I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi informasi telah menyebabkan perubahan dalam pola hidup masyarakat yang
ditandai dengan gaya hidup yang serba cepat dan praktis. Perubahan ini terjadi juga dalam pola konsumsi makanan. Masyarakat lebih suka memilih
makanan yang praktis dan cepat disajikan seperti mi instan. Mi instan seringkali menjadi makanan pilihan di saat lapar di antara waktu makan
utama. Selain karena praktis dalam penyajiannya, mi instan disukai karena harganya yang relatif murah dan rasanya pun beragam.
Mi instan sudah merupakan salah satu makanan terfavorit warga Indonesia. Bisa dipastikan hampir setiap orang telah mencicipi mi instan
atau mempunyai persediaan mi instan di rumah. Bahkan tak jarang orang membawa mi instan saat ke luar negeri sebagai persediaan “makanan lokal”
jika makanan di luar negeri tidak sesuai selera. Pasar mi instan di Indonesia memang menggiurkan. Ketergantungan
masyarakat Indonesia terhadap mi cepat saji ini cukup besar. Tidak heran jika dari waktu ke waktu banyak perusahaan baru melirik pasar mi instan.
Berdasarkan data, jumlah produsen mi instan di Indonesia tahun 2005 mencapai 84 perusahaan, dengan produksi sekitar 1,272 juta ton
sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Produsen yang mendominasi produksi mi instan di Indonesia adalah
PT Indofood Sukses Makmur PT ISM yang memproduksi Indomie, Supermi, dan Sarimi. Indomie adalah merek mi instan yang paling terkenal
di Indonesia, begitu terkenalnya hingga orang Indonesia memanggil mi instan dengan sebutan “indomie” walaupun yang dikonsumsi tidak bermerek
Indomie. Merek mi instan lainnya yang terkenal antara lain Supermi, Sarimi, Mi Sedaap
1
.
1
Wikipedia. 17 Juli 2006. Mi Instan di Indonesia. http:id.wikipedia.orgwikiMi_instan.[23 Agustus 2006]
Tabel 1. Perkembangan industri mi instan di Indonesia
No. Uraian
Satuan 2001 2002 2003 2004 2005
1. Jumlah Perusahaan
Unit Usaha
57 59 65 70 84
2. Kapasitas Ribu Ton
914 915 933 980 1.175
3. Produksi Ribu Ton
862 906 958 975 1.272
4. Utilisasi
94,31 99,01 102,67 99,48
108,21 5. Ekspor
Ribu Ton
8,5 5,5 2,4 1,6 0,5
US 4.389.000
2.452.000 1.858.000
1.087.000 354.000
6. Impor Ribu
Ton 0,8 0,9 0,8 0,8
0,7 US
589.000 783.000 791.000 687.000 586.000
7. Nilai Investasi
Rp Juta 1.225 1.225 1.311 1.536
1.843 8. Jumlah
Tenaga Kerja
Orang 16.000 16.320 12.847 15.474
18.569
Sumber: Investor 2006
2
Laporan International Ramen Manufacturers Association IRMA, 2004 menyatakan bahwa produsen mi instan terbesar di dunia saat ini
dikuasai oleh Nissin Food asal Jepang, sementara Indofood di posisi kedua. Di Jepang, Nissin Food menguasai sekitar 40 pasar mi instan dan 10
pasar mi instan di dunia. Sampai September 2005, Indofood menguasai 73 pasar mi instan di Indonesia
3
. Seperti diketahui, pangsa pasar mi instan Indofood terus terkikis setelah masuknya produk dari Group Wings Food
yaitu Mie Sedaap pada tahun 2003. Selama tempo dua tahun, produk yang relatif baru itu diperkirakan sudah menggaet pangsa pasar mi instan sebesar
15-20. Padahal, Indofood sang pemimpin pasar adalah penguasa yang sangat dominan dan bertahan selama puluhan tahun di posisi ini. Bahkan,
pada tahun 2002 pangsa pasar Indofood di bisnis mi instan mencapai 90 dengan nilai sekitar Rp 8 trilyun
4
. Cina dengan penduduknya yang besar tentu saja menjadi konsumen
mi instan terbesar di dunia. Menurut IRMA per akhir 2004, permintaan mi instan terbesar dunia datang dari Cina dan Hongkong yang mencapai 39
2
Investor Jakarta, Edisi 143, 21 Maret-3 April 2006. Menggerogoti Pasar Si Raja Mi. Hlm. 14- 19.
3
Kompas. 16 Desember 2005. Indofood Angkat Pangsa Pasar. http:www.kompas.comkompas- cetak051216ekonomi2293147.htm, [28 Maret 2006]
4
Swamajalah. 26 Januari 2006. Mengapa Indofood Gagal Menghadang Mie Sedaap? http:www.swa.co.idswamajalahartikellaindetails.php?cid=1id=3859, [24 Maret 2006]
miliar bungkus. Ini berarti, hampir separuh dari permintaan mi instan seluruh dunia yang mencapai 79,6 miliar bungkus.
Indonesia berada pada posisi kedua dengan total permintaan 12 miliar bungkus pada tahun yang sama. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Trend permintaan mi instan miliar bungkus
No. NegaraArea 2001 2002 2003 2004
1. China,
Hongkong 21,2 23,1 32,0 39,0 2. Indonesia
9,9 10,9
11,2 12,01
3. Jepang 5,35
5,27 5,4
5,54 4. Amerika
Serikat 3,0
3,3 3,78
3,8 5. Korea
Selatan 3,64
3,65 3,6
3,65 6.
Philipina 1,8 2,0 2,2 2,5
7. Vietnam
1,14 1,7 2,3 2,48
8. Thailand
1,65 1,7 1,72 1,78 9.
Russia 0,6 1,5 1,5
1,52 10.
Brazil 1,04 1,19 1,11 1,15
Total 53,08 58,5 69,35 79,57
Sumber: IRMA dalam Investor 2006
5
Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional yang dilakukan Badan Pusat Statistik, mi instan digolongkan ke dalam makanan untuk
konsumsi lainnya miscellaneous food item. Mi instan menduduki peringkat ke dua setelah mi basah untuk makanan konsumsi lainnya yang dikonsumsi
penduduk Indonesia. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Kinerja mi instan di PT ISM pada tahun 2004 dibandingkan dengan
tahun 2003 tetap konsisten. Penjualan bersih mencapai Rp 6 trilyun, sementara volume penjualan mengalami sedikit peningkatan menjadi 9,9
miliar bungkus dari 9,8 miliar bungkus di tahun sebelumnya PT ISM, 2004.
Pasar mi instan di seluruh Indonesia berkembang sangat pesat. Para pesaing menggunakan strategi periklanan dan promosi yang agresif,
sehingga terjadi peningkatan jenis produk dan pilihan harga yang ditawarkan
5
Investor Jakarta, Edisi 143, 21 Maret-3 April 2006. Kisah Mi Instan Menaklukkan Dunia. Hlm. 30-31.
kepada para konsumen. Situasi pasar yang kompetitif membuat para pelaku pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar dengan mengorbankan tingkat
perolehan laba. Hal ini menekan tingkat marjin laba dari para pelaku lama yang sudah mapan seperti Indofood. Marjin laba usaha Earn Before
Interest and TaxEBIT menurun hingga 10,4 dari 15,2 sebagai konsekuensi dari langkah Perseroan menerapkan program promosi dan harga
yang komprehensif untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Berdasarkan data industri, di penghujung tahun 2004 mi instan Indofood berhasil
menguasai sekitar 78 dari seluruh pangsa pasar mi instan di Indonesia PT ISM, 2004.
Tabel 3. Konsumsi dan pengeluaran rata-rata per kapita seminggu untuk makanan konsumsi lainnya miscellaneous food item tahun 2004
Perkotaan Pedesaan Perkotaan+Pedesaan
No. Jenis Satuan Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah
Nilai
1. Mi Basah
Kg 0.004 14 0.002 7
0.003 10
2. Mi Instan
80 gr 0.680 607 0.429 369 0.538
472 3. Bihun
Ons 0.012 9 0.009 6 0.010
7 4. Makaroni
Ons 0.010 7 0.011 9 0.011
8
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2004 Sarimi sebagai salah satu merek mi instan yang diproduksi oleh PT
ISM memiliki potensi yang cukup baik di masa datang. Tabel 4 memperlihatkan bahwa penelitian yang dilakukan di enam kota besar di
Indonesia, Sarimi menduduki posisi keempat sebagai merek mi instan yang paling dikenal oleh konsumen.
Pemasaran yang dilakukan umumnya tidak lepas dari kegiatan pemasaran dasar yang meliputi strategi produk, promosi, harga, dan tempat
atau distribusi yang disebut juga bauran pemasaran marketing mix. Namun, seringkali pihak perusahaan tidak melancarkan strategi masing-
masing komponen secara proporsional. Suatu produk meskipun memiliki kualitas terbaik, harga yang kompetitif dan dipromosikan secara gencar,
belum tentu produk tersebut mampu bersaing di dalam perebutan pasar apabila perusahaan tidak mendistribusikan produk tersebut secara benar.
Berdasarkan asumsi bahwa produk bermutu, harga kompetitif, dan produk dipromosikan, maka strategi distribusi akan jauh lebih berperan dalam
melengkapi ketiga aspek tersebut. Oleh karena itu, kegiatan distribusi barang merupakan salah satu poin penting yang memerlukan strategi yang
tepat. Tabel 4. Top of mind brand awareness mi instan berdasarkan kota
Kota Penelitian Total
No. Merek Jakarta Bandung
Semarang Surabaya
Medan Makassar
1. Indomie 76.4
40.8 58.5
49.1 56.4
73.5 61.0
2. Mie Sedaap
12.6 16.7
25.0 46.3
2.4 9.2
19.6 3.
Supermi 6.3
15.1 6.0
1.8 10.0
4.1 6.9
4. Sarimi
3.4 20.1
4.5 1.5
5.6 8.2
6.4 5.
Mie 100 0.2
2.3 2.0
0.0 7.6
0.0 1.6
6. Alhami
0.0 0.0
0.0 0.0
10.4 0.5
1.4 7. Mie
Gaga 0.5
0.3 1.0
0.3 5.6
0.0 1.1
8. Mie ABC
0.0 3.0
0.5 0.0
1.6 1.5
0.9 9. Salam
Mie 0.2
1.0 0.5
0.3 0.0
0.5 0.4
10. Selera Rakyat
0.0 0.0
1.0 0.5
0.0 0.0
0.2 11.
Lainnya 0.5
0.7 1.0
0.3 0.4
2.6 0.7
Sumber: Surveyonehttp:www.marketing.co.idimgSurvey-mie- instant.gif, [25 Februari 2006]
Sistem distribusi merupakan suatu proses yang terintegrasi yang memiliki tujuan untuk menyampaikan suatu produk kepada konsumen
setelah produk tersebut selesai diproduksi. Kegiatan ini sangat penting karena setelah perusahaan menghasilkan produk dan memperkenalkannya
kepada calon konsumen, semuanya tidak akan berarti apabila calon konsumen tidak dapat menemukannya pada tempat di mana mereka biasa
membeli produk atau barang. Kompetisi di pasar menjadi sangat ketat dan pemasaran menjadi lebih kompleks. Hal ini semakin menuntut adanya
sistem distribusi yang terintegrasi. Banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam upaya
mendistribusikan barang atau jasa kepada konsumen. Sebuah perusahaan mungkin mendistribusikan barangnya langsung kepada konsumennya
meskipun jumlah barang cukup besar, sedangkan perusahaan lain mendistribusikan barangnya melalui jasa perantara. Kombinasi saluran
distribusi dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai segmen pasar yang berbeda.
Sebagian besar produsen tidak langsung menjual barang mereka kepada pemakai akhir. Terdapat saluran pemasaran di antara produsen dan
pemakai, yaitu sekumpulan perantara pemasaran yang melakukan berbagai fungsi dan menyandang berbagai nama. Beberapa perantara seperti
pedagang besar dan pengecer akan membeli, mengambil alih hak dan menjual kembali barang dagangan itu, mereka disebut pedagang merchant.
Beberapa daerah terpencil sangat tergantung pada pasar sebagai suatu tempat untuk menyalurkan barang-barang kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan pasar-pasar tersebut tentu saja dipasok oleh para pedagang besardistributor yang merupakan penghubung antara produsen dengan
konsumen. Para pedagang besardistributor ini menyalurkan barang-barang melalui toko-toko grosir dan pengecer yang ada di pasar-pasar atau daerah-
daerah tertentu. PT Sari Indo Prakarsa PT SIP sebagai salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang distribusi barang-barang konsumsi consumers goods memiliki peran yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat. PT SIP melakukan penyaluran barang-barang konsumsi yang berasal dari beberapa produsen kepada toko-toko grosir yang ada di wilayah
Jabodetabek. Salah satu produk yang dijual oleh PT SIP adalah Sarimi. PT ISM menunjuk dua perusahaan distributor yaitu PT SIP dan PT Indomarco
Adi Prima PT IAP untuk mendistribusikan Sarimi ke seluruh wilayah Indonesia. PT SIP merupakan distributor yang dipercaya oleh PT ISM
untuk memasarkan dan mendistribusikan Sarimi di wilayah Bogor dan Depok, sedangkan pendistribusian Sarimi di luar wilayah Bogor dan Depok
dipegang oleh PT IAP. PT SIP memasarkan Sarimi yang berasal dari PT ISM langsung kepada toko-toko grosir yang ada di 33 kecamatan di seluruh
wilayah Bogor meliputi kota dan kabupaten dan Depok. Para pedagang besar tersebut, kemudian disalurkan lagi kepada para pengecer hingga
akhirnya sampai di tangan konsumen akhir.
1.2. Perumusan Masalah
PT SIP sebagai perusahaan distributor yang cukup besar, yang menguasai pasar di seluruh Jabodetabek, tidak terlepas dari kondisi
persaingan pemasaran dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Konsumen perlu diyakinkan bahwa produk tersebut tersedia setiap saat
ketika dibutuhkan. PT SIP perlu melakukan strategi yang tepat agar penyaluran barang kepada konsumen berjalan seoptimal mungkin.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pertimbangan kepada perusahaan dalam meminimalisasi biaya distribusi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1 Bagaimana sistem distribusi Sarimi yang dilakukan oleh PT SIP? 2 Bagaimana alokasi distribusi Sarimi yang dilakukan PT SIP ke
kecamatan-kecamatan di wilayah Bogor dan Depok? 3 Apakah distribusi aktual yang dilakukan sudah optimal?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1 Mengidentifikasi sistem distribusi Sarimi yang dilakukan oleh PT SIP.
2 Menganalisis alokasi distribusi Sarimi dari PT SIP ke kecamatan- kecamatan di wilayah Bogor dan Depok.
3 Menganalisis penyimpangan distribusi aktual terhadap distribusi optimal.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan sebagai salah satu bahan acuan atau informasi juga sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam mengambil keputusan yanng diperlukan. Bagi kalangan akademis, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi tambahan sumber informasi serta bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mi