151 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Tiga Karakteristik Tilakkhana
Karakteristik Ketidakkekalan Anicca
Karakteristik Tanpa Diri yang Kekal Anatta
Karakteristik Ketidakpuasan Dukkha
2. Ketidakkekalan
Gambar 8.2
Bunga Layu Sumber: http:ianellis-jones.blogspot.com
Ketidakkekalan menggambarkan fenomena dari sudut pandang waktu. Segala sesuatu di alam semesta, baik isik dari sel terkecil dari tubuh kita
sampai bintang terbesar maupun mental kesadaran, persepsi, perasaan
152 Kelas XI SMASMK
dan bentuk-bentuk pikiran selalu mengalami perubahan, tidak pernah tetap sama sekalipun hanya dalam perbedaan detik. Karena segala sesuatu
merupakan hasil atau akibat dari sebab-sebab dan kondisi yang berubah, segala sesuatu juga terus-menerus berubah.
Sudah menjadi sifat umum dari segala sesuatu yang berkondisi untuk selalu mengalami perubahan impermanence. Hal ini menunjukkan
bahwa sesungguhnya tiada satu bentuk pun yang dapat dikatakan sebagai sesuatu yang kekal. Semua kondisi berjalan dengan sendirinya. Terkadang
kita tertawa, di lain waktu kita menangis. Bahkan, sejak kita dilahirkan di dunia ini, baik disadari ataupun tidak, kita terus-menerus mengalami
perubahan usia, karakter, intelektualitas dan kebijaksanaan. Komponen terkecil dari benda yang paling padat sekalipun hanyalah
gumpalan energi yang mengalir. Pikiran yang tidak terlatih bahkan lebih berkeliaran dan rentan untuk berubah, tidak punya kestabilan.
Semua unsur hidup dan tidak hidup adalah subjek pembusukan dan penghancuran. Hukum Anicca bersifat netral dan tidak memihak, tidak
diatur oleh hukum apa pun yang lebih tinggi. Segalanya berlalu dan terperbarui secara alamiah.
Ketidakkekalan tidak selalu berkonotasi negatif karena mengacu pada perubahan ke arah yang tidak baik. Sisi positif dari ketidakkekalan
adalah perubahan juga dapat terjadi ke arah yang lebih baik. Dengan adanya perubahan, memungkinan dan memberi kesempatan bagi
seseorang untuk maju dan menuju ke keadaan yang lebih baik. Perubahan menunjukkan hidup ini tidak stagnan atau tetap, tetapi ada peluang yang
lebih besar untuk berubah. Siklus kehidupan perlu dipahami seperti kurva
153 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
yang bergerak naik-turun. Pada suatu saat di atas, pada saat lain berada di bawah. Perubahan menunjukkan kesempatan orang memperbaiki dan
menyempurnakan diri.
3. Ketidakpuasan
Gambar 8.3 Ilustrasi Dukkha
Sumber: blog.phuket-meditation.com
Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang dapat memberikan kepuasan yang lengkap dan abadi. Hal ini dikarenakan adanya perubahan
terus-menerus pada segala hal termasuk apa yang dinilai berharga dan nafsu keinginan yang selalu berubah dalam pikiran yang tidak terlatih.
Dalam pengalaman yang paling menyenangkan pun, terdapat kecemasan bahwa momen itu tidak akan berlangsung lama. Mencari kebahagiaan
abadi dalam perubahan terus-menerus akan mengganggu kedamaian batin, menyebabkan penderitaan. Hal ini juga berakhir dalam penderitaan kelahiran
kembali yang terus berulang. Ketika penderitaan muncul, tidak seorang pun yang dengan mudah
bersedia menerimanya. Kecenderungan orang akan beranggapan bahwa penderitaan ini bukan milikku, kebahagiaan adalah milikku. Namun, hal