153 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
yang bergerak naik-turun. Pada suatu saat di atas, pada saat lain berada di bawah. Perubahan menunjukkan kesempatan orang memperbaiki dan
menyempurnakan diri.
3. Ketidakpuasan
Gambar 8.3 Ilustrasi Dukkha
Sumber: blog.phuket-meditation.com
Tidak ada sesuatu pun di alam semesta ini yang dapat memberikan kepuasan yang lengkap dan abadi. Hal ini dikarenakan adanya perubahan
terus-menerus pada segala hal termasuk apa yang dinilai berharga dan nafsu keinginan yang selalu berubah dalam pikiran yang tidak terlatih.
Dalam pengalaman yang paling menyenangkan pun, terdapat kecemasan bahwa momen itu tidak akan berlangsung lama. Mencari kebahagiaan
abadi dalam perubahan terus-menerus akan mengganggu kedamaian batin, menyebabkan penderitaan. Hal ini juga berakhir dalam penderitaan kelahiran
kembali yang terus berulang. Ketika penderitaan muncul, tidak seorang pun yang dengan mudah
bersedia menerimanya. Kecenderungan orang akan beranggapan bahwa penderitaan ini bukan milikku, kebahagiaan adalah milikku. Namun, hal
154 Kelas XI SMASMK
itu justru makin menjauhkan orang tersebut dari kedamaian dan cenderung membuatnya menderita. Kemelekatan attachment merupakan salah satu
sifat dari pengumbaran nafsu keinginan. Makin seseorang melekat pada sesuatu, makin sulit pula bagi dia untuk melepaskan diri dari penderitaan
dan melihat kebijaksanaan.
Dua Macam Dukkha Berdasar Penyebabnya
Dukkha karena Lobha, Dosa, Moha
Dukkha karena kondisi
Dukkha
Segala sesuatu dinyatakan berkondisi jika mempunyai ciri: 1 merupakan perpaduan, dan 2 mengalami proses perubahan. Sebagai
contoh: manusia, hewan, bahkan benda-benda mati seperti batu dan kayu. Dukkha karena kondisi merupakan dukkha
yang tidak mungkin dihindari atau ditolak, bahkan oleh seorang ArahatBuddha sekalipun. Contohnya,
Buddha dan siswa-siswanya yang telah mencapai tingkat kesucian masih mengalami proses penuaan, merasakan rasa sakit, dan mengalami
kematian. Dukkha karena kekotoran batin lobha, dosa, dan moha merupakan
dukkha yang timbul sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan yang
didasari oleh keserakahan, kebencian, dan kekotoran batin. Dukkha ini sudah tidak dialami lagi oleh seorang ArahatBuddha karena Beliau telah
155 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
terbebas dari kekotoran batin. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa seorang ArahatBuddha masih mengalami dukkha karena kondisi, tetapi
sudah terbebas dari dukkha karena kekotoran batin. Adapun manusia biasa masih mengalami kedua-duanya. Tetapi, setelah ArahatBuddha
meninggal dunia, Beliau tidak mengalami lagi dukkha karena kondisi. Mengapa? Karena seorang ArahatBuddha setelah meninggal tidak akan
bertumimbal lahir lagi. Dengan demikian, sudah tidak berkondisi.
4. Tanpa Diri yang Kekal
Gambar 8.4 Ilustrasi Anatta
Sumber: http:www.obsidianeagle.com
Anatta menggambarkan fenomena dari sudut pandang ruang. Segala sesuatu di alam semesta tersusun dari berbagai bagian, yang juga terdiri
atas bagian-bagian yang lebih kecil. Setiap bagian selalu berubah, kadang perubahan besar, tetapi kebanyakan halus bagi indra kita. Tak satu pun
komponen yang tidak berubah, segalanya selalu berubah. Sesuatu itu ada hanya jika bagian-bagian penyusunnya bergabung. Jadi, tidak ada
inti atau diri yang tetap dalam segala sesuatu, inilah yang disebut tanpa-