v untuk keluarga yang mencakup jaminan masa depan dan jaminan kepemilikan atas
rumah dan tanah. Dari seluruh pendapat di atas dapat disarikan bahwa fungsi rumah tidak
hanya menyangkut fungsi fisik namun juga mencakup fungsi sosial yang dapat memberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, kesempatan sekaligus rasa
aman.
2.1.3. Pengertian Permukiman
Keberadaan masyarakat perkotaan telah menciptakan sebuah lingkungan yang terdiri dari alam dan buatan. Manusia tidak hidup sendiri sehingga di dalam
lingkungannya itu akan hidup pula hubungan dengan manusia lain dan tidak hanya sekedar bertempat tinggal. Lingkungan ini yang kemudian disebut dengan
permukiman yang berarti kumpulan tempat tinggal dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam permukiman. Permukiman berkaitan
pula dengan paduan antara wadah dan isinya, yaitu manusia Kuswartojo, 2005:14. Permukiman adalah paduan perumahan dan kehidupan manusia yang
menempatinya, komposisi unsur permukiman juga beraneka ragam. Ada satuan pemukiman yang unsur alamnya dominan, namun ada juga yang unsur buatannya
lebih berperan. Begitu pula dengan kegiatan yang ditampung beraneka ragam. Ada permukiman yang hanya untuk tinggal, ada pula yang menghasilkan produk
industri ada pula yang memberikan jasa pelayanan. Adanya suatu dorongan, daya tarik dan hubungan sebab akibat yang
kompleks, manusia semakin terkonsentrasi dalam sejumlah lokasi dan tempat
vi tertentu. Konsentrasi awalnya hanya terdiri dari puluhan atau ratusan orang, tetapi
kemudian membesar hingga belasan juta orang. Tempat terjadinya konsentrasi ini kemudian disebut kota dan manusia yang menempatinya adalah penduduk kota.
Keberadaan penduduk kota kemudian menggunakan banyak lahan sebagai permukiman dan wadah untuk berkegiatan ekonomi dan bersosialisasi.
Adanya kecenderungan keberadaan jumlah tanah yang terpakai semakin banyak ketika jarak ke pusat kota meningkat disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1. Semakin jauh dari pusat kota, harga permukiman semakin murah, sehingga
permintaan semakin besar 2.
Semakin jauh dari pusat kota, maka harga tanah semakin murah, sehingga cenderung produsen mensubtitusi faktor produksi bukan tanah dengan tanah,
misalnya dengan menambah luas areal pemakaian. Oleh sebab itu, semakin jauh dari pusat kota, tingkat kepadatan penduduk semakin menurun.
Berikut ini gambar teori di atas:
Sumber : Kuswartojo 2005
GAMBAR 2.3. TEORI KEPADATAN DAN PENGGUNAAN TANAH DI KOTA
Permukiman Industri
Perkantoran
vii Berdasarkan teori di atas telah menegaskan bahwa kota dengan segala
fasilitasnya akan terus menarik penduduk dari desa ke kota dengan harapan dapat memenuhi kehidupan yang layak. Sayangnya tidak semudah itu untuk hidup di kota
yang tidak siap dengan kehadiran penduduk dari luar kota tersebut. Permukiman yang menjadi wadah utama untuk berlindung penduduk tidak tercukupi sehingga
muncul permukiman ilegal yang pada akhirnya menjadi konflik antara penduduk dengan pemerintah kota. Kurangnya pemeliharaan lingkungan permukiman juga
menyebabkan ketidaktertiban dan ketidakasrian yang kemudian mencemari visual kota.
Maka untuk mencegah kejadian tersebut, perlu peninjauan kembali seluruh aspek yang mempengaruhi pada masing-masing kota didalam mengembangkan
permukimannya. Peninjauan ini mengacu kepada bagian-bagian kota yang memiliki kelebihan untuk dikembangkan pada bagian permukimannya, sehingga terwujud
permukiman yang tertib dan asri.
2.2. Rumah Susun