61 rukun Islami, tidak hanya wajib bagi Rasulullah tetapi juga bagi seluruh umat, dan
diwajibkannya penunaian zakat itu ditegaskan oleh ayat-ayat Qur’an yang tegas dan jelas, dan oleh sunnah Rasulullah yang disaksikan semua orang mutawatir, dan oleh konsensus
ijma’ seluruh umat semenjak dulu sampai sekarang Qardawi 1991, 86.
Laba yang diperoleh dengan menggunakan akuntansi syariah sebagai dasar penyusunan laporan keuangannya, harus dapat dipakai sebagai dasar untuk memenuhi rukun Islami
tersebut. Sehingga tujuan akuntansi syariah salah satunya adalah sebagai dasar penghitungan zakat Hameed 2000, 17; Triyuwono 1997a, 14.
Zakat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengaktualisasikan ke-Islami-an jati diri manusia pada dimensi etis dan moralitasnya yang terkait dengan realitas sosial sebagai
khalifah Allah di muka bumi Mas’ud, 1991, 35. Kaitannya dengan konsep laba akuntansi syariah secara pragmatis adalah informasi laba harus dapat dijadikan dasar penghitungan
zakat. Zakat atas pendapatan harus terlebih dahulu dikurangkan biaya dan ongkos-ongkos untuk memperoleh pedapatan tersebut, berdasarkan peng-qias-an terhadap hasil bumi dan
sejenisnya, bahwa biaya harus dikeluarkan terlebih dahulu baru zakat dikeluarkan dari sisa Qardawi 1991, 486.
Informasi laba secara pragmatis dalam akuntansi syariah harus bisa dijadikan dasar penghitungan zakat, mengingat zakat merupakan sarana atau institusi yang akan
membedakan antara seorang mu’min dari seorang munafik yang dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an 9, 67.
E. L
ABA
S
EBAGAI
D
ASAR
P
ENGAMBILAN
K
EPUTUSAN DAN
K
ONTRAK
Output laporan keuangan berdasrkan prinsip syariah ditujukan untuk semua pemakai laporan keuangan tanpa membedakan latar belakang para pemakainya. Informasi atas laba
biasanya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Sama seperti investor yang akan menggunakan informasi atas laba tersebut untuk memprediksikan tingkat
pengendalian atas modal yang akan ditanamkan, pihak manajemen juga berkepentingan dengan rencana di masa depan. Keputusan-keputusan hanya dapat mempengaruhi kejadian
masa mendatang.
Pengambilan keputusan atas dasar informasi laba juga menjadi dasar dari banyak hubungan hukum dan kontraktual dalam masyarakat. Kekuatan dari pendekatan
kontraktual adalah bahwa hal itu tidak menuntut intepretasi semantik atas perubahan akuntansi Hendriksen dan Van Breda 2000, 345. Dalam sistem ekonomi Islami tidak
dikenal adanya sistem bunga, sistem ekonomi Islami dilaksanakan dengan sistem bagi hasil profit and loss sharing. Oleh karena itu, kaitannya dengan konsep laba akuntansi
syari’ah adalah bahwa laba akuntansi syari’ah dapat dijadikan sebagai dasar dalam melaksanakan transaksi secara Islami, misalnya laba atau estimasi dari keuntungan
dijadikan dasar dalam beberapa produk pembiayaan syari’ah.
F. L
ABA
S
EBAGAI
A
LAT
P
ERAMAL
Laba sebagai alat peramal biasanya digunakan sebagai dasar keputusan investasi, misalnya
61 laba digunakan untuk memprediksi harga perlembar saham. Nilai sebuah perusahaan dan
nilai saham dalam perusaahaan itu tergantung pada aliran distribusi masa depan yang diharapkan kepada pemegang saham. Berdasarkan pengharapan ini, pemegang saham saat
ini dapat memutuskan untuk menjual saham itu atau terus menahannya. Informasi laba yang diprediksikan harus mempunyai signifikasi dunia nyata, atau konsep
laba akuntansi Syari’ah yang diproyeksikan relevan dengan proses keputusan investor. Sebagaian besar investor menghendaki agar prediksi masa depan yang dilaporkan relevan
bagi evaluasi saham suatu perusahaan dalam keputusan jual beli, oleh karena itu prediksi atas laba harus didasarkan pada penilaian dan pengukuran atas laba secara tepat.
Zaid dan Tibbits 1999,16 lebih jauh menytakan bahwa salah satu prinsip sebagai dasar pertimbangan dalam akuntansi syari’ah adalah kebenaran dan keterbukaan laporan
kepengurusan. Prinsip keterbukaan ini berasal dari prinsip al mu’amalat´ di mana setiap transaksi, peristiwa-peristiwa ekonomi atau keputusan yang dibuat harus halal
diperbolehkan dalam Islami.
Laba akuntansi syari’ah sebagai alat peramal banyak digunakan dalam pembuatan kontrak kerjasama pembiayaan Islami. Mannan 1997, 168 menyatakan bahwa transaksi
pembiayaan mudharabah dan musyarakah memerlukan prediksi atas keuntungan sebagai dasar pembagian hasil atas investasi yang yang dilaksanakan. Dari pembahasan di atas
dapat disimpulkan bahwa konsep laba akuntansi syari’ah dapat ditinjau dari tiga tingkatan yaitu konsep lana akuntansi syari’ah pada tingkatan sintaksis, semantik, dan pragmatis.
Pada tingkatan ini konsep laba akuntansi syari’ah menggunakan pendekatan aktivitas dan pendekatan transaksi secara berurutan. Pendekatan aktivitas dan transaksi mempunyai
posisi yang saling melengkapi dan berada pada proses yang berurutan, sehingga faktor waktu timing dan penilaian valuation memegang peranan penting.
Pada tingkatan semantis, laba akuntansi syari’ah menjelaskan bagaimana hubungan antara fenomena objek atau peristiwa dengan simbol yang mewakili fenomena tersebut. Konsep
laba akuntansi syari’ah pada tingkatan semantis berkaitan erat dengan tujuan akuntansi syari’ah itu sendiri. Pada tingkatan pragmatis konsep laba akuntansi syari’ah dapat
digunakan untuk menjelaskan relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada pembuat keputusan dan perilaku dari pribadi atau kelompok sebagai akibat disajikannya
informasi atas laba.
61
BAB V PERBANKAN SYARI’AH
BAGIAN I: AKUNTANSI ASET I. PEMBIAYAAN MUDHARABAH QIRADHMUDHARABA FINANCING
A.
D
EFINISI
P
EMBIAYAAN
M
UDHARABAH
:
Pembiayaan Mudharabah qiradh adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana shahibul maal dan nasabah sebagai pengelola dana mudharib untuk melakukan
kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil untung atau rugi dalam bentuk persentase berdasarkan kesepakatan dimuka.
Dasar pengaturan pembiayaan mudharabah adalah PSAK 1052009 termaktub dalam paragraf 14-28. Sedangkan dalam Fatwa MUI Nomor: 7DSN-MUIIV2000, ditetapkan
bahwa; dalam pembiayaan ini LKS sebagai pemilik dan shahibul maal membiayai 100 kebutuhan suatu proyek usaha, sedangkan pengusaha nasabah bertindak sebagai
mudharib atau pengelola usaha. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, mekanisme pembagian keuntungan atau kerugian bagi hasil diatur oleh LKS dengan memperhatikan
fatwa ini. Akad dalam pembiayaan ini dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi moderen. Pada dasarnya dalam mudharabah ini
tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah yad al-amanah, kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaraan kesepakatan.
Selanjutnya Pembiayaan Mudharabah ini dibagi dalam dua jenis, yaitu: 1 Mudharabah Muthlaqah investasi terikat, bank berlaku sebagai pemilik dana bank
berfungsi sebagai chanellingtidak ada risiko. 2 Mudharabah Muqayyadah investasi tidak terikat, bank berlaku sebagai pengelola
dana bank bertindak sebagai executingada risiko, diatur dalam paragraph 34. Bank akan melaporkan dalam neraca sebesar porsi risiko yang ditanggung oleh bank,
61 dengan menggunakan prinsip penyaluran dana.
Bila menggunakan agunan; maka harus menggunakan prinsip kehati-hatian prudent concept atau berdasarkan moral hazard dan dapat dieksekusi bila kelalaian dari pengelola dana
bukan keadaan darurat force major. Pembiayaan Mudharabah PM dapat melibatkan 2 pihak, yaitu Shahibul Maal pemilik dana dan Mudharib pengelola dana, dan bank