29 Toba adalah satu diantara beragam suku yang ada di fakultas psikologi. Jumlah
mahasiswa suku Batak Toba di psikologi terhitung 120 orang dari angkatan 2008 sampai 2012. Mahasiswa suku Batak Toba seringkali diidentifikasi sebagai
mahasiswa yang pekerja keras dan penuh persaudaraan, walaupun suku Batak Toba tergolong minoritas di Psikologi namun diakui bahwa mereka adalah mahasiswa yang
ulet dan secara spontan bermigrasi ke seluruh penjuru tanah air Simanjuntak, 1986. Irmawati 2002 mengatakan bahwa mahasiswa suku Batak Toba pada
umumnya meskipun tidak seluruhnya adalah mahasiswa yang menunjukkan tingkat keberhasilan belajar yang lebih tinggi daripada mahasiswa suku lain. Mahasiswa suku
Batak Toba tidak hanya berusaha lulus, tetapi lulus dengan nilai yang baik. Sejalan dengan hasil penelitian Irmawati 2002 yang memperlihatkan bahwa suku Batak
Toba meletakkan pendidikan sebagai hal yang utama dalam kehidupan mereka. Pendidikan pada keluarga suku Batak Toba dalam menyekolahkan anak-anaknya
mereka sangat berkompetisi, hal ini dilandasi oleh nilai-nilai filsafat hidup suku Batak T
oba, yaitu hagabeon “anak”, hamoraon “kekayaan”, dan hasangapon “kehormatan”.
C. Dinamika Perbedaan Self Regulated Learning pada Mahasiswa yang
Bersuku Batak Toba Merantau dan Non merantau
Mahasiswa suku Batak Toba yang merantau akan mengalami perubahan pada lingkungan fisik, mereka tinggal di daerah yang padat penghuninya, seperti kos atau
asrama. Sedangkan mahasiswa non merantau yang bersuku Batak Toba tidak begitu
Universitas Sumatera Utara
30 mengalami perubahan, mereka tinggal di daerah sendiri dan tinggal bersama keluarga
sehingga akan lebih sering menerima bantuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menentukan pilihan dan masih dalam pengawasan dan kendali
orangtua, hal ini dikemukakan oleh Nasution dalam Parmawati, 2007. Pada mahasiswa suku Batak Toba merantau dituntut untuk lebih dapat
mengatur waktu dalam belajar misalnya ketika mahasiswa harus menghadapi tugas- tugas kuliah dan dihadapkan pada berbagai sumber belajar untuk menyelesaikan
tugas perkuliahan mereka, kegiatan diluar akademik maupun dalam kehidupan sehari- hari seperti mengatur pakaian, keuangan, makanan. Berdasarkan kondisi ini membuat
kebanyakan mahasiswa suku Batak Toba yang merantau diharuskan mampu dalam mengatur lingkungan belajarnya dan mengatur waktunya dalam belajar, tanpa adanya
dukungan langsung dari orangtua tetapi bagi mereka yang tidak mampu, individu tersebut akan merasa terancam dan kesulitan dalam proses belajar dan merasakan
frustasi karena mereka harus berubah dari kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dari lingkungan asal mahasiswa tersebut sehingga dapat menyebabkan prestasi akademik
menurun Warsito, 2012. Sebaliknya mahasiswa yang non merantau, dimana sebagian besar mereka lebih bergantung kepada orangtuanya dan kendali berada pada
orangtua. Intensitas dalam mengambil keputusan, mengatur waktu, menentukan pilihan dan menyelesaikan masalah masih dalam pengawasan orangtua Parmawati,
2007. Menurut Zimmerman Dalam Torrano Torres, 2004 yang menyatakan
bahwa karakteristik mahasiswa yang menerapkan self regulated learning yang baik
Universitas Sumatera Utara
31 akan mampu mengatur dirinya dalam lingkungan belajar, mengatur diri untuk tetap
termotivasi dalam belajar, merencanakan dan mengontrol setiap aktifitas yang akan dilakukan, dan memiliki prestasi akademik yang baik.
Berdasarkan penelitian Nitya, Dalam Warsito, 2012 menyatakan bahwa mahasiswa merantau memiliki pengaturan diri yang tinggi dalam belajar dan
memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dalam belajar sehingga tercapai prestasi akademik yang baik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa
mahasiswa merantau lebih berbakat dalam hal akademis, lebih tergantung pada beasiswa dan memiliki harapan yang lebih tinggi pada pendidikan, Ferris, 1973;
Fenske et al, 1972, 1974 Dalam Kyung, 1992. Fenske Dalam Kyung, 1992 juga menemukan bahwa mahasiswa merantau
cenderung berbakat dalam akademis berdasarkan prestasi akademik IPK dibadingkan mahasiswa non merantau. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh
Kyung 1992 pada mahasiswa di Virginia, yang membedakan karakteristik mahasiswa merantau dan non merantau. Pada umumnya mahasiswa merantau lebih
responsif terhadap kualitas pendidikan pada satu institusi sedangkan non merantau cenderung lebih mempertimbangkan faktor biaya untuk pendidikan mereka. Prestasi
akademik yang baik berarti memiliki strategi belajar yang baik dan adanya pengaturan waktu dalam belajar dengan baik, strategi self regulated learning dapat
membantu peserta didik membentuk kebiasaan belajar yang lebih baik dan memperkuat kemampuan mereka dalam belajar, menerapkan strategi belajar untuk
meningkatkan hasil akademik, memilih atau mengatur lingkungan fisik untuk
Universitas Sumatera Utara
32 mendukung belajar dan mengatur waktu mereka secara efektif, Zimmerman dalam
Maharani, 2009.
D. Hipotesa Penelitian