Rumah Susun Sederhana Sewa Urip Sumohardjo, Surabaya

xxix

2.4.2. Rumah Susun Sederhana Sewa Urip Sumohardjo, Surabaya

Rumah Susun Rusun Urip Sumoharjo merupakan salah satu Rusun yang terletak di pusat Kota Surabaya, yang didirikan tahun 1982 dan selesai tahun 1985. Pada mulanya wilayah tempat berdirinya Rusun ini merupakan kawasan perkampungan yang padat dan rapat. Pada tanggal 25 Agustus 1982 terjadi peristiwa kebakaran di pertokoan yang terletak dekat dengan kawasan perkampungan padat itu, yang akhirnya juga merambat dan membakar 83 rumah di tempat itu. Sebagai wujud tanggung jawab pemerintah kota di bidang perumahan permukiman, maka dibangun rumah susun dengan jumlah hunian 120 KK ditambah 64 unit kontrak sewa, sehingga total adalah 184 KK, pada perkembangnnya rumah susun itu mengalami penurunan kualitas baik bangunan maupun lingkungan. Pengelola rumah susun pada saat ini belum terbentuk pola pengelolaan rumah susun, aturan-aturan yang belum tersosialisasikan dengan baik, pengelola lingkungan masih mengandalkan petugas penjaga keamanan satpam setempat. Dilihat dari aspek sosial sasaran awal penghuni diutamakan bagi masyarakat yang berasal dari permukiman di lahan yang sama, maka sistem kekerabatan relatif tidak banyak berubah. Penempatan penghuni di lahan lama sebagai prioritas penghuni menjadikan kegiatan penghunian Rusunawa bersifat seperti keadaan asal pemukim. Masalah hubungan sosial yang terjadi adalah pengisian rumah susun sederhana sewa dengan sistem pengelompokan dari tempat asal juga membawa beberapa masalah, seperti terbawanya masalah-masalahbenturan kepentingan dari lingkungan lama tempat mereka berasal ke rumah susun sederhana sewa, terbawanya xxx cara hidup lama ke Rusunawa, adanya ketidaktepatan calon penghuni, mengingat banyak penghuni permukiman asal yang sudah mengalami peningkatan pendapatan tetap mendapat prioritas penghunian Rusunawa, adanya ketidaktepatan jumlah penghuni, mengingat pada umumnya pendataan menggunakan sistem pendataan kepala keluarga. Pada KK yang memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau KK yang total penghuni lebih dari 4 orang mengakibatkan kapasitas yang ditampung melebihi peraturan. Untuk tipe 21 m 2 , maksimal dihuni oleh 4 jiwa Beberapa permasalahan pengelolaan rumah susun Urip Sumohardjo, adalah adanya keengganan penghuni membayar sewa, karena status rumah susun berada dalam masa pengalihan. Pada masa ini pengelola belum jelas bentuknya dan belum menerapkan harga sewaunitbulan. Bila dibiarkan berlarut dikhawatirkan akan semakin memicu keengganan masyarakat membayar sewa penghunian. Belum adanya unit pengelola teknis mengakibatkan belum adanya pula peraturan penghunian dan ketetapan sanksi. Hal ini menyebabkan beberapa ruang yang bersifat publik menjadi kotor tak terpelihara. Hall tangga, hall lantai dasar dan beberapa selasar yang dihuni oleh orang tua diffable terlihat dalam kondisi mengkhawatirkan. Bila tidak terbentuk pengelola yang memiliki tata aturan dan perangka hukum yang tepat, keadaan yang berlarut dapat membuat kondisi fisik bangunan dan lingkungan terdegradasi secara cepat. Dari Lesson Learn Best Practice dan Bad Practice Pelaksanaan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa diatas dapat dilihat bahwa masalah yang dihadapi pengelola sangat besar hal ini dapat diidentifikasikan dari adanya : xxxi a. Aspek Legalitas - Perubahan hak penyewaan dari masyarakat berpenghasilan rendah ke masyarakat berpenghasilan lebih tinggi menengah. b. Aspek Fisik Bangunan - Degradasi kualitas fisik bangunan - Degradasi kualitas fisik lingkungan Rusunawa - Banyaknya jumlah KK yang menunda menunggak pembayaran sewa. - Tidak bekerjanya beberapa sistem utilitas di dalam bangunan Rusunawa. - Ditempatinya ruang-ruang publik sebagai ranah pribadi di dalam lingkungan Rusunawa. - Digunakannya ruang bersama sebagai area perluasan teritori pribadi. c. Aspek Lembaga - Tidakkurang berjalannya kelembagaan lokal atau perhimpunan-perhimpunan penghuni. d. Aspek Sosial - Adanya benturan sosial akibat kurang terjadinya keakraban dan toleransi hidup berumah susun. - Ketidakberdayaan atau kekurangkuatan pengelola bangunan dalam menegakan hukum dan peraturan yang berlaku dapat mengakibatkan terjadinya pelanggaran yang terus menerus oleh banyak pelaku Rusunawa. Untuk mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan pengelolaan Rusunawa perlu adanya perencanaan secara menyeluruh dari perencanaan fisik sampai dengan pengelolaannya. xxxii Dari beberapa teori yang peneliti uraikan diatas dapat dibuat skema keterkaitan antar teori seperti Gambar 2.5. di bawah ini : Sumber : Hasil Olahan, 2008 GAMBAR 2.8. SKEMA KETERKAITAN ANTAR LITERATUR

2.5. Perumusan Variabel Penelitian