Uji Homogenitas Prasyarat pengujian analisis

Md sebesar 60,625; modus 60,62; simpangan baku S sebesar 203,096; dan standar deviasi skor total sebesar 4,87. 73 Untuk mengetahui besarnya penerimaan siswa terhadap penerapan model problem based instruction dalam proses pembelajaran maka dilakukan pengelompokan. Pengelompokan dilakukan dalam tiga kategori yaitu kurang tertarik, tertarik dan sangat tertarik. Pengelompokan dilakukan berdasarkan batas atas dan batas bawah. Rata- rata dengan nilai 66,4 menunjukkan bahwa skor yang berada di atas 66,4 66,4 tergolong sangat tertarik proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Instruction . Rentangannya adalah 66,4 – 72. Untuk batas bawah dengan nilai 56,6 menunjukkan bahwa skor yang berada di bawah 56,6 56,6 tergolong kurang tertarik dengan rentang 46 – 56,6 Sedangkan untuk rentang 56,7 – 66,3 tergolong tertarik dengan proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Instruction. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 Kategori Pendapat Siswa Penerapan Model PBI Rentang skor Frekuensi F Presentase P Kategori 46 – 56,6 5 12,5 Kurang tertarik 56,7 – 66,3 30 75 tertarik 66,4 – 72 5 12,5 Sangat tertarik 73 Lampiran Perhitungan Angket

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model problem based instruction yang diterapkan pada kelas eksperimen dapat memberikan hasil yang lebih baik dibanding penerapan model pembelajaran konvensional yang diterapakan pada kelas kontrol. Hal itu terbukti dengan tingginya rata-rata hasil evaluasi kelas eksperimen 76,83 yang telah dibandingkan dengan kelas kontrol. Selain itu, uji parametrik yang dilakukan post-test kelas eksperimen dan kontrol dengan uji t dengan taraf signifikansi 5 diperoleh t hitung sebesar 2,911 sedangkan t tabel sebesar 2,00. Sehingga t hitung t tabel . Berdasarkan data penelitian yang diperoleh terdapat 90 siswa pada kelas eksperimen telah mencapai nilai KKM yang ditentutan oleh sekolah yaitu 65. Sedangkan kelas kontrol hanya 70 saja yang telah mencapai KKM. Rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kontrol ini disebabkan oleh adanya rasa bosan yang dialami oleh siswa terhadap pelajaran, sehingga para siswa kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal itu terbukti dangan banyaknya siswa yang sering keluar-masuk, mengobrol sendiri bahkan mengantuk selama proses pembelajaran berlangsung. Gajala-gejala ini disebabkan oleh guru yang terlalu monoton dalam mengajar. Sehingga para siswa kurang diberikan kesempatan untuk menggali dan mengembangkan keterampilan berfikir yang dimilikinya. Hal itu senada dengan pendapat Nurhayati, bahwa pola pembelajaran yang selama ini masih berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih didominasi oleh guru. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian kontekstual semata dari pada pengembangan kemampuan belajar siswa 74 . Kondisi yang terjadi di kelas kontrol tersebut sangat berbeda dengan kondisi yang berada di kelas eksperimen. Kelas eksperimen dalam proses pembelajarannya diterapkan model problem based instruction. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa 74 Nurhayati Abbas dkk, Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dengan Penilaian Portofolio di SMPN 10 Kota Gorontalo. http:puslitjaknov.orgdatafile2008 diakses pada 25012009 jam 20.00 WIB, hal 3-4