BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai November 2013 yang meliputi studi kepustakaan, pengajuan judul, pengumpulan datasampel,
pengolahan data dan laporan hasil penelitian.
Tabel 3.1.
Waktu pelaksanaan penelitian
KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN
JANUARI- APRIL 2013
MEI 2013 AGUSTUS
2013 SEPTEMBER-
OKTOBER 2013
NOVEMBER 2013
Studi Kepustakaan
Pengajuan judul
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Laporan Hasil Penelitian
Universitas Sumatera Utara
3.3. Subjek Penelitian 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua slaid sitologi KGB yang didiagnosis sebagai metastasis karsinoma nasofaring di Laboratorium Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran USU Medan.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sediaan sitologi KGB yang sesuai dengan kriteria inklusi dan sesuai dengan besar sampel penelitian.
3.3.3. Besar Sampel
Besar sampel yang diperlukan adalah berdasarkan perhitungan dengan melihat proporsi yang digunakan pada penelitian ini sebesar 50 karena belum
ada penelitian mengenai tampilan LMP1 pada sediaan sitologi biopsi aspirasi jarum halus pada KGB leher dengan metastasis karsinoma nasofaring. Tingkat
kemaknaan yang dipergunakan pada penelitian ini adalah 0,05 dengan interval kepercayaan 95, sehingga dari tabel Z-score diperoleh Z
α=1,96. Perkiraan besarnya sampel penelitian berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan rumus :
Keterangan : n= besar sampel
Universitas Sumatera Utara
Z α = tingkat kepercayaan 95→ Z-score= 1,96
p= proporsi penelitian 50 atau 0,5 q= 1-p
d= presisi penelitian, yaitu kesalahanpenelitian yang dapat diterima 20 atau 0,2
Maka besar sampel pada penelitian ini ditetapkan 34 slaid sitologi metastasis KNF di KGB.
3.3.4. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metoda non random sampling dengan teknik consecutive sampling.
3.4. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi
3.4.1. Kriteria Inklusi
: Yang termasuk kriteria inklusi adalah semua sediaan sitologi biopsi
aspirasi jarum halus pada pembesaran KGB leher yang didiagnosis sebagai metastasis KNF. Pewarnaan sediaan sitologi dengan menggunakan Papanicolaou
dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
3.4.2. Kriteria Eksklusi:
1. Sediaan sitologi dari pembesaran KGB leher bukan sebagai metastasis KNF. 2. Sediaan sitologi dari pembesaran KGB leher sebagai metastasis KNF dengan
data klinis yang tidak lengkap.
Universitas Sumatera Utara
3. Sediaan sitologi dari pembesaran KGB yang rusak slaid yang patah, tergores dan tidak dapat dibaca, jumlah sel yang terlalu sedikit tidak adekuat, sel- sel
yang terlalu menggumpal, serta sediaan yang tidak dapat dipoles dengan imunositokimia LMP1.
3.5. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti adalah : a. Variabel bebas adalah LMP1
b. Variabel terikat adalah metastasis KNF pada KGB leher
3.6. Kerangka Operasional
Gambar 3.1 . Skema kerangka operasional
SLAID SITOLOGIK DARI KGB LEHER PENDERITA KNF DENGAN PEMBESARAN
KGB LEHER YANG DILAKUKAN SIBAJAH REKAM MEDIK
METASTASIS KNF
IMUNOSITOKIMIA DENGAN LMP1
BASALOID SQUAMOUS CELL CARCINOMA
NONKERATINIZING CARCINOMA
KERATINIZING SQUAMOUS CELL CARCINOMA
LMP1 +
LMP1 -
Universitas Sumatera Utara
3.7. Definisi Operasional
1. Karsinoma nasofaring adalah tumor yang berasal dari sel-sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring.
2. Penderita karsinoma nasofaring dengan pembesaran kelenjar getah bening KGB leher adalah penderita yang didiagnosis sebagai karsinoma
nasofaring berdasarkan gambaran klinis, radiologis maupun patologi anatomi, dan pada pemeriksaan dijumpai pembesaran KGB di leher baik
dengan cara melihat inspeksi maupun dengan perabaan palpasi. 3. Sitologi biopsi aspirasi jarum halus Sibajah suatu teknik pengambilan
sediaan sitologi pada benjolan yang teraba di leher pada saat melakukan palpasi, dengan menggunakan alat pistolet dan spuit 10cc, kemudian
dihapuskan ke kaca slaid, difiksasi dengan alkohol 96 kemudian diwarnai dengan hematoksilin dan eosin.
4. Metastasis KNF adalah perluasan karsinoma nasofaring di luar jaringan nasofaring yang didiagnosis dengan pemeriksaan patologi anatomi,
perluasan karsinoma ini dapat secara langsung, melalui pembuluh limfe limfogen maupun melalui pembuluh darah hematogen.
5. Keratinizing squamous cell carcinoma adalah jenis karsinoma nasofaring yang pada pemeriksaan mikroskopik menunjukkan adanya diferensiasi dari
sel skuamous dengan intercellular bridge atau keratinisasi, dengan sitoplasma sel yang melimpah mengandung keratin.
6. Nonkeratinizing carcinoma adalah jenis karsinoma nasofaring dengan gambaran mikroskopik tidak menunjukkan keratinisasi.
Universitas Sumatera Utara
7. Basaloid squamous cell carcinoma adalah jenis karsinoma nasofaring yang terdiri dari komponen sel-sel basaloid dan sel-sel skuamous.
8. Imunositokimia dengan LMP1 adalah suatu pemeriksaan laboratorium terhadap sediaan Sibajah dengan menggunakan pewarnaan khusus antibodi
Latent Membrane Antigen 1 LMP1 terhadap target protein dalam sel yang berperan sebagai antigen dalam pemeriksaan ini. Hasil pulasan
LMP1 adalah tampilan pulasan warna coklat pada membran maupun sitoplasma sel-sel KNF dengan menggunakan mikroskop cahaya
pembesaran 400x pada 5 lokasi lapangan pandang yang dinyatakan dengan
:
Negatif, bila tidak berhasil menampilkan warna coklat, dimana pada saat proses yang sama kontrol + menampilkan warna coklat
dengan pewarnaan kromogen DAB. Positif, bila terlihat tampilan pulasan warna coklat pada membran
maupun sitoplasma sel sel-sel KNF dan pada saat yang sama kontrol + juga menampilkan warna yang sama.
Yang dinilai pada sediaan ada 2 yaitu : Skor intensitas warna coklat :
0 = negatif +1 = lemah
+2 = sedang +3 = kuat
Skor kuantitas atau distribusi : banyaknya sel yang positif terwarnai 0 = tidak ada sel yang terwarnai
Universitas Sumatera Utara
1 = jumlah sel yang terwarnai 1-10 2 = jumlah sel yang terwarnai 11-50
3 = jumlah sel yang terwarnai 51-100 Skor imunoreaktivitas diperoleh dengan menjumlahkan skor intensitas
dengan skor kuantitas, dari 0-6. Interpretasi :
: negatif 1-3
: ekspresi lemah 4-6
: ekspresi kuat 1-6
: positif Chen et al, 2010.
40
3.8. Prosedur Kerja