67 Pada Tabel 5.2 terlihat bahwa pendugaan dengan domain Segi8 relatif
lebih stabil daripada dengan Segi8kor, tetapi pada Tabel 5.5 konsistensi pendugaan dengan kedua domain Segi8 dan Segi8kor sama. Penggunaan domain
Segi8kor lebih sensitif terhadap data pencilan. Tabel 5.2 dan 5.5 menunjukkan bahwa konsistensi pendugaan dengan Segi8 relatif sama pada sebelum dan setelah
dilakukan koreksi terhadap data pencilan. Dengan demikian konsistensi pendugaan dengan Segi8 tidak terpengaruh besar oleh adanya data pencilan.
Domain Segi8 lebih representatif digunakan dalam pemodelan SD dengan metode PPR.
5.4. Simpulan
1 Data pencilan berpengaruh terhadap ketepatan model, baik untuk domain Segi8 maupun Segi8kor, namun pengaruhnya terhadap pendugaan model
dengan domain Segi8kor lebih besar daripada pengaruhnya terhadap pendugaan model dengan domain Segi8, atau Segi8 tidak terlalu sensitif
dengan adanya data pencilan.
2 Dalam kondisi ada pencilan, pendugaan model dengan domain Segi8 lebih konsisten dan lebih robust terhadap data pencilan daripada dengan domain
Segi8kor.
6. PENENTUAN DAERAH PRAKIRAAN MUSIM
BERBASIS DUGAAN MODEL REGRESI PROJECTION PURSUIT
6.1. Pendahuluan
Informasi tentang cuaca di suatu wilayah sangat diperlukan untuk kegiatan produksi pertanian sehingga perlu pemahaman karakteristik cuaca di wilayah
tersebut. Untuk itu perlu dilakukan pewilayahan stasiun-stasiun curah hujan. Pewilayahan iklim climate zonation atau penentuan daerah prakiraan musim
DPM dimaksudkan untuk memperoleh kelompok-kelompok daerah dengan pola hujan yang berlainan sehingga karakteristik iklim dan curah hujan di masing-
masing DPM dapat diketahui, yang selanjutnya diharapkan dapat mendukung kegiatan pertanian dengan mengantisipasi ketersediaan air BMG 2003. Setiap
DPM mewakili stasiun-stasiun yang ada dalam DPM tersebut. BMG 2003 telah melakukan pewilayahan 36 stasiun penakar hujan di
kabupaten Indramayu dan menghasilkan enam DPM yang selanjutnya disebut DPM_BMG. Keenam DPM ini diperoleh berdasarkan data curah hujan dasaria n
tahun 1981-2000, dengan menggunakan analisis komponen utama PCA dan metode pengelompokan complete linkage. PCA dilakukan sebagai pre-processing
terhadap data curah hujan dasarian, dan pengelompokan dilakukan berdasarkan komponen-komponen hasil PCA.
Teknik SD dengan PPR yang nonparametrik memberikan hasil dugaan model berupa pola model dugaan curah hujan dalam periode 20 tahun 1981-
2000. Hasil verifikasi dan validasi menunjukkan bahwa hasil PPR lebih akurat daripada hasil PCR, khususnya untuk stasiun Sukadana di Indramayu. Model ini
diterapkan untuk stasiun-stasiun lainnya di kabupaten Indramayu. Dalam penelitian ini pola model dugaan curah hujan di stasiun-stasiun tersebut dijadikan
dasar untuk pewilayahan atau penentuan daerah prakiraan musim di kabupaten Indramayu sehingga stasiun-stasiun dalam suatu wilayah mempunyai pola model
dugaan curah hujan yang sama. Dengan demikian diharapkan bahwa setiap wilayah mempunyai karakteristik iklim tersendiri dan satu model penduga dapat
digunakan untuk peramalan curah hujan di wilayah tersebut.