D D Materi Ajar Akuntansi Syariah

61

IV. PIUTANG ISTISHNA

A. D

EFINISI P IUTANG I STISHNA ’ I STISHNA ’ adalah akad penjualan antara al-mustashni pembeli dengan as-shani produsen yang bertindak sebagai penjual. Berdasarkan akad tersebut pembeli menugasi produsen untuk membuat atau mengadakan al-mashnu’ barang sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. PIUTANG ISTISHNA lebih cocok untuk fasilitas pembiayaan modal kerja untuk jangka panjang, misalnya kontrak dalam proyek properti. Oleh karena itu, pembiayaan ini dapat diberikan secara tunai, angsuran termin, dibayar dimuka urbun. Pembiayaan yang diberikan oleh bank selaku pemilik dana shahibul maal kepada nasabah dalam jangka waktu tertentu umumnya jangka panjang untuk kegiatan produktif berdasarkan akad dan kesepakatan kedua belah dan atau antar para pihak yang terlibat.

B. D

ASAR P ENGATURAN Dalam PSAK 1042009 dulu PSAK 592002 paragraf 90-104, DSN., dan PAPSI2003. Dalam Fatwa MUI, No. 22DSN-MUIIII2002, bahwa akad istishna’ harus memenuhi rukun dan syarat yang berlaku dan dilakukan oleh lembaga keuangan syariah LKS kepada nasabah. LKS selaku mustashni’ tidak diperkenankan memungut MDC margin during contraction, dari nasabah shani’ karena hal ini tidak sesuai dengan prinsip syariah. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah BAS setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Bank sebagai Penjual - Biaya istishna terdiri dari: biaya langsung dan biaya tidak langsung. - Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna’. - Biaya pra akad diakui sebagai biaya yang ditangguhkan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’. - Biaya istishna’ yang terjadi selama periode laporan keuangan diakui sebagai sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian. Khusus untuk transaksi Istishna’ paralel maka bila terjadi biaya akan diperlakukan sebagai berikut: - Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan dari sub kontraktor kepada bank - Biaya tidak langsung yang berhubungan dengan akad termasuk biaya pra akad yang dialokasikan secara objektif bank. - Semua biaya akibat subkontraktor tidak memenuhi kewajibannya, jika ada. - Biaya istishna’ parallel diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari subkontraktor sebesar jumlah tagihan bank. - Tagihan setiap termin dari bank kepada pembeli akhir diakui sebagai Piutang Istishna’ dan diakui sebagai termin istishna’. 61 Pendapatan istishna’ adalah total harga yang disepakati dalam akad, antara bank dan pembeli