahmad Gifar dan Jeni Sarah Amalia yang selalu sabar mendoakan dan


(7)

dan mendoakan serta memberi dorongan tanpa henti kepada penulis untuk

mengerjakan skripsi dan mendoakan kelancaran skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun

yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan

Masyarakat di Indonesia. Amin.

Medan, 11 Juli 2014

Penulis,


(8)

ABSTRAK

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berperan penting dalam mengurangi angka kejadian kecelakaan kerja dan mencegah gangguan kesehatan akibat pekerjaan, khususnya pada pekerjaan yang menggunakan mesin bersuhu tinggi dan bahan kimia dalam beberapa tahapan produksinya. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja diperlukan untuk meminimalisir bahkan mengeliminasi kecelakaan kerja.

Penelitian ini secara desktiptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan kejadian kecelakaan di bagian Treat and Ship Operations. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 60 orang diambil secara Simple Random Sampling di bagian Treat and Ship Operations. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi langsung dan wawancara kepada pekerja dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai program penerapan SMK3 yaitu Fundamental Safe Work Practice, Behaviour Based Safety, Hazard Identification, Stop Work Authority dan Self Stop Work Authority.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bagian Treat and Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia Duri kategori baik yaitu sebesar 98.3%.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan PT CPI melakukan pendekatan langsung seperti melakukan himbauan untuk bekerja dengan aman dan himbauan tentang penggunaan APD, pembinaan dan pelatihan khususnya mengenai Behaviour Based Safety serta meningkatkan lagi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar semakin baik kedepannya.

Kata Kunci : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Penerapan SMK3, Kecelakaan Kerja, Treat and Ship Operations


(9)

ABSTRACT

Occupational Health and Safety Management System gives an important role in reducing the incidence of occupational accidents and prevent health problems because of work, especially in high temperature machines and chemicals in some stages of production. Implementation of Occupational Health and Safety Management System is to minimize and even eliminate accidents.

This research uses descriptive research with quantitative approach which aims to describe the implementation of the Occupational Health and Safety Management System with the accident in Treat and Ship Operations. Sample in this study is 60 people were taken using simple random sampling technique at the Treat and Ship Operations . Data were collected by direct observation and interviews with workers using a questionnaire containing questions about implementation of Occupational Health and Safety Programmes such as Fundamental Safe Work Practice, Behaviour Based Safety, Hazard Identification, Stop Work Authority and Self Stop Work Authority.

The results showed that the application of the Occupational Health and Safety Management System at the Treat and Ship Operations - Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia Duri included in good categories is equal to 98.3 %.

Based on the research results, the PT CPI should do a direct approach to working safely and using PPE, coaching and training, particularly on Behaviour Based Safety, and also increase Occupational Health and Safety Management System in order to be better in the future.

Keywords: Occupational Health and Safety Management System and, Implementation of Occupational Health and Safety Programmes, Accident,Treat and Ship Operations


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Novianti

Tempat/Tanggal Lahir : Duri/ 06 November 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 3 (Tiga)

Alamat Rumah : Jl. Seni Alam 2 No. 449 Duri-Riau

Email : srinoviantiysuf@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

Tahun 1998 – 2004 : SD Negeri 075 Balai Makam Duri Tahun 2004 – 2007 : SMP Negeri 04 Duri

Tahun 2007 – 2010 : SMA Negeri 02 Duri

Tahun 2010 – 2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan

Riwayat Organisasi

1. Bendahara OSIS SMP Negeri 4 Duri 2. Anggota PBB SMP Negeri 4 Duri

3. Koordinator Politik dan Pendidikan OSIS SMA Negeri 2 Duri 4. Pendiri dan Anggota Chemistry Club SMA Negeri 2 Duri 5. Anggota Biology Club SMA Negeri 2 Duri

6. Sekretaris Bidang Dana dan Usaha UKMI FKM USU 2012/2013

7. Anggota Bidang Hubungan Masyarakat HMP K3 FKM USU 2012/2013 8. Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan HMP K3 FKM USU

2013/2014


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 6

1.3. Tujuan Penelitian 6

1.4. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kecelakaan Kerja

2.1.1. Pengertian Kecelakaan Kerja 8

2.1.2. Penyebab Kecelakaan Kerja 9

2.1.3. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja 10

2.1.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja 12

2.1.5. Dampak Kecelakaan Kerja 14

2.1.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja 15

2.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2.2.1. Pengertian SMK3 17

2.2.2. Tujuan SMK3 18

2.2.3. Proses SMK3 19

2.2.4. Penerapan SMK3 di Perusahaan 20

2.2.5. Penerapan SMK3 di PT Chevron Pacific Indonesia Duri 24

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 33

3.3. Populasi Dan Sampel 33

3.4. Definisi Operasional 34

3.5. Teknik Pengumpulan Data 36

3.6. Teknik Pengolahan Data 37

3.7. Aspek Pengukuran 38

3.8. Teknik Analisis Data 38

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 39


(12)

4.1.2. Lokasi dan Daerah Operasi 41

4.1.3. Bahan Baku dan Produk 41

4.1.4. Kegiatan Operasi 42

4.1.5. Sarana Penunjang Operasi 44

4.1.6. Sumber Daya Manusia 45

4.1.7. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Dasar 46 4.1.8. Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja 47 4.1.9. Komitmen PT Chevron Pacific Indonesia terhadap 50

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4.1.10. Proses Produksi Minyak 52

4.2. Gambaran Unit Health, Environment, and Safety (HES) 71 PT Chevron Pacific Indonesia

4.2.1. Health, Environment, and Safety (HES) 71 4.2.2. Hierarki HES PT Chevron Pacific Indonesia 74 4.2.3. Program Kerja HES PT Chevron Pacific Indonesia 75

4.3. Kecelakaan Kerja 76

Penerapan SMK3 77

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Kecelakaan Kerja 79

5.2. Penerapan SMK3 80

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 86

6.2. Saran 86

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Master Data Lampiran 3 Output Data

Lampiran 4 Surat Survei Pendahuluan Lampiran 5 Surat Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 7 Dokumentasi


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Siklus Manajemen 19 Gambar 3.1. Hazard Type 31

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT CPI Duri 53

Gambar 4.2. Oil Treating Plant and Water Treating Plant Proccess 54

Gambar 4.3. Heat Exchanger 56

Gambar 4.4. Gas Boots 58

Gambar 4.5. FWKO Tank 60

Gambar 4.6. Wash Tank 61

Gambar 4.7. Shipping Tank 63

Gambar 4.8. Sample Cock 65


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecelakaan

3 tahun terakhir pada tenaga kerja Bagian Treat and Ship 76 Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kecelakaan

pada tenaga kerja Bagian Treat and Ship 76 Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden terhadap penerapan FSWP

pada Bagian Treat and Ship 77

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi responden terhadap penerapan BBS

pada Bagian Treat and Ship 77

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi responden terhadap penerapan HAZID

pada Bagian Treat and Ship 77

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi responden terhadap penerapan SWA

pada Bagian Treat and Ship 78

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden terhadap penerapan SSWA

pada Bagian Treat and Ship 78

Tabel 4.8. Distribusi frekuensi responden terhadap penerapan SMK3


(15)

ABSTRAK

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berperan penting dalam mengurangi angka kejadian kecelakaan kerja dan mencegah gangguan kesehatan akibat pekerjaan, khususnya pada pekerjaan yang menggunakan mesin bersuhu tinggi dan bahan kimia dalam beberapa tahapan produksinya. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja diperlukan untuk meminimalisir bahkan mengeliminasi kecelakaan kerja.

Penelitian ini secara desktiptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan kejadian kecelakaan di bagian Treat and Ship Operations. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 60 orang diambil secara Simple Random Sampling di bagian Treat and Ship Operations. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi langsung dan wawancara kepada pekerja dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai program penerapan SMK3 yaitu Fundamental Safe Work Practice, Behaviour Based Safety, Hazard Identification, Stop Work Authority dan Self Stop Work Authority.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bagian Treat and Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia Duri kategori baik yaitu sebesar 98.3%.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan PT CPI melakukan pendekatan langsung seperti melakukan himbauan untuk bekerja dengan aman dan himbauan tentang penggunaan APD, pembinaan dan pelatihan khususnya mengenai Behaviour Based Safety serta meningkatkan lagi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar semakin baik kedepannya.

Kata Kunci : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Penerapan SMK3, Kecelakaan Kerja, Treat and Ship Operations


(16)

ABSTRACT

Occupational Health and Safety Management System gives an important role in reducing the incidence of occupational accidents and prevent health problems because of work, especially in high temperature machines and chemicals in some stages of production. Implementation of Occupational Health and Safety Management System is to minimize and even eliminate accidents.

This research uses descriptive research with quantitative approach which aims to describe the implementation of the Occupational Health and Safety Management System with the accident in Treat and Ship Operations. Sample in this study is 60 people were taken using simple random sampling technique at the Treat and Ship Operations . Data were collected by direct observation and interviews with workers using a questionnaire containing questions about implementation of Occupational Health and Safety Programmes such as Fundamental Safe Work Practice, Behaviour Based Safety, Hazard Identification, Stop Work Authority and Self Stop Work Authority.

The results showed that the application of the Occupational Health and Safety Management System at the Treat and Ship Operations - Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia Duri included in good categories is equal to 98.3 %.

Based on the research results, the PT CPI should do a direct approach to working safely and using PPE, coaching and training, particularly on Behaviour Based Safety, and also increase Occupational Health and Safety Management System in order to be better in the future.

Keywords: Occupational Health and Safety Management System and, Implementation of Occupational Health and Safety Programmes, Accident,Treat and Ship Operations


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat indonesia seluruhnya untuk

mewujudkan masyarakat yang sejatera, adil dan makmur yang merata baik materil

maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Di dalam pembangunan nasional, pekerja mempunyai peranan

dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

Perlindungan hukum dan hak asasi manusia terhadap pekerja merupakan hak dasar

yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur dalam pasal 27

ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang

berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan”, dengan demikian pelanggaran terhadap hak dasar yang dilindungi

oleh konstitusi merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan bagi pekerja yakni Undang-Undang No.

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang ini mengatur perlindungan

terhadap hak-hak pekerja seperti hak atas upah yang layak, hak perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja, hak atas PHK, hak untuk mogok kerja dan

sebagainya.

Dunia usaha saat ini disibukkan dengan adanya sejumlah persyaratan dalam


(18)

tersebut adalah kewajiban melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tentang Ketenagakerjaan

tahun 2003 pasal 87. Persyaratan ini sebenarnya suatu kewajiban karena seharusnya

sudah diperhitungkan sebagai investasi perusahaan, sehingga tidak ada suatu kejadian

atau kecelakaan yang dapat diabaikan begitu saja, betapa pun kecilnya kecelakaan

yang terjadi tersebut.

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja melalui SMK3 telah berkembang

di berbagai negara baik melalui pedoman maupun standar. Untuk memberikan

keseragaman bagi setiap perusahaan dalam menerapkan SMK3 sehingga

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja, peningkatan

efisiensi, dan produktifitas perusahaan dapat terwujud maka ditetapkanlah Peraturan

Pemerintah No. 50 Tahun 2012 yang mengatur tentang penerapan SMK3.

Berdasarkan penjelasan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa globalisasi perdagangan

saat ini memberikan dampak persaingan sangat ketat dalam segala aspek khususnya

ketenagakerjaan yang salah satunya mempersyaratkan adanya perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja, tidak terlepas dari upaya pelaksanaan keselamatan

dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi melalui

SMK3 guna menjamin terciptanya suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di

tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat


(19)

Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan

korban jiwa, kerusakan materi dan gangguan produksi. Data di PT Jamsostek

menyebutkan kejadian kecelakaan cenderung meningkat dalam kurun waktu lima

tahun terakhir, menyusul makin bertambahnya jumlah peserta yang terdaftar. Data

terakhir pada 2013 tercatat sebanyak 129.911 kasus kecelakaan kerja, dengan

pembayaran jaminan kecelakaan kerja mencapai Rp618,49 miliar.

Kerugian materi akibat kecelakaan seperti kerusakan sarana produksi, biaya

pengobatan dan kompensasi ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran dan

pemahaman kalangan pengusaha di Indonesia akan pentingnya Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya saing. K3

tidak akan berjalan seperti apa adanya tanpa ada intervensi dari manajemen berupa

upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itulah ahli K3 sejak awal tahun 1980-an

berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk

menempatkan K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang

mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen K3 (health and safety

management). Semua sistem manajemen K3 betujuan untuk mengelola risiko K3 di

perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan atau menimbulkan kerugian dapat

dicegah (Ramli, 2010).

SMK3 adalah standar yang berdasarkan Occupational Health and Safety

Assessment Series (OHSAS) 18001, standar ini dibuat oleh beberapa lembaga


(20)

dalam menyusun suatu sistem manajemen yang berfokus untuk mengurangi dan

menekan kerugian dalam kesehatan, keselamatan dan bahkan properti (Ramli, 2010).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian

dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif (PP No. 50 Tahun 2012). Kewajiban untuk menerapkan SMK3 ditujukan

untuk perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus)

orang, perusahaan yang mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi (ketentuan

mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan). Penerapan SMK3 memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan serta konvensi atau standar internasional.

Menurut Lidia Silalahi (2011) di PT Chevron Pacific Indonesia Duri bahwa

terjadi penurunan jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2009 sebanyak 39 kasus

kecelakaan ke tahun 2010 sebanyak 29 kasus kecelakaan di Heavy Oil Operation

Unit setelah pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di unit tersebut.

Dari data terakhir pencatatan kejadian kecelakaan kerja (tahun 2008 sampai


(21)

Indonesia Duri, terdapat 37 kecelakaan kerja berdasarkan jenis bahaya (Hazard

Type).

PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) merupakan salah satu unit usaha

perusahaan minyak Amerika yaitu Chevron Corporation yang berada di bawah unit

bisnis wilayah IndoAsia Business Unit (IBU). PT CPI telah memperoleh Golden Flag

dalam beberapa tahun terakhir. Namun perolehan Golden Flag tersebut tidak

menjamin bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

dilaksanakan di PT CPI sudah berjalan dengan baik. PT CPI yang bergerak dalam

bidang eksplorasi minyak bumi melakukan beberapa tahapan proses yang

menggunakan alat-alat berat, bahan kimia, serta mesin bersuhu tinggi yang memiliki

potensi sangat besar untuk menimbulkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat

kerja. Beberapa tahapan proses kerja di bagian Treat and Ship Operations – Facility Operations dimulai dari mengoperasikan fasilitas Heat Exchanger Oil Treating Plant,

mengoperasikan Gas Boot Oil Treating Plant, mengoperasikan FWKO Tank Oil

Treating Plant, mengoperasikan Wash Tank Oil Treating Plant, mengoperasikan

Shipping Tank Oil Treating Plant, melakukan pengujian BS&W, melakukan Sand

Trap dan Waste Pit Water Treating Plant, mengoperasikan fasilitas API Separator Pit

A-B dan C-D Water Treating Plant, mengoperasikan fasilitas Floatation Pit Water

Treating Plant, melakukan pengujian Oil Content, melakukan pengujian PH dan

secara general melakukan Floatation Water Facilities Water Treating Plant.

Keseluruhan tahapan ini menggunakan mesin bersuhu tinggi dan bahan kimia yang


(22)

yang baik sangat diperlukan untuk meminimalisir atau bahkan mengeliminasi

kecelakaan kerja.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

penerapan SMK3 dengan kejadian kecelakaan kerja di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yang diteliti adalah bagaimana gambaran penerapan SMK3 dengan kejadian

kecelakaan kerja di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan SMK3 dengan kejadian kecelakaan kerja di

Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk menggambarkan penerapan SMK3 yang ada di Treat and Ship

Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

2. Untuk mendeskripsikan program SMK3 yang dilaksanakan dalam menangani

kejadian kecelakaan kerja di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri agar lebih memperhatikan

keselamatan dan kesehatan kerja di dalam melakukan pekerjaannya.

2. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang

penerapan SMK3 dengan kejadian kecelakaan kerja.

3. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan pengalaman sehingga hasil


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja

2.1.1. Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang

Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan

kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga

semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan

yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap

proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak

dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan

atau harta benda (Suma‟mur, 2009).

Kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari tindakan tidak aman dan

kondisi tidak aman, yang keduanya dapat dikontrol oleh manajemen. Tindakan tidak

aman dan kondisi tidak aman disebut sebagai penyebab langsung (immediate /

primary causes) kecelakaan karena keduanya adalah penyebab yang jelas / nyata dan

secara langsung terlibat pada saat kecelakaan terjadi (Reese, 2009).

Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang


(25)

direncanakan yang disebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu

keadaan yang tidak aman atau kedua-duanya (Sheddy, 2008).

Menurut Silalahi (1991) kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap

perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Foressman (1973) mendefinisikan bahwa kecelakaan kerja adalah terjadinya suatu

kejadian akibat kontak antara ernegi yang berlebihan (agent) secara akut dengan

tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau fungsi faali.

WordHealthOrganization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai

suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga

menghasilkan cidera yang riil.

2.1.2. Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Ramli (2010) kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah yang

besar di perusahaan dan banyak menimbulkan kerugian. Menurut statistik 85%

penyebab kecelakaan adalah tindakan yang berbahaya (unsafe act) dan 15%

disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe condition). Secara garis besar

sebab-sebab kecelakaan adalah :

1. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor lingkungan

fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman,

penerangan yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif, lantai


(26)

2. Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau

kesalahan-kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti cerobah, tidak

memakai alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh gangguan

kesehatan, gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta kurangnya

pengetahuan dalam proses kerja, cara kerja, dan lain-lain.

Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Ada faktor

yang merupakan unsur tersendiri dan beberapa diantaranya adalah faktor yang

menjadi unsur penyebab bersama-sama.

2.1.3. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja,

terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya.

Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:

1. Teori Heinrich ( Teori Domino)

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian

kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu

lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan,

dan cedera atau kerugian ( Ridley, 2004).

2. Teori Multiple Causation

Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu

penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau

situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan


(27)

3. Teori Gordon

Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara

korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks,

yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor

yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab

terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya

kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.

4. Teori Domino terbaru

Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich untuk

memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

5. Teori Reason

Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat

“lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan -pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.

6. Teori Frank E. Bird Petersen

Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan

modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen,

yang intinya sebagai berikut:

a. Manajemen kurang kontrol

b. Sumber penyebab utama


(28)

d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)

e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari

memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian,

praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu

kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen

(Soekidjo, 2010).

2.1.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja

ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi

2. Klasifikasi menurut penyebab :


(29)

b. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air

c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,

alat-alat listrik, dan sebagainya

d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas, zat-zat kimia,

dan sebagainya

e. Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah)

f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :

a. Patah tulang

b. Dislokasi ( keseleo )

c. Regang otot (urat)

d. Memar dan luka dalam yang lain

e. Amputasi

f. Luka di permukaan

g. Geger dan remuk

h. Luka bakar

i. Keracunan-keracunan mendadak

j. Pengaruh radiasi

k. Lain-lain

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :

a. Kepala


(30)

c. Badan

d. Anggota atas

e. Anggota bawah

f. Banyak tempat

g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klsifikasi tersebut.

2.1.5. Dampak Kecelakaan Kerja

Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja :

1. Meninggal dunia

Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan

penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan

sebelumnya.

2. Cacat permanen total

Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak

mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak

berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu mata adan satu

tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu

ruas tubuh.

3. Cacat permanen sebagian

Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong

atau sama sekali tidak berfungsi.


(31)

Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan

maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari

kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.

2.1.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :

1. Perundang-undangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai

kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri,

tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis dan pemeriksaan

kesehatan.

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tidak

resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat

keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek

keselamatan dan higiene umum atau alat-alat perlindungan diri.

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan

perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri, bahan-bahan yang

berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat

perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau

penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk


(32)

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis

dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan

fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang

terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa

sebab-sebabnya.

8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum

teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga

kerja yang baru dalam keselamatan kerja.

10.Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain

untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

11.Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan

misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika

tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

12.Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran utama

efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah

kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu

perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselatan kerja


(33)

2.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 2.2.1. Pengertian SMK3

Sistem merupakan seperangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan

sehingga membentuk suatu totalitas (KBBI, 1990). Dalam Encylopedia of the social

sciences dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan proses mana

pelaksanaan suatu tujuan tertentu di selenggarakan dan di awasi. Menurut Depnaker

RI (2005) Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala daya upaya dan pemikiran

yang dilakukan dalam rangka mencegah, mengurangi dan menanggulangi terjadinya

kecelakaan dan dampaknya melalui langkah-langkan identifikasi, analisa, dan

pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja.

Menurut Kepmenaker No. 5 tahun 1996, SMK3 merupakan bagian dari sistem

manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung

jawab, pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi

pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif.

SMK3 merupakan konsep pengelolaan secara sistematis dan komprehensif

dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan,

pengukuran dan pengawasan (Ramli, 2010).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian


(34)

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan

produktif (PP No. 50 Tahun 2012).

2.2.2. Tujuan SMK3

Berbagai tujuan Sistem Manajemen K3 dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Alat ukur kinerja K3 dalam organisasi

Sistem Manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja

penerapan K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian K3 organisasi

dengan persyaratan tersebut, organisasi dapat mengetahui tingkat pencapaian K3.

Pengukuran ini dilakukan melalui audit Sistem Manajemen K3.

2. Pedoman implementasi K3 dalam organisasi

Sistem Manajemen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam

mengembangkan Sistem Manajemen K3. Beberapa bentuk Sistem Manajemen K3

yang digunakan sebagai acuan misalnya ILO OHSMS Guidelines, API HSE MS

Guideline, Oil and Gas Producer Forum (OGP) HSEMS Guidelines dan lainnya.

3. Dasar penghargaan (awards)

Sistem Manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian

penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3. Penghargaan K3 diberikan baik oleh

instansi pemerintah maupun lembaga independen lainnya seperti Sword of Honour


(35)

Safety Council Award dan SMK3 dari Depnaker. Penghargaan K3 diberikan atas

pencapaian kinerja K3 sesuai dengan tolok ukur masing-masing. Karena bersifat

penghargaan, maka penilaian hanya berlaku untuk periode tertentu.

4. Sertifikasi

Sistem Manajemen K3 juga dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan

manajemen K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh lembaga sertifikasi yang

telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi.

2.2.3. Proses SMK3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri atas dua unsur

pokok yaitu proses manajemen dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3

menjelaskan bagaimana sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan.

Sedangkan elemen merupakan komponen-komponen kunci yang terintegrasi satu

dengan lainnya membentuk satu kesatuan sistem manajemen.

Pada Sistem Manajemen K3 menerapkan pendekatan PDCA (

plan-do-check-action) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan dan tindakan

perbaikan. Sistem Manajemen K3 akan berjalan terus menerus secara berkelanjutan

selama aktivitas organisasi masih berlangsung (Ramli, 2010).


(36)

Siklus PDCA merupakan metode peningkatan mutu yang dilakukan setahap

demi setahap untuk memperoleh hasil kerja yang efektif dan terpercaya. Adapun

tahapannya sebagai berikut (Sunu, 1999) :

a. Rencanakan (Plan) : Menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk

menyerahkan hasil sesuai dengan kebijakan organisasi K3.

b. Laksanakan (Do) : Sistem Manajemen K3 dimulai dengan penetapan

kebijakan K3 oleh manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen

manajemen dalam mendukung penerapan K3. Kebijakan K3 selanjutnya

dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan yang baik, proses K3

berjalan tanpa arah (misguided), tidak efisien dan tidak efektif.

c. Periksa (Check) : Memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan, tujuan,

peraturan dan persyaratan lainnya, kemudianlaporkan hasilnya.

d. Tindak lanjuti (Act) : Melakukan tindakan untuk perbaikanberkelanjutan dari

kinerja K3.

Berdasarkan hasil perencanaan tersebut dilanjutkan dengan penerapan

operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada, serta melakukan

berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan.

2.2.4. Penerapan SMK3 di Perusahaan

Beberapa tahapan penerapan SMK3 di perusahaan antara lain:

1. Penetapan Kebijakan K3

Pengusaha dalam menyusun kebijakan K3 paling sedikit harus:


(37)

 perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih

baik

 peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;

 kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan

dengan keselamatan; dan

 penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

b. memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus

c. memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat

buruh.

Muatan Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi, tujuan perusahaan,

komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan, dan kerangka dan program kerja

yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum

dan/atau operasional.

2. Perencanaan K3

Yang harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana K3:

a. hasil penelaahan awal

b. identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko

c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya

d. sumber daya yang dimiliki.

3. Pelaksanaan Rencana K3

Dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia di


(38)

a. Sumber daya manusia harus memiliki:

1. kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat

2. kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin

kerja/operasi dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.

b. Prasarana dan sarana paling sedikit terdiri dari:

1. organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3

2. anggaran yang memadai

3. prosedur operasi/kerja, informasi dan pelaporan serta pendokumentasian

4. instruksi kerja

c. Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam

pemenuhan persyaratan K3.Kegiatan tersebut:

1. Tindakan pengendalian

2. perancangan (design) dan rekayasa

3. prosedur dan instruksi kerja

4. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan

5. pembelian/pengadaan barang dan jasa

6. produk akhir

7. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri

8. rencana dan pemulihan keadaan darurat

d. Kegiatan 1 – 6 dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko


(39)

f. Agar seluruh kegiatan tersebut bisa berjalan, maka harus:

1. Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang dibidang K3

2. Melibatkan seluruh pekerka/buruh

3. Membuat petunjuk K3

4. Membuat prosedur informasi

5. Membuat prosedur pelaporan

6. Mendokumentasikan seluruh kegiatan

g. Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan manajemen

perusahaan

4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

a. Melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit internal SMK3

dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten

b. Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM dapat menggunakan pihak

lain

c. Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha

d. Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan tindakan pengendalian

e. Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan berdasarkan peraturan

Perundang-undangan

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

a. Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, dilakukan

peninjauan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi


(40)

c. Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :

1. terjadi perubahan peraturan perundang-undangan

2. adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar

3. adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan

4. terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan

5. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk

epidemiologi

6. adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja

7. adanya pelaporan

8. adanya masukan dari pekerja/buruh

2.2.5. Penerapan SMK3 di PT Chevron Pacific Indonesia Duri

Beberapa program penerapan SMK3 di PT CPI dimodifikasi dari OHSAS

18001 (Occupational Health and Safety Assessment Series) dan PP No. 50 Tahun

2012. Adapun program yang dilakukan PT CPI di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2014 antara lain :

a. Fundamental Safe Work Practice (FSWP)

Dalam IBU FSWP Guidebook (2011), FSWP merupakan beberapa asas untuk

mewujudkan kerja yang aman. Tujuan dari proses Managing Safe Work (MSW) atau

yang disebut sebagai Fundamental Safe Work Practice yakni untuk mengidentifikasi,

menilai, mengurangi, mengendalikan atau menghilangkan risiko-risiko yang terkait

dengan pekerjaan. Proses ini menyediakan pengenalan dan evaluasi dari bahaya kerja,


(41)

lebih ditujukan untuk mengukur kinerja awal (leading indicator) sehingga kinerja

akhir (lagging indicator) sudah seharusnya menjadi baik dan berkelanjutan. Setiap

karyawan bertanggung jawab dan bertanggung-gugat terhadap kebiasaan praktik

kerja yang selamat. Setiap Leader harus memastikan bahwa proses FSWP

dilaksanakan dengan benar dan konsisten sesuai dengan prinsip-prinsip

accountability. Beberapa asas tersebut secara spesifik antara lain Standart Operating

Procedure (SOP), Personal Protective Equipment (PPE), Material Safety Data Sheet (MSDS).

Standart Operating Procedure (SOP) adalah langkah-langkah kerja tertulis yang

terfokus kepada pelaksanaan pekerjaan untuk mengurangi risiko kerugian dan

mempertahankan kehandalan. SOP harus tersedia dan dilaksanakan saat bekerja. SOP

di PT CPI dilakukan sehari sebelum melakukan pekerjaan untuk mendapatkan Permit

to Work (izin kerja). Namun hal tersebut tidak berlaku dalam keadaan emergency.

Secara umum SOP berisi batasan-batasan operasi peralatan dan keselamatan, dan

prosedur menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan peralatan. Beberapa

kriteria dari SOP yang memenuhi kualifikasi antara lain:

1. SOP harus menjelaskan secara spesifik tentang pekerjaan yang akan

dilakukan. SOP harus sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.

2. SOP harus membagi langkah kerja sesuai urutan pekerjaan. Jelaskan kegiatan

pada pekerjaan secara terperinci agar bahaya yang muncul dapat


(42)

3. SOP harus mengidentifikasikan kemungkinan bahaya terhadap keselamatan

pekerja pada tiap langkah pada pekerjaan. Termasuk cidera pada pekerja,

jatuh, kejatuhan material, paparan sumber energi, dan lainnya.

4. SOP harus menentukan langkah mitigasi kemungkinan bahaya terhadap

keselamatan pekerja yang akan terjadi. Jelaskan langkah mitigasi yang

dilakukan untuk tiap bahaya terhadap keselamatan pekerja yang teridentifikasi

seperti helm, sepatu, area kerja, rambu-rambu dan kualifikasi pekerja.

5. SOP harus mengidentifikasikan kemungkinan bahaya terhadap lingkungan

yang terkait dengan langkah kerja, termasuk dampaknya terhadap lingkungan.

Contoh : tumpahan minyak ke air atau tanah, kebisingan, gas yang terpapar ke

udara.

6. SOP harus menentukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan bahaya

lingkungan yang akan terjadi. Jelaskan langkah mitigasi yang dilakukan untuk

tiap bahaya terhadap lingkungan yang teridentifikasi. Contoh : pelindung

tumpahan secondary, monitoring, dan lainnya.

7. SOP harus mengidentifikasikan kemungkinan bahaya terhadap kesehatan atau

ergonomi yang terkait dengan tiap langkah kerja, termasuk dampaknya

terhadap kesehatan pekerja. Contoh : terpapar bahan beracun, kebisingan,

ergonomic (repetitive stress) pengangkatan yang dapat juga bersinggungan

dengan bahaya pada keselamatan pekerja dan lingkungan.

8. SOP harus menentukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan bahaya yang


(43)

pelindung pernafasan, pelindung pendengaran, jadwal untunk istirahat, batas

pengangkatan dan lainnya.

9. SOP harus menjelaskan jika Surat Izin Kerja Khusus dibutuhkan, termasuk

pekerjaan spesifik dalam SWP.

10.SOP harus mengidentifikasi aktivitas, tanggung jawab dan kewenangan selruh

pihak. Tentukan jumlah pekerja pada pekerjaan tersebut dan apa tugas

mereka, termasuk apabila ada persetujuan dari pihak-pihak terkait.

Personal Protective Equipment (PPE) atau Alat Pelindung Diri (APD) merupakan

alat bantu sebagai pertahanan terakhir untuk mengurangi risiko akibat dari suatu

kecelakaan. PPE mencakup semua alat pelindung diri dari kecelakaan dan penyakit

akibat kerja antara lain:

1. Alat Pelindung Kepala (Head Cover)

2. Alat Pelindung Mata (eye glasses, goggles, eye wash)

3. Alat Pelindung Telinga (ear muffler, ear plug)

4. Alat Pelindung Tangan (hand gloves:rubber,cotton, leather)

5. Alat Pelindung Kaki (safety shoes, rubber boot)

6. Alat Pelindung Pernafasan (Purifying Respirator, Air Supply Respirator ,

Breathing Apparatus) 7. Alat Pelindung Tubuh

8. Alat Pelindung Bekerja Di Ketinggian dan lainnya

Material Safety Data Sheet (MSDS) merupakan penjelasan mengenai suatu bahan


(44)

penanganan yang sesuai terhadap bahan yang digunakan. MSDS umumnya dibagi

atas 7 bagian yang mencakup jenis informasi berikut:

1. Identifikasi

2. Unsur Berbahaya

3. Data Bahaya Api dan Ledakan

4. Data Fisik

5. Data Bahaya untuk Kesehatan

6. Informasi Pelindung Khusus

7. Prosedur Penanganan Tumpahan atau Kebocoran dan Tindakan

Pencegahan Khusus

b. Behaviour Based Safety (BBS)

Merupakan program yang digunakan untuk menggambarkan program yang

berfokus pada perilaku pekerja sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan

kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Program

Behavior Based Safety akan mengidentifikasi pekerja yang berperilaku tidak aman

kemudian mengarahkan pekerja tersebut untuk berperilaku aman pada saat bekerja

(Krause, 2000). BBS dilaksanakan dengan beberapa tahap, antara lain:

1. Pengamatan di tempat kerja. Dimulai dengan memantau perilaku pekerja

selama bekerja. Pengamatan tersebut dilakukan oleh seorang pengamat yang

telah ditunjuk oleh perusahaan.

2. Pengumpulan data dan laporan awal. Hasil pengamatan yang diperoleh


(45)

3. Laporan analisis dan rekomendasi. Laporan awal yang diterima akan

dianalisis oleh perusahaan dan menghasilkan sebuah rekomendasi untuk

mengatasi perilaku berisiko pada pekerja, sehingga dapat menghilangkan

bahaya atau risiko di tempat kerja.

c. Hazard Identification (HAZID)

Hazard merupakan suatu kondisi atau tindakan yang mempunyai potensi

pelepasan energi yang tidak direncanakan, atau kontak yang tidak dikehendaki

dengan sumber energi, yang dapat membahayakan atau melukai orang, atau merusak

harta benda maupun lingkungan. Sumber energi tersebut antara lain :

1. Gravitasi. Gaya tarik bumi terhadap massa/benda. Contoh: benda jatuh, atap

runtuh, tersandung atau jatuh

2. Gerakan terarah. Benda atau zat yang berpindah dalam arah tertentu. Contoh:

kendaraan atau peralatan yang bergerak, arus air, angin, dan posisi badan:

mengangkat, menjangkau, atau membungkuk.

3. Mekanik. Energi pada komponen sistem mekanis, yaitu perputaran,

getaran/vibrasi, atau gerakan yang terjadi pada peralatan/mesin yang tidak

bergerak. Contoh: peralatan berputar, pegas tekan, sabuk pembawa (drive

belt), ban berjalan, dan motor.

4. Listrik. Keberadaan arus dan aliran bermuatan listrik. Contoh: jaringan

listrik, trafo, listrik statis, petir, peralatan bermuatan listrik, instalasi listrik,

dan baterai.

5. Tekanan. Energi yang terdapat pada cairan atau gas yang dimampatkan atau


(46)

saluran pengendali (control lines), bejana, tangki, selang, dan peralatan

pneumatik dan hidrolik.

6. Suhu. Perbedaan energi termal/panas yang diukur terhadap benda atau

lingkungan, yang dirasakan oleh tubuh sebagai panas atau dingin. Contoh:

api terbuka, sumber percikan api, permukaan cairan atau gas yang panas atau

dingin, uap gesekan dan kondisi lingkungan dan cuaca.

7. Kimia. Energi terkandung dalam bahan kimia atau melalui reaksi kimia, yang

berpotensi menimbulkan hazard (bahaya) fisik atau kesehatan pada manusia,

peralatan, atau lingkungan. Contoh: uap mudah terbakar, hazard (bahaya)

reaktif, karsinogen atau senyawa beracun lainnya, korosif, piroforik, mudah

meledak, bahan kimia yang menyerap oksigen di udara, asap las, dan debu.

8. Biologi. Organisme hidup yang menimbulkan hazard (bahaya). Contoh:

hewan, bakteri, virus, serangga, penyakit yang menular melalui darah,

penanganan makanan yang tidak baik/higienis, dan air yang terkontaminasi.

9. Radiasi. Energi yang terpancar dari unsur atau sumber radioaktif, dan bahan

radioaktif alami (NORM). Contoh: sinar/cahaya, cahaya las listrik, sinar

matahari, gelombang mikro (microwave), sinar laser, sinar-X, dan skala

NORM.

10.Bunyi. Bunyi adalah energi yang timbul dari benda atau zat bergetar yang

disampaikan berupa gelombang. Contoh: kebisingan peralatan, kebisingan

benturan, getaran, bunyi pelepasan tekanan tinggi (pressure release), dan


(47)

Gambar 2.2. Hazard Type

Sumber : IndoAsia Business Unit Fundamental Safe Work Practice Guidebook, Jakarta

Tujuannya Hazard Identification antara lain :

1. Menjelaskan metode untuk mengidentifikasi sumber energi di lingkungan

kerja

2. Membantu identifikasi potensi hazard (bahaya) yang berhubungan dengan

sumber energi

3. Mempertajam kemampuan menilai hazard (bahaya) dengan menggunakan

metode ini secara utuh.

d. Stop Work Authority (SWA)

Yaitu hak untuk berhenti bekerja berguna untuk menetapkan tanggung jawab dan

kewenangan setiap individu untuk berhenti bekerja ketika kondisi tidak aman atau

tindakan dapat mengakibatkan peristiwa yang tidak diinginkan. Situasi yang

menyebabakan berhenti bekerja antara lain : kondisi yang tidak aman, terjadi insiden,


(48)

perubahan lingkup pekerjaan, perubahan rencana kerja, dan ketika setiap orang

merasa bahwa personil, lingkungan, atau peralatan yang berisiko

e. SSWA (Self Stop Work Authority)

Sama halnya dengan SWA, SSWA merupakan hak pribadi seorang pekerja untuk

berhenti bekerja ketika kondisi tidak aman atau tindakan dapat mengakibatkan

peristiwa yang tidak diinginkan.

Secara keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala

oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai

dengan kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang dapat

mempengaruhi pelaksanaannya. Dengan demikian, organisasi dapat segera

melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya.

Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 telah

mengeluarkan pedoman SMK3. Berbagai institusi, lembaga atau negara telah

mengembangkan berbagai bentuk Sistem Manajemen K3. Semua Sistem Manajemen

K3 tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengelola dan mengendalikan

bahaya yang ada dalam operasi organisasi. Oleh karena itu antara SMK3

(Kemenaker) dengan sistem manajemen K3 lainnya (termasuk OHSAS 18001) tidak


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja dengan kejadian kecelakaan di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri- Riau pada bulan Februari - Maret

2014.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di Treat and Ship

Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri tahun 2014 yaitu sebanyak 150 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian pekerja di Treat and Ship

Operations – Facility Operation dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel (Saryono, 2008) :


(50)

�= �

�.�2+ 1

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (0,1)

Dari rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

� = 150 150 0,12 + 1

= 150

1,5 + 1

= 150 2,5 = 60

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 60 orang. Untuk menentukan pekerja yang akan dijadikan sampel digunakan

teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.

3.4. Definisi Operasional

1. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan

yang merugikan pekerja di PT Chevron Pacific Indonesia, merusak alat-alat

produksi atau kerugian terhadap proses kerja.

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara


(51)

2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian

dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber

daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,

pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara

c. Alat ukur : kuesioner

3. FSWP (Fundamental Safe Work Practice) merupakan beberapa asas untuk

mewujudkan kerja yang aman

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara

c. Alat ukur : kuesioner

4. BBS (Behaviour Based Safety) yaitu Program yang digunakan untuk

menggambarkan program yang berfokus pada perilaku pekerja sebagai salah

satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara


(52)

5. HAZID (Hazard Identification) yaitu kegiatan yang dilakukan untuk

mengidentifikasi potensi bahaya dilingkungan kerja.

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara

c. Alat ukur : kuesioner

6. SWA (Stop Work Authority) yaitu hak untuk berhenti bekerja berguna untuk

menetapkan tanggung jawab dan kewenangan setiap individu untuk berhenti

bekerja ketika kondisi tidak aman atau tindakan dapat mengakibatkan

peristiwa yang tidak diinginkan.

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara

c. Alat ukur : kuesioner

7. SSWA (Self Stop Work Authority). SSWA merupakan hak pribadi seorang

pekerja untuk berhenti bekerja ketika kondisi tidak aman atau tindakan dapat

mengakibatkan peristiwa yang tidak diinginkan.

a. Skala pengukuran : nominal

b. Cara Pengukuran : metode wawancara

c. Alat ukur : kuesioner

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari :

1. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung dan wawancara


(53)

disusun dengan modifikasi dari kuesioner penelitian Silalahi (2011) dan

berdasarkan pedoman keselamatan kerja PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

2. Data sekunder diperoleh dari PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

3.6. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data sebagai berikut :

1. Editing yaitu penyuntingan dilakukan secara langsung oleh peneliti

terhadap kuesioner penerapan SMK3. Tujuannya untuk memastikan

bahwa data yng diperoleh telah diisi semua dengan relevan dan dibaca

dengan baik.

2. Coding yaitu hasil jawaban setiap pertanyaan diberi kode sesuai dengan

petunjuk coding. Pemberian kode dilakukan untuk menyederhanakan

data yang diperoleh.

3. Skoring yaitu penjumlahan masing-masing komponen variabel yang

telah diberi kode, untuk menentukan variabel tersebut memenuhi syarat

atau tidak.

4. Processing yaitu memproses data yang telah diisi dengan benar agar

dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara mengentry data hasil

kuesioner ke komputer.

5. Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah


(54)

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dengan membuat petanyaan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman merupakan skala yang menginginkan tipe jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak dan seterusnya. Pada skala Guttman hanya ada dua interval jawaban (Riyanto, 2011).

1. Pengukuran variabel penerapan SMK3 didasarkan dari 29 pertanyaan

yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” diberi skor 1 dan “tidak”

diberi skor 0, kemudian variabel penerapan SMK3 dikategorikan

menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 % (22-29) pertanyaan

dijawab „ya‟)

b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < 75% (kurang dari 22

pertanyaan dijawab „ya‟) 3.8. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisa secara deskriptif untuk mendapatkan


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) merupakan salah satu unit usaha

perusahaan minyak Amerika yaitu Chevron Corporation yang berada di bawah unit

bisnis wilayah IndoAsia Business Unit (IBU). PT Chevron Pacific Indonesia resmi

berganti nama dari PT Caltex Pacific Indonesia sejak Oktober 2005.

Sejarah CPI berawal dari upaya pencarian minyak oleh tim geologi Chevron

Corporation yang dipimpin oleh Emerson M. Butterworth di daerah Sumatera, Jawa

Timur, Kalimantan Timur, dan wilayah Papua pada bulan Maret 1924. Tim tersebut

bernama Standard Oil Company of California (SOCAL). Tahun 1930, pemerintah

Hindia Belanda menyetujui permintaan SOCAL untuk memperoleh hak eksplorasi

dengan cara menunjuk SOCAL sebagai minority partner dari suatu perusahaan yang

didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada bulan Juni 1930 dengan nama NV

Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) untuk melakukan

eksplorasi di Papua.

Tahun 1935, NPPM menerima tawaran untuk mengeksplorasi daerah di

Sumatera Bagian Tengah seluas 600.000 ha. Daerah tersebut belum layak di

eksplorasi dan dianggap kurang memberikan keuntungan. Pada bulan Juli 1936,


(56)

tawaran pemerintah Hindia Belanda tersebut, Caltex mendapatkan kontrak di

Provinsi Riau.

Pada bulan Juni 1937 dilakukan eksplorasi geofisika. Setelah itu dilakukan

pengeboran perdana pada area Kubu-1 (1938-April 1939) dan diperoleh adanya

indikasi gas di Rantau Bais. Daerah-daerah migas yang ditemukan adalah Sebanga

(Agustus 1936) sebagai sumur perdana, Rantau Bais (November 1940) dan Duri

(1941). Tanggal 2 April 1941 ditandatangani kontrak untuk daerah Rokan I dengan

pemasangan mercubor pertama di Minas.

Pada tahun 1950-an Caltex telah menginvestasikan modalnya lebih dari US$

50 juta di Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan adanya temuan ladang minyak

di Minas yang terbukti memiliki potensi sebagai penghasil minyak terbesar di dunia.

Menjelang tahun 1958, produksi minyak Caltex telah mencapai 200.000 barel/hari.

Bulan September 1963, Caltex memperoleh ratifikasi DPR RI dalam

Perjanjian Karya antara Caltex dengan perusahaan Negara Pertamina yang meliputi

Rokan I dan III. Pada tahun 1968 ditambahkan empat area baru yaitu Sebanga,

Minas Tenggara, Libo Tenggara, dan Libo Barat Laut sehingga luas kerja Caltex

seluruhnya mejadi 9.898 km².

Sejak 1983 Caltex berstatus sebagai Kontraktor Bagi Hasil (KPS)/Production

Sharing Contract (PSC) yang beberapa wilayah kosesinya akan berakhir di tahun

2021. Saat ini kegiatan Caltex di Propinsi Riau meliputi kawasan sekitar 31.700 km².

Pada bulan Oktober 2005, terjadi penggabungan (Merger) antara Chevron dengan


(57)

4.1.2. Lokasi dan Daerah Operasi

Daerah kerja PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang pertama bernama

Kanggaroo terletak di Kabupaten Bengkalis dengan luas hampir 10.000 km². Selain

mengeksplorasi daerahnya sendiri, perusahaan ini juga bertindak sebagai operator

bagi Calastiatic/Chevron dan Topco/Texaco (C&T).

Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan

efisiensi dalam pengoperasian, maka CPI membagi lokasi daerah operasi menjadi 5

distrik, yaitu :

1. Distrik Jakarta sebagai Pusat Administrasi keseluruhan.

2. Distrik Rumbai sebagai Pusat Kerja Administrasi Wilayah Operasi CPI.

3. Distrik Minas sebagai daerah operasi produksi minyak (sekitar 30 km dari

Distrik Rumbai).

4. Distrik Duri sebagai daerah operasi produksi minyak (sekitar 112 km dari

distrik Rumbai).

5. Distrik Dumai sebagai tempat pelabuhan untuk pengapalan minyak mentah

(sekitar 184 km dari Distrik Rumbai).

4.1.3. Bahan Baku dan Produk

CPI secara bisnis bergerak di bidang eksploitasi minyak bumi. Cakupan

eksploitasi tersebut mulai dari evaluasi kandungan reservoir hingga

memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan oleh CPI adalah


(58)

4.1.4 Kegiatan Operasi

1. Kegiatan Eksplorasi

Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologik,

pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Pada tahun 1941 hingga 1973, penelitian

seismik dilakukan dengan cara pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar-pencar

dengan kedalaman seluruhnya 26.208 ft (7.862,4 m). Tahun 1938 mulai dilakukan

pengeboran eksplorasi di Kubu, namun tidak terdapat indikasi adanya minyak.

Tahun 1938 hingga 1944 sembilan sumur eksplorasi berhasil diselesaikan dengan

temuan di tiga tempat yakni gas di Sebanga serta minyak di Duri dan Minas.

Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah terpenting bagi eksplorasi

perminyakan di bagian Tengah Pulau Sumatera.

Hingga kini CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km² data seismik, 56.000

km² diantaranya berada di daerah Riau daratan. Kegiatan operasi pencarian ladang

minyak baru sudah tidak lagi gencar dilakukan. Kegiatan yang terus dilakukan

adalah meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada

(Enhanced Oil Recovery atau EOR). Kegiatan tersebut didukung dengan teknologi

maju dan peralatan serta perlengkapan yang mutakhir di bidang eksplorasi. Dewasa

ini CPI menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan pengembangan.

2. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan

sumur-sumur hasil kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Jumlah


(59)

Selama tahun 1951-1956, walaupun pengeboran eksplorasi menghasilkan

tujuh temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim

politik RI pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Ada beberapa cara yang

dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus menurun,

diantaranya yang dilakukan adalah :

a. Menginjeksi air (water flooding) yang dilakukan di distrik Bekasap.

b. Menginjeksi air panas (hot water flooding) yang dilakukan di distrik Minas

dan Zamrud.

c. Menginjeksi uap air (steam flooding) yang dilakukan di distrik Duri.

Program penyuntikan air (water flooding) di Lapangan Minas dimulai tahun

1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke dalam

tanah sebanyak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya dilaksanakan di

Lapangan Kota Batak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-rata 32.000 barel

sehari.

Saat ini di area tiga dan empat sedang berlangsung sistem produksi

penginjeksian dengan pola tujuh titik (seven spot pattern) dimana satu sumur injeksi

dikelilingi oleh enam sumur produksi. Total seluruh area produksi ini mencapai

6.600 ha. Daerah ini akan dikembangkan secara bertahap menjadi belasan area

dengan luas masing-masing 100-600 ha.

Di ladang minyak Duri, metode injeksi uap (Steam Flood) dapat

menghasilkan 50-70% minyak mentah, hasil produksi ini jauh lebih banyak daripada

mempergunakan metode normal yang hanya mampu menghasilkan 5-20% minyak


(60)

1990 Duri Steam Flood mampu memproduksi minyak mentah melebihi produksi

minyak California Steam Flood Field, Kern River dan Belridge. Hal ini membuat

Duri menjadi ladang dari Steam Flood proyek injeksi uap terbesar di dunia. Proyek

Duri Steam Flood ini memiliki tujuan untuk memaksimalkan produksi minyak

mentah di ladang Duri, kemudian dijual ke pasaran melalui pelabuhan yang ada di

Dumai. Menurut penelitian, ladang Duri memiliki 6,5 miliar barel minyak.

4.1.5. Sarana Penunjang Operasi

Sarana-sarana penunjang operasi PT Chevron Pacific Indonesia antara lain :

1. Pembangkit tenaga listrik di Duri, Central Duri, dan Minas (21 generator

turbin gas berkapasitas 390 MW), serta saluran transmisi dan distribusi listrik

sepanjang 1.300 km dengan menggunakan sistem Hotline Maintenance yang

memungkinkan dilakukannya perbaikan pada saluran-saluran listrik tegangan

tinggi tanpa memutuskan aliran listrik.

2. Empat buah dermaga khusus Dumai (dua diantaranya mampu melayani

kapal-kapal tangki berbobot mati 150.000 ton).

3. Kompleks tangki penyimpanan dengan kapasitas 5,8 juta barel.

4. Dua jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 90 cm dan 75 cm pada

jalur Minas-Dumai dan Bangko-Dumai.

5. Saluran Microwave UHF yang menghubungkan ke empat listrik, serta suatu

system telepon dan komunikasi radio HF/VHF/UHF untuk seluruh kegiatan

lapangan.


(61)

7. Layanan teleks dan elektronik mail antara Dumai-Rumbai-Jakarta dengan

perusahaan pemegang saham dan perusahaan-perusahaan afiliasi di seluruh

dunia melalui Satelit Palapa dan Intelsat.

8. Pada akhir tahun 1968, CPI memasang unit pengolah data elektronik yang

pertama berupa komputer IBM 360 Model 30 dengan core capacity 64

Kbytes untuk memenuhi tuntutan tersedianya sarana informasi yang akurat

dan cepat, serta adanya sistem pengendalian yang efektif dalam segala segi.

9. Dumai Remote Entry Shipping System (DRESS) merupakan On-Line

Teleprocessing yang pertama diterapkan CPI. DRESS digunakan untuk

mengelola pengisian dan pemompaan tangki penyimpanan, mengatur kapal

tangki di Dumai, serta menyusun, membuat, dan menghasilkan dokumen

teleprocessing untuk Crude Movement, Storage, and Shipping.

10.Jaringan computer yang terdiri dari IBM S/390, MicroVax, IBM AS400,

Servers dan Workstations.

11.Sistem komputer Windows Vista Enterprise SP II Processor Inter Core Duo.

Perangkat komputer ini bisa menghubungkan informasi secara langsung

dengan semua komputer perusahaan di bawah Chevron Corporation di

seluruh dunia.

4.1.6. Sumber Daya Manusia

PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) memiliki lebih dari 6000 tenaga kerja

yang 98% diantaranya berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1966, CPI telah


(62)

alih keterampilan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu pelatihan, pertukaran gagasan,

dan proses komunikasi antara tenaga kerja Indonesia dan tenaga asing.

Program pengembangan sumber daya manusia untuk karyawan adalah kursus

keahlian dasar yang terdiri dari latihan bahasa Inggris dan latihan teknik yang

meliputi latihan kejuruan di berbagai bidang serta program pengembangan

manajemen dan latihan khusus untuk karyawan senior. Sejumlah tenaga kerja

Indonesia tingkat menengah ke atas mengikuti training sambil bekerja di Amerika

Serikat setiap tahunnya. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan

tenaga kerja Indonesia agar mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi.

4.1.7. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Dasar

Pada bulan Januari 1992, diadakan sarasehan dengan melibatkan semua

jajaran manajemen PT Chevron Pacific Indonesia yang bertujuan mematangkan visi,

misi, dan nilai-nilai yang dirumuskan secara tegas dan tertulis.

Visi CPI adalah “Diakui sebagai sebuah perusahaan kelas dunia yang

bertekad untuk mencapai tingkat yang sempurna”. Untuk diakui sebagai perusahaan kelas dunia, CPI melakukan apa yang disebut Continous Quality Improvement

(perbaikan kualitas yang berkesinambungan).

Sedangkan misi CPI yang telah dicanangkan adalah “Sebagai mitra usaha

Pertamina, PT. Chevron Pacific Indonesia secara efektif akan mencari dan

mengembangkan sumber daya minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa

Indonesia dan kepentingan pemegang saham”.


(63)

1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.

2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi.

3. Memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.

4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor, dan

keluarganya.

5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan masyarakat.

6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah

hidup.

4.1.8. Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja

Fasilitas yang disediakan CPI untuk kesejahteraan karyawannya antara lain :

1. Tunjangan khusus yang besarnya sesuai dengan daerah kerja dan golongan

pekerja. Sifat tunjangan khusus ini bukan merupakan unsur upah pokok.

2. Tunjangan khusus Batam. Tunjangan ini diberikan apabila pekerja

dipindahkan secara permanen dan bertempat tinggal di Pulau Batam. Sifat

tunjangan ini bukan merupakan unsur dari upah pokok dan besarnya

sebagian dari upah pokok.

3. Fasilitas angkutan atau kendaraan dari perusahaan yang dipergunakan untuk

pergi dan pulang dari kantor ke tempat tinggal.

4. Bantuan pengganti biaya angkutan kecuali pekerja yang memperoleh fasilitas

angkutan/kendaraan dari perusahaan.

5. Fasilitas perumahan bagi semua golongan pekerja.

6. Bantuan pengganti biaya perumahan bagi pekerja yang belum mendapat


(64)

ada atau kepada pekerja yang atas permintaannya tinggal di luar fasilitas

perumahan.

7. Perusahaan akan memberikan bantuan biaya pemeliharaan secara bersih

setiap bulan menurut kelas upah pekerja kepada pekerja yang sudah

mengambil fasilitas pinjaman kepemilikan rumah dari perusahaan dan tidak

menempati rumah perusahaan.

8. Tunjangan Hari Raya Keagamaan.

9. Jaminan selama pekerja sakit.

10.Tunjangan istirahat tahunan.

11.Bantuan perusahaan selama menjalankan ibadah haji, baik berupa ongkos

naik haji, biaya pengangkutan ke tempat pemberangkatan ataupun

kedatangan dan biaya pengurusan dokumen-dokumen yang diperlukan.

12.Bantuan bersalin bagi pekerja wanita atau istri pekerja yang diakui oleh

perusahaan.

13.Perlengkapan kerja berupa pakaian kerja, pakaian seragam, sepatu

keselamatan, jas hujan, dan jaket.

14.Biaya pengobatan dan pemeliharaan bagi pekerja yang mendapatkan

kecelakaan kerja.

15.Tunjangan kematian bagi keluarga pekerja.

16.Pelayanan kesehatan gratis, berupa pemeriksaaan kesehatan dan

pemeliharaan kesehatan bagi pekerja dan keluarganya.


(65)

18.Fasilitas dan tunjangan perjalanan dinas untuk pekerja dan anggota

keluarganya yang oleh perusahaan diminat untuk mendampingi/mengikuti

pekerjaan tersebut.

19.Pengangkutan untuk bertemu keluarga bagi pekerja yang tinggal di dalam

perusahaan dengan status lajang di tempat kerja yang baru.

20.Bantuan pendidikan bagi anak pekerja, berupa beasiswa anak pekerja di

Sekolah Menengah Umum dan Perguruan Tinggi.

Resiko bekerja pada lingkungan CPI sangat besar, kemungkinan terjadi

kecelakaan sangat tinggi, maka dari itu perusahaan selalu menekankan untuk

mementingkan keselamatan kerja (Occupational Safety) kepada setiap karyawannya.

Karyawan harus bekerja dengan penuh kesadaran dan berusaha preventif terhadap

segala kemungkinan bahaya yang dapat terjadi setiap saat. CPI menerapkan

pelaksanaan program safety. Program tersebut diarahkan pada tiga sasaran yaitu

human, equipment, dan procedure dimana tiga elemen itu memiliki peran yang sama

pentingnya dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman.

Langkah-langkah yang diambil untuk menanamkan kesadaran dan

keselamatan kerja bagi karyawannya adalah :

1. Mengadakan latihan rutin tentang keamanan dan keselamatan kerja.

2. Menghilangkan keadaan atau tindakan-tindakan yang berbahaya.

3. Mengadakan inspeksi, pengaturan tata ruang yang baik, dan menyediakan


(1)

(2)

(3)

(4)

Gambar 1. Bersama tentor lapangan Gambar 2. Pengisian kuesioner oleh pekerja


(5)

Gambar 4. Pekerja yang sedang berada dilokasi


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment Di PT. Kreasi Kotak Megah.

11 166 139

Hubungan Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada PT Chevron Pacific Indonesia Duri Tahun 2011.

67 288 147

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( SMK3 ) DI PT. PATRA TRADING MALANG

4 36 21

Komitmen Team Manajemen dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di DAOP 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2015

5 37 287

PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. ASIA PAPER MILLS PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PT. ASIA PAPER MILLS.

0 7 12

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SEBAGAI UPAYA PECEGAHAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI BENGKEL OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

4 10 137

GAP ANALYSIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

2 13 32

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP TINGKATAN KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI

0 2 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja 2.1.1. Pengertian Kecelakaan Kerja - Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) DENGAN Kejadian Kecelakaan Kerja Di Treat And Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Ind

0 0 25

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI

0 2 14