Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

dibidang pendidikan yang harus perperan aktif dalam menempatkan posisinya secara profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat. Seorang guru harus mampu memberdayakan siswanya agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya learning to do dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia di sekitarnya learning to know. Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri dan sekaligus membangun jati diri learning to be. Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok individu yang bervariasi akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup learning to live together. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terdapat suatu tanggung jawab untuk membawa siswanya pada suatu taraf kedewasaan dan kematangan tertentu. Dalam rangka itu, guru tidak hanya semata–mata sebagai “pengajar” yaitu transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” transfer of value dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memiliki dan menguasai berbagai macam model, metode strategi mengajar yang inovatif dan konstruktif. Akan tetapi, kebanyakan guru belum mengetahui dan mengenal model, metode pembelajaran yang ada. Pola pengajaran yang selama ini digunakan guru hanya berpusat pada guru sendiri teacher centre sehingga belum mampu membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka. Hal itu dikarenakan siswa belum diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan kreatifitas dalam menyerap dan mengaplikasikan pelajaran yang diperoleh. Pada akhirnya timbulnya ketidakmampuan siswa dalam memahami materi pelajarannya dan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Untuk mengantisipasi masalah ini, guru perlu menemukan suatu pola pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, menumbuhkan kembali motivasi dan minat siswa dalam belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru hendaknya mampu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkap ide siswa sendiri, serta melalukan proses penilaian yang berkelanjutan untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang optimal. Dengan kata lain diharapkan kiranya guru mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa dalam biologi dan melakukan penilaian yang berkelanjutan. Kemampuan memecahkan masalah sangatlah penting. Karena kita sebagai makhluk hidup tidak dapat terlepas dari suatu masalah. Masalah itu muncul dalam kehidupan kita sehari-hari mulai dari kita bangun tidur hingga kita beranjak tidur, masalah itu selalu menyelimuti kita. Dengan adanya masalah itu, secara otomatis kita harus menyelesaikannya. Hal itu senada dengan pendapat Ruseffendi dalam Nurhayati bahwa, kemampuan memecahkan masalah amatlah penting buka saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-hari 6 . Dengan diajukannya masalah dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan siswa, siswa akan akan lebih termotivasi karena merasa akrab dengan pembelajaran yang disampaikan. Pembelajaran ini tentunya berdampak positif yaitu mampu melatih keterampilan berfikir siswa dan melatih menyelesaikan setiap masalah secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang dilakukan akan terasa lebih bermakna dan berkesan bagi siswa karena para siswa atau keluarga dan masayarakat sekitar mereka telah mengalami masalah yang diajukan sehingga para siswa benar-benar mengetahui masalah tersebut. Kebermaknaan dalam pembelajaran ini, diartikan sebagai suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam 6 Nurhayati Abbas dkk, Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dengan Penilaian Portofolio di SMPN 10 Kota Gorontalo. http:puslitjaknov.orgdatafile2008 diakses pada 25012009 jam 20.00 WIB struktur kognitif peserta didik 7 . Dengan adanya pembelajaran yang bermakna siswa dapat menghubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif peserta didik. Kebermakanaan inilah yang pembelajaran tersebut akan selalu diingat oleh siswa karena telah masuk dalam long term memory mereka dan menjadi cikal bakal dari timbulnya minat dan motivasi untuk belajar. Suatu model pembelajaran yang mengikutsertakan masalah dan mengedepankan kebermaknaan dalam pembelajaran adalah model Problem Based Instruction PBI atau yang lebih dikenal dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Melalui model pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih aktif dengan mencari berbagai sumber-sumber informasi yang kemudian menganalisisnya sehingga siswa dapat mengekspresikan pengetahuan yang diperolehnya dan akhirnya akan mendapatkan pengalaman baru Selama proses pembelajarannya. Dengan model ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan proses belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam pelaksanaanya diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan siswa, menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, menumbuhkan kembali motivasi, minat siswa dan meningkatkan hasil dalam belajar. Hal di atas senada dengan pendapat Arends, yang mengungkapkan bahwa, Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa memecahkan masalah adalah model pembelajaran berdasarkan masalah Problem Based Instruction. Model ini merupakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik dan bermakna yang berfungsi sebagai batu loncatan bagi penyelidikan siswa. 8 Sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, dan menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Dari uraian di atas, maka peneliti 7 Bambang Warsita, Penerapan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan Implikasinya Pada Strategi Pembelajaran Tematik di SD Kelas Rendah , Edisi Agustus Jurnal TEKNODIK, DEPDIKNAS, 2007 hal 206 8 Richard I. Arends, Learning To Teach penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyantini, buku dua, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hal 41 tertarik untuk mengangkat judul ” Pengaruh Model Problem Based Instruction Terhadap Hasil Belajar Siswa Biologi Pada Konsep Protista”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi berbagai masalah, diantaranya: 1. Dalam proses pembelajaran seorang guru mempunyai peranan yang sangat vital yaitu sebagai pengajar dan pendidik sekaligus pembimbing. 2. Penggunaan model pembelajaran yang berpusat teacher centred belum dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat para siswa. 3. Penggunaan model pembelajaran yang klasik yaitu ceramah dan Tanya jawab belum mampu mengajarkan siswa memecahkan soal-soal yang berbentuk masalah. 4. Dalam proses pembelajaran perlu diterapkan model berdasarkan masalah dengan mengajukan kebermaknaan dalam pelaksanaannya sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian ini dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, maka penulis memberikan batasan-batasan masalah yaitu 1. Pengajuan masalah dalam pembelajaran merupakan pengaplikasian dari model problem based instruction dalam proses pembelajaran 2. Dalam penelitian, penerapan model problem based instruction dilihat pengaruhnya dengan hasil belajar yang dicapai siswa, hasil belajar yang dicapai tersebut ditinjau dari aspek kognitif 3. Penerapan model problem based instruction dalam pembelajaran hanya hanya dilakukan pada materi protista

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:”Apakah penerapan model problem based instruction berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista?

E. Manfaaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Guru Memberikan alternatif rujukan dan acuan sebagai solusi dalam penerapan model pembelajaran, sehingga dapat menjadikan suatu terobosan baru dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. 2. Sekolah Memberikan wacana baru tentang model pembelajaran biologi yang diinginkan oleh siswa dan memberikan prestasi terbaik dengan hasil belajar yang ditunjukkan oleh siswa. 3. Siswa Membantu siswa mengembangkan dan memaksimalkan kemampuan kognitif yang dimiliki, membantu siswa berpikir positif akan kemampuan yang dimilikinya, melatih siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang dimiliki secara efektif dan efisien dan memupuk rasa cinta belajar

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS 1. Deskripsi Teoritis 1. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem Based Instruction a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Instruction PBI Sebelum menjelaskan pengertian model problem based instruction terlebih dahulu kita harus tahu pengertian dari model pembelajaran. Model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalamaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar 9 . Sedangkan Arends menyatakan “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, sintax, environment, and management system.” Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya dan system pengelolaannya 10 . Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka dasar yang tersusun secara sistematis dan mencerminkan keseluruahan proses pembelajaran tujuan, langkah-langkah pembelajaran, serta sistem pengolahannya. Pembelajaran berdasarkan masalah telah dikenal pada saat John Dewey. Model ini sekarang mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah menyajikan kepada siswa situasi 9 Trianto, model – model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007, hal 5 10 Op.cit hal 5-6 9 masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri 11 . Menurut pandangan Dewey dalam Arends yang mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelididikan dan pengatasan-masalah kehidupan nyata 12 . Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa di berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting. Menurut Savery dalam Strobel dan Angela ditegaskan lagi pengertian pembelajaran berdasarkan masalah yaitu pendekatan instruksional dan kurikuler yang berpusat pada peserta didik yang memberdayakan peserta didik mengadakan penelitian, pengintegrasikan teori dan praktik, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan solusi untuk masalah yang ditetapkan 13 . Sedangkan menurut Arends pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya; mempelajari peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau simulasi yang disimulasikan; dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonom 14 . Pendapat lain berasal dari Hmelo-Silver 2004 yang menjelaskan” PBI as an instructional method in which students learn through facilitated problem solving that centerson a omplex problem that does 11 Trianto, Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007, hal 67 12 Arends, Learning To Teach, penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyantini, Yogyakarta: Pustaka Pelajar . 2008, hal 46 13 Johannes Strobel and Angela Van Barneveld, When is PBL More Effective? A Meta- Synthesis of Meta-Analyses Comparing PBL to Conventional Classrooms , The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, volume 3, no. 1, 2009, hal 46 14 Arends, Learning To Teach, penerjemah Helly Prajitno dan Sri Mulyantini, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hal 43