Mendengarkan Dharma Takut terhadap Akibat Berbuat Jahat otappa
71 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Konteks
Janji Manis Masuk Surga
Sebagian orang tertarik dengan janji manis masuk surga hanya dengan meyakini agama tertentu. Janji tersebut dapat menjerumuskan orang-
orang yang memiliki sifat malas dan tidak mau berusaha. Karena mereka beranggapan bahwa ia sudah dijamin masuk surga dengan cukup menganut
keyakinan tersebut, ia tidak termotivasi untuk berbuat baik. Sesungguhnya tidak ada hubungan yang signiikan antara label agama
dengan masuk surga. Surga adalah alam bahagia yang dapat dicapai oleh mereka yang berbuat baik tanpa mempedulikan label agamanya. Agama
sebagai penyedia sarana dan cara berbuat baik. Jika seseorang beragama dan memanfaatkan sarana dan cara berbuat baik yang dianjurkan oleh
agamanya, ia dapat masuk surga.
Pentingnya Perbuatan Benar
Setiap hari, di mana pun, kita tidak terlepas dari melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Perbuatan kecil yang dilakukan tentu
akan berakibat atau berefek kepada orang-orang sekitar kita. Dalam pengalaman sehari-hari, kita dapat merasakan manfaat perbuatan benar
yang dilakukan. Begitu pula kita bisa melihat akibat perbuatan salah dalam kehidupan nyata di sekitar kita.
Mencuri, misalnya, dapat mengakibatkan dihakimi massa, dipenjara, atau dihantui ketakutan karena melakukan perbuatan yang salah. Begitu
72 Kelas XI SMASMK
pula apabila seseorang melakukan asusila. Ketakutan dan kecemasan akan ketahuan membuat hidupnya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan. Jadi,
jelas jika perbuatan yang kita lakukan merupakan perbuatan baik, tidak akan ada kecemasan, ketakutan atau ketidaktenangan dalam menjalani
hidup ini. Apabila setiap manusia menjalankan hidup sesuai dengan panduan Buddha, yaitu banyak melakukan perbuatan baik, dunia ini tidak
akan ada perang, hidup manusia akan damai dan tenteram.
Renungan
Kisah Culekasataka
Di Savatthi berdiam sepasang suami istri brahmana. Mereka hanya mempunyai sebuah pakaian luar yang digunakan oleh mereka berdua.
Karena itu, mereka dikenal dengan nama Ekasataka. Karena mereka hanya mempunyai sebuah pakaian luar, mereka tidak dapat keluar berdua pada
saat bersamaan. Jadi, si istri pergi mendengarkan khotbah Sang Buddha pada siang hari, dan si suami pergi pada malam hari.
Pada suatu malam, ketika brahmana mendengarkan khotbah Sang Buddha, seluruh badannya diliputi keriangan yang sangat menyenangkan
dan timbul keinginan yang kuat untuk memberikan pakaian luar yang dikenakannya kepada Sang Buddha. Tetapi, dia menyadari jika dia
memberikan pakaian luar yang satu-satunya dia miliki berarti tidak ada lagi pakaian luar yang tertinggal buat dia dan istrinya. Dia ragu-ragu dan
bimbang.