hubungan  yang  erat  antara  terjadinya  KNF,  infeksi  EBV  dan  penggunaan CHM.
3,20
2.1.3.3. Epstein –Barr Virus
Hubungan  dekat  yang  konstan  antara  EBV  dan  KNF,  terlepas  dari  latar belakang  etnis,  menunjukkan  kemungkinan  peran  onkogenik  virus  dalam
pembentukan  tumor  ini.  Bukti-bukti  mencakup:  1  meningkatnya  titer  antibodi, khususnya  IgA,  terhadap  EBV  yang  tersering  viral  capsid  antigen  dan  early
antigen  pada  kebanyakan  penderita  KNF  dibandingkan  kontrol  normal  dan penderita  kanker  lainnya;  2  tingginya  titer  IgA  antibodi  terhadap  EBV  pada
penderita  dengan  tumor  yang  besar;  3  adanya  DNA  atau  RNA  EBV  dalam hampir  semua  sel  KNF;  4  adanya  EBV  dalam  bentuk  episomal  klonal,
menunjukkan  bahwa  virus  telah  berada  di  dalam  sel  tumor  sebelum  ekspansi klonal;  5  adanya  EBV  dalam  lesi  prekursor  KNF,  tetapi  tidak  pada  epitel
nasofaring  normal.  Bukti  dianggap  cukup  untuk  menyatakan  bahwa  EBV  adalah karsinogenik oleh the International Agency for Research on Cancer IARC pada
tahun 1997.
1
Hubungan  antara  EBV  dan  KNF  pertama  kali  ditemukan  oleh  Old  et  al pada  tahun  1966  dengan  menggunakan  metode  in  situ  hybridization  dan  the
anticomplement  immunofluorescent  ACIF.  Studi  lainnya  menunjukkan  ekspresi gen  laten  EBV  yaitu  Epstein
–Barr  virus  nuclear  antigen  EBNA,  latent membrane  protein-1  LMP-1,  LMP-2,  dan  EBV  encoded  small  RNAs  EBER
dalam  sel-sel  KNF  untuk  mengkonfirmasi  adanya  infeksi  EBV  dalam  sel-sel tumor.  Sekitar  90  penderita  undifferentiated  nasopharyngeal  carcinomas
dewasa di seluruh dunia positif mengandung EBV secara serologi. Beberapa studi
Universitas Sumatera Utara
menemukan  bahwa  KNF  dengan  EBV  tumbuh  lebih  cepat  dan  lebih  cenderung untuk bermetastasis dibanding yang tidak mengandung EBV.
20-30
EBV-Encoded  Latent  Membrane  Proteins  LMP1  merupakan  protein membran  integral  dengan  potensi  onkogenik,  dikode  oleh  gen  BNLF-1  juga
dikenal sebagai gen LMP1 dari EBV, dapat mentransformasi  sel hewan pengerat dan  mengubah  fenotipe  baik  sel  limfoid  maupun  sel  sepitel.  LMP1  terekspresi
dalam  kebanyakan  KNF,  dan  diduga  kuat  memiliki  peranan  penting  dalam patogenesis  dan  perkembangan  KNF  dan  ekspresinya  berhubungan  dengan
prognosis yang buruk.
17,27
Infeksi EBV dalam KNF merupakan tampilan dari pola latensi tipe II dari virus,  yang    mengekspresikan  EBV  nuclear  antigen-1  EBNA-1  dan  latent
membrane  protein  1  LMP1,  tetapi  tidak  mengekspresikan  EBNA2-6.  EBV encoded  early  RNAs  EBERs  juga  diekspresikan  secara  kuat  pada  tumor  ini.
LMP1,  protein  virus  dengan  perangkat  transformasi,  dapat  menginduksi hiperplasia epidermal, menghambat diferensiasi skuamous, melakukan upregulasi
adhesion  molecule   ICAM-1 dan CD40, mengaktivasi   nuclear factor- κB NF-κ-
B, dan menginduksi ekspresi epidermal growth factor receptor.
1
2.1.4. Patogenesis