telah cukup walau belum terlalu mendesak. Tetapi belum mempunyai penghasilan tetap sehingga bila ia kawin akan membawa kesengsaraan hidup
bagi anak dan istrinya. 4. Hukum nikah menjadi haram apabila seseorang mengawini seorang wanita
dengan maksud untuk menganiaya atau mengolok-oloknya atau untuk membalas dendam.
Bahkan ada diantara yang berpendapat, bahwa asal hukumnya adalah wajib, seperti pendapat imam Daud Zhahiri.
17
D. Pengertian Waris
Dalam beberapa literatur hukum Islam ditemui beberapa istilah untuk menamakan Hukum Kewarisan Islam, seperti fiqh mawaris, ilmu faraidh dan
hukum kewarisan. Perbedaan dalam penamaan ini terjadi karena perbedaan arah yang dijadikan titik utama dalam pembahasan.
18
Kata waris adalah dari bahasa Arab, dalam buku Ensiklopedi Islam disebutkan, kata waris berasal dari bahasa
arab warisa-yarisu-warsan atau irsanturas, yang berarti mempusakai, waris adalah ketentuan tentang pembagian harta pusaka, orang yang berhak menerima
waris, serta jumlahnya. Istilah waris sama dengan faraid, yang berarti kadar
17
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di dunia Islam Modern, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, Cet. 1, h. 58.
18
Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam “Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia”, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, cet. 1, h.1.
atau bagian.
19
Kata Waris berarti orang yang berhak menerima pusaka harta peninggalan orang yang telah meninggal.
20
Fiqh mawaris adalah kata yang berasal dari bahasa arab fiqh dan mawaris.
21
Untuk mengetahui maksud dan pembahasannya lebih lanjut, sebaiknya terlebih dahulu kita mengetahui tentang pengertian fiqh mawaris itu.
22
Fiqh menurut bahasa berarti mengetahui, memahami, yakni mengetahui sesuatu atau memahami sesuatu sebagai hasil usaha mempergunakan pikiran yang
sungguh-sungguh.
23
Prof. Daud Ali memberikan pemahaman, bahwa fiqh adalah memahami dan mengetahui wahyu al-Quran dan al-Hadis dengan menggunakan penalaran
akal dan metode tertentu, sehingga diketahui ketentuan hukumnya dengan dalil secara rinci.
24
Menurut istilah ulama fiqh ialah suatu ilmu yang menerangkan segala hukum syara’ yang berhubungan dengan amaliah, dipetik dari dalil-dalilnya yang
jelas tafshili. Maka dia melengkapi hukum-hukum yang dipahami para mujtahid dengan jalan ijtihad dan hukum yang tidak diperlukan ijtihad, seperti hukum yang
19
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hove, 2005, cet III, h. 263.
20
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hove, 2005, cet III, h. 264.
21
Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam “Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia”, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, cet. 1, h.1.
22
Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam “Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia”, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, cet. 1, h.1.
23
Syafi’I Karim, Fiqh, Ushulul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, 2001,
24
Daud Ali, Hukum Islam, Ilmu Hukum, dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 1998