Polisemi Bentuk Kata Dasar

BAB 1V POLISEMI DALAM BAHASA BATAK TOBA

Polisemi merupakan gejala atau pemakaian sebuah bentuk kata, frase atau kalimat yang memiliki lebih dari satu makna Sibarani,2003:52. dalam polisemi, makna ganda itu pada umumnya masih mempunyai hubungan atau kaitan makna satu sama lain, sebuah kata memiliki makna ganda dalam polisemi karena kata itu dimasukkan dalam pemakaian kalimat, sebelum sebuah kata dimasukkan kedalam konteks, baik konteks tekstual maupun konteks situasional sebuah kata itu hanya memiliki satu makna dan baru memiliki lebih dari satu makna setelah digunakan dalam konteks kalimat. Seperti yang sudah dibicarakan pada bab sebelumnya, bahwa polisemi memiliki dua bentuk kata yaitu bentuk kata dasar kata yang tidak mengalami proses afiksasi dan bentuk kompleksturunan kata yang sudah mengalami proses afiksasi. adapun kedua bentuk tersebut yaitu:

4.1 Bentuk Kata Polisemi BBT

Berdasarkan bentuk katanya, dalam BBT polisemi dibedakan menjadi dua, yaitu 1 polisemi berbentuk kata dasar, dan 2 polisemi berbentuk kata kompleksturunan. kata dasarverba asal merupakan bentuk dasar yang berupa morfem bebas, dan kata kompleksverba turunan adalah kata yang mengalami proses afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, atau paduan beberapa leksem.

4.1.1 Polisemi Bentuk Kata Dasar

Polisemi bentuk kata dasar adalah polisemi yang terbentuk dari kata yang tidak mengalami proses pembubuhan afiksasi. kata dasar merupakan kata yang Universitas Sumatera Utara dapat berdiri sendiri tanpa afiks, Alwi dkk, 2003:100. berdasarkan bentuk dasarnya, polisemi dalam BBT banyak ditemukan. kata-kata tersebut antara lain: Pande, Godang, Ambal, Olat, Pauli, Suhat, Rade. Untuk membuktikan bahwa kata-kata tersebut adalah polisemi yang berbentuk kata dasar, dapat dilihat dari konteks kalimat berikut: 1 a. Pande do anak na i di singkola pintar P anak P itu di sekolah ‘Anaknya pintar di sekolah’ b. Jolma na pande do boi padenggganhon i orang P pintar P bisa memperbaiki itu ‘Orang yang sudah ahli yang bisa memperbaiki itu’ c. Pande nami, baen ma jolo gondang somba-somba i. pintar kami, buat P dulu gendang sembah-sembah itu ‘Pemusik, buatlah dulu gendang sembah-sembah itu’ Dari kalimat di atas, pada kalimat 1a kata pande memiliki makna ‘pintar’ sebagai makna denotasinya, dan dalam kalimat 1b dan 1c kata pande memiliki makna ‘ahli’ dan ‘pemusik’ yang merupakan makna konotasi atau makna yang timbul dari makna sebelumnya. dari ketiga kalimat tersebut tampak, bahwa kata pande adalah polisemi dalam bentuk kata dasar. Kata pande yang bermakna ‘pintar’ sebagai makna dasar masih memiliki hubungan dengan makna ‘ahli’ dan ‘pemusik’ makna barunya walau hanya sedikit atau pun berupa kiasan dalam konteks pemakaian kalimat. 2 a. Godang do soban di tombak i. Universitas Sumatera Utara banyak P kayu bakar di hutan itu. ‘Di hutan itu banyak kayu bakar’ b. Godang do harapan nami monang ibana banyak P harapan kami menang dia “Besar harapan kami menang dia” c. Godang hian do jolma di pesta i. banyak sekali P orang di pesta itu ‘Rame orang di pesta itu’ Dari kalimat di atas, pada kalimat 2a kata godang yang bermakna ‘banyak’ sebagai makna sebenarnyamakna dasar, sedangkan pada kalimat 2b dan 2c kata godang memiliki makna ‘besar’ dan ‘rame’ merupakan makna yang timbul dari makna dasarnya. dari ketiga kalimat tersebut tampak, bahwa kata godang adalah polisemi yang berbentuk kata dasar. Kata godang yang bermakna ‘banyak’ makna dasarnya, masih memiliki hubungan makna dengan makna ‘besar’ dan ‘rame’ walau hanya sedikit atau pun berupa kiasan dalam konteks kalimat. 3 a. Dang binoto tudia ambal pangguna i tidak tahu kemana tercampak cangkulnya itu. ‘Tidak tahu cangkulnya itu tercampak kemana’ b. Dang binoto be i, ambal do i hatami tidak tahu P itu, tercampak P itu katamu ‘Tidak tahu lagilah, pembicaraanmu tidak berkaitan Dari kalimat di atas, pada kalimat 3a kata ambal memiliki makna Universitas Sumatera Utara ‘tercampak’ sebagai makna dasar atau konseptual, sedangkan pada kalimat 3b kata ambal memiliki makna ‘tidak berkaitan’ yang merupakan makna baru setelah makna dasarnya. dari kedua kalimat tersebut tampak, bahwa kata ambal adalah polisemi berbentuk kata dasar. Kata ambal yang bermakna ‘tercampak’ sebagai makna dasar, masih memiliki hubungan dengan makna ‘tidak berkaitan’ walau hanya sedikit atau pun berupa kiasan dalam konteks pemakaian kalimat. 4 a. Olat ni i majo, marsogot ma diulahi. sampai P itu dulu, besok P diulangi. ‘Sampai sinilah dulu besoklah kita ulangi’ b. Unang jolo olat i panghatai on jangan dulu sampai itu pembicaraan ini. ‘Jangan dulu engkau halau pembicaraan ini. c. Didia do olat ni tano on? dimana P sampai P tanah ini? ‘Dimananya batas tanah ini? Dari kalimat di atas, pada kalimat 4a kata olat memiliki makna ‘sampai’ sebagai makna dasar dari kata tersebut, sedangkan pada kalimat 4b dan 4c kata olat memiliki makna ‘halau’ dan ‘batas’ yang merupakan makna baru dari makna asalnya. dari ketiga kalimat tersebut tampak, bahwa kata olat adalah polisemi berbentuk kata dasar. Kata olat yang bermakna ‘sampai’ makna dasarnya masih memiliki hubungan makna dengan makna ‘halau’ dan ‘batas’ sebagai makna baru setelah Universitas Sumatera Utara makna dasarnya walau hanya sedikit atau pun berupa kiasan dalam konteks pemakaian kalimat. 5 a. Pauli jolo miak on simpan dulu minyak ini ‘Simpan minyak ini b. Pauli jolo handang i simpan dulu pagar itu ‘Perbaiki dulu pagar itu Dari kalimat di atas, pada kalimat 5a kata pauli memiliki makna ‘simpan’ sebagai makna dasar dari kata tersebut, sedangkan pada kalimat 5b kata pauli memiliki makna ‘perbaiki’ yang merupakan makna baru yang timbul setelah makna dasarnya. dari kedua kalimat tersebut tampak, bahwa kata pauli adalah polisemi berbentuk kata dasar. Kata pauli yang bermakna ‘simpan’ masih memiliki hubungan makna dengan makna ‘perbaiki’ makna baru yang muncul setelah makna dasarnya. walau hanya sedikit atau pun berupa kiasan dalam konteks pemakaian kalimat. 6 a. Suhat i jolo boras i hitung itu dulu beras itu ‘Hitung dulu beras itu b. Dang tarsuhatan be i bagas ni Tao i. tidak terhitung P itu, dalam P Danau itu. ‘Tidak bisa itu di ukur, dalamnya Danau itu’ Dari kalimat di atas, pada kalimat 6a kata suhati memiliki makna ‘hitung’ Universitas Sumatera Utara sebagai makna dasar dari kata tersebut, sedangkan pada kalimat 6b kata suhat memiliki makna ‘ukur’ yang merupakan makna baru yang timbul setelah makna dasarnya. dari kedua kalimat tersebut tampak, bahwa kata suhat adalah polisemi berbentuk kata dasar. Kata suhat yang bermakna ‘hitung’ sebagai makna dasar masih memiliki hubungan makna dengan makna ‘ukur’ makna baru yang muncul setelah makna dasar walau hanya sedikit atau pun berupa kiasan dalam konteks pemakaian kalimat. 7 a. Nungnga rade, hami bahen sude sudah siap, kami buat semua ‘Semuanya sudah kami siapkan’ b. Rade do hami manjanghon haroro muna i siap P kami menerima kedatangan kalian itu. ‘Kami bersedia menerima kedatangan kalian’ c. Nungnga di rade i sude angka na hombar tu ulaon i sudah di siap kan semua segala P perlu untuk pesta itu. Sudah di lengkap i apa yang perlu untuk pesta itu. Dari kalimat di atas, pada kalimat 7a kata rade memiliki makna ‘siap’ adalah makna dasar dari kata tersebut, sedangkan kalimat 7b dan 7c kata rade memiliki makna ‘bersedia’ dan ‘lengkap’ yang merupakan makna yang muncul setelah makna dasarnya. dari ketiga kalimat tersebut tampak, bahwa kata rade adalah polisemi berbentuk kata dasar. Kata rade yang bermakna ‘siap’makna dasarnya masih memiliki hubungan Universitas Sumatera Utara dengan makna ‘bersedia’dan ‘lengkap’sebagai makna baru dari makna dasar walau hanya sedikit atau pun berupa kiasan dalam konteks pemakaian kalimat. 8 a. Nungnga tubu anakni si Bonar. sudah lahir anaknya si Bonar ‘Anak si Bonar sudah lahir’ b. Nungnga tubu duhut di haumana i. sudah lahir rumput di sawahnya itu. ‘Di sawahnya rumput sudah tumbuh’ c. Gabe tubu do hata na so denggan di ulaon i. jadi lahir P kata P tidak baik di pesta itu. ‘Di pesta itu timbul pembicaraan yang tidak baik’ Dari kalimat di atas, pada kalimat 8a kata tubu memiliki makna ‘lahir’ adalah makna dasar dari kata tersebut, sedangkan pada kalimat 8b dan8c yang bermakna ‘tumbuh’ dan ‘timbul’ merupakan makna baru setelah makna dasar. dari ketiga kalimat tersebut tampak, bahwa kata tubu adalah polisemi berbentuk kata dasar. kata tubu yang bermakna ‘lahir’sebagai makna dasarnya masih memiliki hubungan makna dengan ‘tumbuh’ dan ‘timbul’ makna baru setelah makna dasarnya walau hanya sedikit atau pun berupa kiasan dalam konteks pemakaian kalimat.

4.1.2 Polisemi Bentuk Kata Kompleks