ANALISIS BUKU PELAJARAN FISIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS KELAS X YANG BANYAK DIGUNAKAN DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN

(1)

ANALISIS BUKU PELAJARAN FISIKA SEKOLAH

MENENGAH ATAS KELAS X YANG BANYAK

DIGUNAKAN DI SMA NEGERI SE- KABUPATEN

KEBUMEN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Ana Iska Rizqi Yanti 4201409051

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

Skripsi dengan judul “Analisis Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X yang Banyak Digunakan di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada:

Hari : Tanggal :

Semarang, September 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Ngurah Made D.P, M. Si., Ph. D Dr. Hartono, M. Pd. NIP.19670217 199203 1 002 NIP. 19610810198601 1001


(3)

iii

yang telah dilaksanakan oleh penulis dengan bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing. Segala jenis karya yang digunakan dalam skripsi ini sebagai sumber informasi dirujuk sesuai etika dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Sejauh pengetahuan saya, skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi manapun.

Semarang, September 2013 Penulis,

Ana Iska Rizqi Yanti 4201409051


(4)

iv

Banyak Digunakan Di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen disusun oleh

Nama : Ana Iska Rizqi Yanti NIM : 4201409051

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal Septermber 2013.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof.Dr.Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.

NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610198901 1 002 Ketua Penguji

Dr. Sutikno, S.T., M.T.

19741120 199903 1 003

Anggota Penguji / Anggota Penguji /

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Ngurah Made D.P, M. Si., Ph. D Dr. Hartono, M. Pd. NIP.19670217 199203 1 002 NIP. 19610810198601 1 001


(5)

v

sesuatunya sebaik mungkin.

Tak ada manis tanpa pahit, pun tak ada sukses tanpa usaha dan kerja keras. Sejauh mana kita mensyukuri apa yang kita punya, sejauh itu juga kita bahagia.

Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak dan Ibu tercinta yang tidak pernah lelah mendukung dan mendoakan setiap langkahku, untuk adikku Arum tersayang yang nakal,

untuk saudara-saudaraku, untuk keluarga keduaku “PALAFI” yang selalu memberiku pengalaman berharga dan kenangan yang tidak ternilai harganya, untuk Finto dan sahabat-sahabat terbaikku Wika, Erna, Joko, Cahyo, Mita, Ika, dan semuanya yang tidak bisa aku sebut satu persatu, terima kasih untuk semua kebersamaan, dukungan dan

bantuan selama ini, untuk teman-teman Wisma Panji Sukma 1, teman-teman Fisika 2009, teman-teman PPL dan KKN, serta untuk almamaterku.


(6)

vi

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis Buku Teks Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X Yang Banyak Digunakan Di SMA Negeri Se- Kabupaten kebumen”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis dengan penuh ketulusan hati menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.,Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si.,Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Drs. Ngurah Made Darma Putra, M. Si. Ph. D., selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi dan proses perkuliahan.

5. Dr. Hartono, M.Pd., selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi dan proses perkuliahan.

6. Drs. Ahmad Sopyan, M.Si., selaku dosen wali yang dengan penuh kesabaran telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.

7. Kesbangpol dan Bappeda Kabupaten Kebumen yang telah memberikan izin observasi.

8. Semua pihak sekolah SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan observasi di sekolah yang bersangkutan.


(7)

vii

10. Finto, Wika, Cahyo, Erna, dan Joko yang telah membantu dalam penyususnan skripsi ini.

11. Keluargaku di PALAFI khususnya angkatan III, IV, dan V yang telah banyak membantu dan memberi semangat kepada penulis.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk selalu memberikan bantuan moral dan spiritual.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga laporan skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.Amiin.

Semarang, September 2013 Penulis


(8)

viii

Made D.P, M. Si., Ph. D. dan pembimbing pendamping Dr. Hartono, M. Pd. Kata Kunci : analisis buku, buku pelajaran fisika.

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam usaha pengembangan suatu bangsa.Buku merupakan salah satu komponen sarana pembelajaran yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan. Beberapa teori mendukung bahwa buku merupakan salah satu sarana yang bermakna dalam proses pembelajaran dan dapat mempengaruhi kualitas pendidikan. Observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen menunjukkan bahwa terdapat banyak sekali buku pelajaran fisika yang digunakan dari berbagai penerbit dan pengarang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan wacana dalam buku pelajaran fisika, tingkat keterpusatan peserta didik, tingkat pengembangan keterampilan proses, dan jenjang kognitif soal latihan pada buku ajar fisika.

Penelitian dilakukan dengan metode analisis buku ajar meliputi tahapan 1) observasi awal mengenai penggunaan buku ajar fisika di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen dan wawancara dengan guru fisika. 2) merancang instrumen analisis buku ajar. 3) menentukan sampel buku ajar yang akan dianalisis. 4) melakukan analisis terhadap buku ajar yang telah ditentukan sebagai sampel. Sampel terdiri dari 3 buka dengan kode A, B, dan C. Buku A dan B merupakan buku yang paling banyak digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen, sedangkan buku C merupakan buku yang hanya digunakan di sekolah terfavorit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap buku sampel memiliki hasil yang berbeda-beda untuk setiap aspek yang dianalisis. Pada aspek keterbacaan buku C memiliki persentase tertinggi untuk kategori bacaan yang sesuai yaitu 62,5%, kemudian buku B 50%, dan terendah buku A 12,5%. Untuk aspek keterpusatan peserta didik buku yang paling baik adalah buku B dengan persentase 63,56%, kemudian buku A 60,44 dan terakhir buku C 27,98%. Untuk aspek pengembangan keterampilan proses buku B merupakanbuku yang terbaik dengan persentase 57,21%, kemudian buku A 36,98%, dan terakhir buku C 24,67%. Pada aspek persentase jenjang kognitif soal latihan, pada ketiga buku tidak terdapat jenjang soal latihan C5 dan C6.


(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Penegasan Istilah ... 6

1.6Sistematika Penulisan Skripsi ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Buku Pelajaran... 9


(10)

x

2.6 Mengembangkan Keterampilan Proses ... 18

2.7 Jenjang Kognitif Soal Latihan ... 19

2.8 Penelitian yang Relevan ... 21

2.9 Kerangka Berfikir ... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Penelitian ... 27

3.2 Variabel Penelitian ... 27

3.3 Rancangan Penelitian ... 29

3.4 Prosedur Penelitian ... 29

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Metode Analisis Data ... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.2 Pembahasan ... 37

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(11)

xii

Negeri Se- Kabupaten Kebumen ... 4

3.1 Sampel Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X ... 28

3.2 Kategori Skor untuk Tiap Butir ... 31

4.1 Hasil Analisis Data Tingkat Keterbacaan Buku Ajar Fisika ... 33

4.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik ... 34

4.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses ... 35


(12)

xiii

3.1 Diagram Rancangan Penelitian ... 29 3.2 Diagram Prosedur Penelitian ... 28


(13)

xiv

2. Kisi-kisi Instrumen Keterpusatan pada Peserta Didik ... 55

3. Instrumen Keterpusatan pada Peserta Didik ... 56

4. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses ... 59

5. Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses ... 60

6. Instrumen Penilaian Jenjang Kognitif Soal ... 63

7. Analisis Keterbacaan Buku A Terbitan Pusbuk ... 64

8. Rekap Analisis Keterbacaan Sampel Buku A Terbitan Pusbuk... 77

9. Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Erlangga ... 79

10. Rekap Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Erlangga ... 93

11. Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Yrama Widya ... 95

12. Rekap Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Yrama Widya ... 106

13. Keterpusatan pada Peserta Didik Sampel Buku A ... 108

14. Keterpusatan pada Peserta Didik Sampel Buku B ... 115

15. Keterpusatan pada Peserta Didik Sampel Buku C ... 119

16. Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku A ... 124

17. Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku B ... 129

18. Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku C ... 132

19. Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku A ... 136

20. Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku B ... 138


(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa secara menyeluruh dan merata sebagaimana tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan formal diselenggarakan melalui suatu sistem yang telah diatur oleh pemerintah. Oleh karena itu, memungkinkan adanya pelayanan pendidikan bagi seluruh Warga Negara Indonesia tanpa memandang suku, agama, bahasa, dan ras. Artinya pendidikan dapat dinikmati oleh siapapun tanpa diskriminasi dan pengecualian.

Salah satu usaha untuk mewujudkan suatu bangsa yang mandiri dan mampu bersaing di era globalisasi, pendidikan merupakan unsur penting yang harus terus dibina. Pendidikan yang baik dan berkualitas akan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas pula. Hal tersebut menjadikan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan ini harus memperhatikan segala aspek demi menyempurnakan kualitas pendidikan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah sarana yang berupa buku pelajaran. Buku pelajaran ini merupakan salah satu alat bantu pembelajaran yang sangat penting. Pemilihan buku pelajaran yang tepat dan berkualitas akan membantu proses pembelajaran lebih optimal. Menurut Assosition for Supervision and Curiculum (1997), sebagaimana dikutip oleh Chen and Chen (2002:2), menyatakan bahwa saat ini


(15)

buku pelajaran sudah berfungsi sebagai alat, buku panduan, tutor, dan pengukur. Guru harus memperhatikan pemilihan buku pelajaran yang tepat bagi muridnya, karena pemilihan buku yang kurang tepat justru akan menghambat proses pemahaman peserta didik dalam proses pembelajaran.

Devetak et al (2010:217) menyatakan bahwa buku pelajaran mempunyai pengaruh yang kuat dalam pembelajaran karena merupakan salah satu sumber utama bagi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Abdulkarim (2007:71), buku pelajaran merupakan perangkat pembelajaran yang sangat bermakna dalam memacu, memajukan, dan mencerdaskan peserta didik.

Buku merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting bagi guru dan murid. Menurut Muslich (2010:23), melalui sarana buku guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien, selain itu peserta didik juga lebih maksimal dalam mengikuti kegiatan belajar.

Buku pelajaran yang baik harus dapat berperan sebagai guru, setidaknya dapat sebagai alat bantu utama dalam proses pembelajaran, baik itu pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Semakin baik kualitas buku pelajaran, semakin baik juga pengajaran mata pelajaran yang ditunjangnya. Sitepu (2005:125) menyatakan bahwa buku pelajaran yang baik memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar.

Buku pelajaran yang baik harus mampu menarik minat dan motivasi para pembacanya. Buku pelajaran yang terkesan menbosankan akan membuat pembaca malas untuk membaca dan mempelajarinya. Adapun isi buku pelajaran sendiri


(16)

harus berkaitan dengan mata pelajaran yang lain, sehingga pengetahuan peserta didikakan lebih berkembang, tidak hanya terpaku pada satu mata pelajaran saja.

Meskipun saat ini sudah banyak buku pelajaran fisika, namun penggunaanya belum maksimal. Masih ada beberapa guru yang belum memanfaatkan buku pelajaran tersebut. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru, kecenderungan yang sering ditemui adalah guru lebih sering menggunakan lembar kerja peserta didik (LKS) sebagai acuan materi pokok atau memberikancatatan pada peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa buku pelajaran belum dijadikan sumber utama dalam belajar dan seolah menggambarkan bahwa pemilihan buku pelajaran semata-mata demi kepentingan guru saja, bukan peserta didik.

Oleh karena itu, guru harus dapat memilih dan memilah buku mana yang benar-benar tepat digunakan oleh peserta didiknya. Melihat begitu pentingnya buku pelajaran tersebut bagi peserta didik sebagai sumber belajar utama mereka. Dengan pemilihan buku pelajaran yang tepat, peserta didik diharapkan tidak lagi bergantung penuh pada gurunya, akan tetapi mereka termotivasi untuk lebih aktif belajar sendiri dan mampu mengembangkan pengetahuan mereka dengan mempelajari buku pelajaran yang mereka gunakan. Supaya buku sungguh-sungguh dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kualitas buku pelajaran.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri se- kabupaten Kebumen, diperoleh data penggunaan buku pelajaran fisika sebagai berikut:


(17)

Tabel 1.1 Data Penggunaan Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen

No. Judul Tahun Pengarang Penerbit Jumlah

Pengguna 1 Fisika untuk SMA Kelas X 2007 Marthen Kanginan Erlangga 8 2 Kompetensi Fisika 2009 Siswanto, Sukaryadi Pusbuk

Depdiknas

4 3 Seribu Pena Fisika SMU

Kelas 1

1999 Marthen Kanginan Erlangga 2 4 Fisika untuk SMA Kelas X 2007 Supiyanto PhiBeta 2 5 Terpadu Fisika SMA 2004 Bob Foster Erlangga 2 6 Seribu Pena Fisika 2006 Marthen Kanginan Erlangga 2 7 Fisika 1 untuk SMU Kelas 1 2000 Nyoman Kertiasa Depdiknas 2 8 Mudah dan Aktif Belajar

Fisika (BSE)

2009 Dudi Indrajit Depdiknas 2 9 Fisika 1 SMA Kelas X 2010 Purwoko, Fendi Yudhistira 2 10 Fisika untuk SMA/MA

Kelas X Semester 2

2012 Tuti Wahyuningsih, dkk

Willian 1 11 Fisika Bilingual 2006 Drs. Teddy Setiawan,

Drs. Tata Sartanu

Yrama Widya 1 12 Fisika untuk SMA/MA 2007 Riyatun Muhtar

Yunianto

Haka M.J 1 13 Fisika SMA untuk SMA

Kelas X

2004 Supiyanto Erlangga 1

14 Fisika Dasar1 Teori dan Implikasinya

2007 Budi Purwanto Tiga Serangkai 1 15 Fisika untuk SMA dan MA

Kelas X

2009 Karyono, dkk Pusbuk 1 16 Fisika 1 untuk SMA/MA

Kelas X

2007 Setya Nurachmandani Grahadi 1 17 Fisika untuk SMA/MA

Kelas X

2002 Tim Bimata Willian 1

18 Fisika untuk SMA dan MA Kelas X

2007 Nikki Anisa Rizki, Ririen Friedayati

Nadia Sarana Utama

1 19 Sains Fisika 1 untuk Kelas

X SMA dan MA

2007 Muhammad F. Rosyid, dkk

Wangsa Jatra Lestari

1 20 Fisika untuk Kelas X (SMA

dan MA)

2007 Supriyanto, A.M. Widyatmoko

Bengawan Ilmu

1 21 Belajar Efektif Fisika untuk

Siswa SMA/MA Kelas X

2007 Lukman Nulhakim Intimedia Cipta Nusantara

1

22 Fisika X 2007 Joko Sumarsono Pusbuk 1

23 Fisika X 2003 Johanes Surya PHd Intan Pariwara 1 24 Fisika untuk Smu Kelas 1

Caturwulan III

1994 Drs. Soeparmo, Suwardo, B.A

Pabelan 1 25 Fisika untuk SMA/MA 2010 Risdiyani Chasanah Intan Pariwara 1 26 Fisika 2007 Edi Istiyono Intan Pariwara 1


(18)

Berdasar tabel 1.1 terdapat beberapa buku yang berasal dari satu penerbit yang sama, tetapi berbeda pengarang dan tahun terbit. Buku pelajaran fisika yang tersebar di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen sangat bervariasi, akan tetapi belum sepenuhnya diketahui bagaimana kualitas dari buku tersebut. Dengan banyaknya variasi buku pelajaran fisika yang ada, tentunya memiliki kualitas yang berbeda-beda antara buku yang satu dengan buku yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun mengambil tema : “Analisis Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X Yang Banyak Digunakan Di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi:

(1) Tingkat keterbacaan wacana pada buku ajar fisika. (2) Tingkat keterpusatan peserta didik.

(3) Tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik. (4) Jenjang kognitif soal latihan pada buku ajar fisika.

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(1) Untuk menganalisis tingkat keterbacaan buku ajar fisika.

(2) Untuk menganalisis tingkat keterpusatan peserta didik pada buku ajar fisika. (3) Untuk menganalisis tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik pada buku ajar fisika.


(19)

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

(1) Guru : dapat memilih dan menyesuaikan buku pelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.

(2) Peserta didik : memberikan wawasan bagi peserta didiksupaya mereka dapat memilih buku pelajaran yang sesuai, sehingga akan menumbuhkan minat dan semangat belajar.

(3) Pengarang dan Penerbit : dapat dijadikan sebagai saran dan masukan dalam penulisan, pemeriksaan,dan penerbitan buku pelajaran yang selanjutnya.

(4) Penyusun : dapat menambah pengalaman tentang penulisan dan pemilihan buku pelajaran yang baik.

1.5

Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian, maka diberikan penegasan istilah yang mengenai:

(1) Buku Pelajaran yang digunakan untuk penelitian ini adalah buku yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah khususnya pelajaran fisika. Adapun isi, urutan dan cara penulisan buku pelajaran disusun menurut tata cara yang telah ditentukan sesuai dengan proses pembelajaran.

(2) Buku pelajaran yang banyak digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen adalah buku pelajaran yang secara presentase paling banyak digunakan di sekolah-sekolah menengah atas di Kabupaten Kebumen berdasarkan hasil survey. Buku yang dimaksud adalah Fisika untuk SMA Kelas X karangan


(20)

Marthen Kanginan, Kompetensi Fisika karangan Siswanto dan Sukaryadi, dan Fisika Bilingual karangan Sunardi dan Etsa Indra Irawan.

(3) Tingkat keterbacaan buku pelajaran merupakan hal terbaca atau tidaknya suatu bahan bacaan tertentu bagi pembacanya. Ini membahas sulit atau mudahnya suatu bacaan bagi pembacanya.

(4) Keterpusatan pada peserta didik menunjukkan seberapa jauh buku pelajaran tersebut disusun supaya pembelajaran terpusat pada peserta didik, sehingga dapat membantu peserta didik untuk lebih aktif belajar dan membantu peserta didik membangun pengetahuannya sendiri.

(5) Tingkat pengembangan keterampilan proses menunjukkan sejauh mana buku pelajaran tersebut disusun supaya dapat melatih peserta didik melakukan kegiatan ilmiah untuk memahami suatu konsep dan pemecahan masalah.

(6) Jenjang kognitif soal latihan merupakan ukuran kesulitan soal latihan dalam ranah kognitif yang dapat ditentukan dengan skala tertentu menurut Taksonomi Bloom.

1.6

Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir.Masing-masing bagian terdiri dari beberapa subbagian sebagai berikut.

(1) Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan berisi halaman judul, abstrak, lembar pengesahan, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran.


(21)

(2) Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari 5 bab, meliputi :

BAB I: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitia, penegasan istilah dan garis besar sistematika penulisan skripsi.

BAB II: Landasan Teori, berisi tentang tinjauan pustaka dan penelitian yang relevan.

BAB III: Metode Penelitian, berisi tentang setting dan karakteristik penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian, langkah penelitian, tehnik pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V: Penutup, berisi kesimpulan dan saran. (3) Bagian Akhir

Bagian akhir dalam penulisan skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Hakikat Buku Pelajaran

Hall-Quest (1915) dalam Tarigan (1990:11) mengatakan bahwa buku pelajaran merupakan rekaman pikiran rasial yang disusun untuk maksud dan tujuan instruksional tertentu.Large (1940) dalam Tarigan (1990:11) mengatakan bahwa buku pelajaran adalah buku standar atau buku setiap cabang studi, yang terdiri atas dua tipe, yaitu buku pokok utama dan suplemen atau tambahan.

Menurut Nugroho (2009:2), buku pelajaran merupakan komponen yang penting dari suatu proses pembelajaran. Bagi guru, buku pelajaran berfungsi sebagai pendukung pembelajaran, sedangkan bagi peserta didik buku pelajaran berfungsi sebagai alat bantu dalam menerima materi pembelajaran.

Muslich (2010:64) menyatakan bahwa bahan ajar yang disajikan dalam buku pelajaran berupa ilmu pengetahuan di bidang tertentu, sehingga isinya harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya menurut bidang studi yang bersangkutan. Bahan yang disajikan dalam buku pelajaran dapat berupa teori, gagasan, dan informasi. Bahan yang berupa teori biasanya berupa konsep, pernyataan, atau dapat juga berupa rumus. Bahan yang berupa gagasan biasanya berupa pendapat, keyakinan, atau petunjuk. Sedangkan bahan yang berupa informasi biasanya berupa penjelasan tentang suatu fenomena, peristiwa, atau persoalan yang ada di lingkungan sekitar.


(23)

Menurut berbagai pendapat tersebut, maka Husen dkk (1997:178-179) menyimpulkan bahwa: (1) buku pelajaran merupakan buku pelajaran yang ditujukan bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu, misalnya buku pelajaran untuk SD, SMP, dan SMA.(2) Buku pelajaran selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu.(3) Buku itu selalu merupakan buku yang standar, yaitu buku acuan yang berkualitas, dan biasanya terdapat tanda pengesahan dari badan yang berwenang.(4) Buku pelajaran biasanya ditulis oleh para pakar ilmu dibidangnya.(5) Buku pelajaran ditulis untuk tujuan instruksional tertentu.(6) Buku pelajaran biasanya juga dilengkapi dengan sarana pengajaran.(7) Buku pelajaran selalu ditulis untuk menunjang suatu program pengajaran.

Dapat disimpulkan bahwa buku pelajaran adalah buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidang ilmu tertentu untuk maksud dan tujuan instruksional tertentu, dimana dalam buku tersebut dilengkapi sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para penggunanya, baik di sekolah dasar, sekolah menengah maupun di perguruan tinggi, sehingga dapat menunjang keberhasilan suatu program pengajaran.

2.2

Kualitas Buku Pelajaran

Untuk mengetahui apakah buku pelajaran tersebut baik atau tidak, maka terlebih dahulu harus diketahui bagaimana kualitas dari buku pelajaran tersebut. Buku pelajaran yang baik tentunya memiliki kualitas yang baik juga. Selama ini, kualitas buku pelajaran cenderung mengacu pada kesesuaian kurikulum yang berlaku. Padahal, kualitas buku pelajaran juga ditentukan oleh aspek lain, tidak hanya aspek kurikulum saja.


(24)

Buku pelajaran yang berkualitas sangat berpengaruh terhadap kualitas peserta didik dalam pembelajaran. Ini karena buku pelajaran yang berkualitas dapat memotivasi peserta didik dalam membaca, mengamati, dan mempelajari apa yang terkandung dalam buku pelajaran tersebut. Buku pelajaran yang baik tentu dapat membuat pembacanya mengerti dan paham apa yang ingin disampaikan buku pelajaran tersebut. Seorang penulis dituntut untuk dapat menyusun buku pelajaran yang menarik, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi, dan perkembangan pembacanya.

Greene dan Petty (dalam Muslich 2010:53) menyatakan ada sepuluh kategori untuk buku pelajaran yang berkualitas. Sepuluh kategori tersebut sebagai berikut, (1) Buku pelajaran harus menarik minat peserta didik yang mempergunakannya.(2) Buku pelajaran harus mampu memberikan motivasi kepada para peserta didik yang memakainya.(3) Buku pelajaran harus memuat ilustrasi yang menarik peserta didik yang memanfaatkannya. (4) Buku pelajaran sebaiknya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para peserta didik yang memakainya. (5) Isi buku pelajaran harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi, kalau data menunjangnya dan terencana sehingga semuanya merupakan suatu kebulatanyang utuh dan terpadu.(6) Buku pelajaran harus dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para peserta didik yang mempergunakannya. (7) Buku pelajaran harus dengan sadar dan tegas menghindar dari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, supaya tidak membuat bingung peserta didik yang memakainya. (8) Buku pelajaran harus mempunyai sudut pandang atau point of


(25)

view yang jelas dan tegas sehingga pada akhirnya juga menjadi sudut pandang para pemakainya yang setia. (9) Buku pelajaran harus mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa. (10) Buku pelajaran harus dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para pemakainya.

Sebagai kelengkapan kategori tersebut, Schorling Batchelder (1956 dalam Muslich 2010:54) memberikan empat ciri buku pelajaran yang baik, (1) direkomendasikan oleh guru-guru yang berpengalaman.(2) Bahan ajarnya sesuai dengan tujuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan kebutuhan masyarakat. (3) Cukup banyak memuat pelajaran bacaan, materi dan latihan atau tugas.(4) Memuat ilustrasi yang membantu peserta didik dalam belajar.

2.3

Fungsi Buku Pelajaran

Setiap pembuatan sesuatu pasti memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Sama halnya dengan pembuatan buku pelajaran, diharapkan dapat bermanfaaat bagi pembacanya. Fungsi buku pelajaran secara umum adalah mempermudah peserta didik dalam proses pembelajaran.

Ditinjau dari segi fungsinya, selain mempunyai fungsi umum sebagai sosok buku, buku pelajaran mempunyai fungsi sebagai, (1) sarana pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan;(2) sarana pemerlancar tugas akademik guru;(3) sarana pemerlancar ketercapaian tujuan pembelajaran; dan (4) sarana pemerlancar efisiensi dan keefektivan kegiatan pembelajaran (Muslich 2010:52).

Greene dan Petty (dalam Tarigan 1990:17) telah merumuskan beberapa peranan buku pelajaran sebagai berikut. (1) Mencerminkan suatu sudut pandang


(26)

yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan.(2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subjectmatter yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya. (3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi. (4) Menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya, metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para peserta didik. (5) Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. (6) Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi buku pelajaran adalah sebagai sumber kegiatan, acuan, dan gagasan bagi peserta didik dan guru dalam pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.

2.4

Tingkat Keterbacaan Buku Pelajaran

Membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Melalui kegiatan membaca, peserta didik dapat memperoleh berbagai informasi mengenai pelajaran yang dipelajari. Ginting (2005 :18) menyatakan bahwa salah satu wahana dalam upaya memperoleh informasi dan meningkatkan pengetahuan adalah melalui kegiatan membaca. Salah satu tugas guru adalah menyediakan


(27)

sarana baca yang sesuai untuk peserta didiknya. Buku merupakan sarana baca yang sering digunakan oleh siswa, sehingga guru harus cermat dalam memilih buku yang dapat meningkatkan minat baca peserta didiknya.

Menurut Suryadi dalam jurnal Sosioteknologi tahun 2007, menyatakan bahwa buku ajar yang dikategorikan baik tidak hanya berisi materi yang sesuai dengan kurikulum, tetapi juga memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Tingkat keterbacaan ini akan berpengaruh terhadap minat baca siswa.

Menurut Ambruster dan Anderson, sebagaimana dikutip oleh Zamroni (2011:13), keterbacaan buku teks merupakan istilah yang digunakan untuk menyelidiki beberapa aspek bahan tertulis yang mengacu pada tingkat pemahaman bahan tersebut. Dalam bahasa Inggris, keterbacaan disebut readability, yang merupakan istilah untuk menyelidiki suatu bahan tertulis yang mengacu pada tingkat kesukaran atau kemudahan suatu bacaan bagi pembacanya. Menurut Fry, dalam El-Masri dan Vlaardingerbroek (2010:109) keterbacaan sebuah teks –dalam hal ini teks atau wacana ilmu pengetahuan- menyatakan tingkat kelas pembaca dapat membaca dan memahami teks atau wacana yang sedang dibaca. Menurut Suryadi, suatu analisis tingkat keterbacaan ini akan memunculkan apakah buku itu mudah, sedang, atau sulit dipahami oleh pembacanya. Semakin tinggi tingkat keterbacaannya, maka semakin mudah buku itu untuk dipahami pembacanya.

Tingkat keterbacaan dapat diukur dengan formula keterbacaan, antara lain Formula Fry, Formula Flesch, Fog Index, dan SMOG. Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2013:9) menyatakan bahwa seluruh formula tersebut dapat


(28)

digunakan untuk menganalisis tingkat keterbacaan dengan cermat. Salah satu Formula yang dianjurkan oleh Subyantoro (2006:10) adalah Formula Fry. Formula Fry dipilih karena praktis dan telah disesuaikan dengan wacana dalam bahasa Indonesia. Formula keterbacaan Fry diambil dari nama pembuatnya, yaitu Edward Fry. Formula Fry dipublikasikan pada tahun 1977 dalam majalah Journal of Reading. Formula Fry ini mengambil seratus kata dalam suatu wacana untuk dijadikan sampel tanpa memperhatikan seberapa panjang wacana tersebut. Jadi, seberapa banyakpun wacana tersebut, jumlah sampel yang dipakai tetap seratus kata.

Formula ini mempunyai dua dasar utama, yaitu panjang pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut.

Di bagian atas grafik terdapat deretan angka-angka seperti berikut: 108,112, 116, 120, dan seterusnya. Angka-angka dimaksud menunjukkan data


(29)

jumlah suku kata perseratus perkata, yakni jumlah kata dari wacana. Di bagian samping kiri grafik terdapat angka 25.0, 20, 18.7, 14.3 dan seterusnya yang menunjukkan data rata-rata jumlah kalimat perseratus perkataan.

Angka-angka yang berderet di bagian tengah grafik dan berada di antara garis-garis penyekat dari grafik tersebut menunjukkan perkiraan peringkat keterbacaan wacana yang diukur. Angka 1 menunjukkan 1, artinya wacana tersebut cocok untuk pembaca dengan level peringkat baca 1, angka 2 untuk peringkat baca 2, angka 3 untuk peringkat baca 3, dan seterusnya hingga universitas.

Daerah yang diarsir pada grafik yang terletak di sudut kanan atas dan di sudut kiri bawah grafik merupakan wilayah invalid, maksudnya jika hasil pengukuran keterbacaan wacana jatuh pada wilayah gelap tersebut, maka wacana tersebut kurang baik karena tidak memiliki peringkat baca untuk peringkat manapun. Oleh karena itu, wacana yang demikian sebaiknya tidak digunakan dan diganti dengan wacana lain.

Cara menghitung keterbacaan yaitu: (1) mengambil sampel wacana yakni seratus perkataan; (2) menghitung jumlah kalimat dari seratus buah perkataan hingga persepuluhan terdekat; (3) menghitung jumlah suku kata dari wacana sampel hingga kata ke-100. Misalnya, sampel wacana hingga kata keseratus terdiri atas 228 suku kata; (4) untuk wacana bahasa Indonesia, ditambah satu langkah yakni mengalikan hasil peghitungan suku kata dengan angka 0,6; (5) memplotkan angka-angka hasil perhitungan ke dalam Grafik Fry. Kolom tegak


(30)

lurus menunjukkan jumlah suku kata per seratus kata dan baris mendatar menunjukkan jumlah kalimat per seratus kata.

2.5

Keterpusatan pada Peserta Didik

Penyajian materi dalam buku harus bersifat interaktif dan partisipasif sehingga memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri. Muslich (2009:25) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna dan pemahaman. Tanggung jawab belajar sepenuhnya ada dalam diri peserta didik, sedangkan guru hanya bertanggung jawab menciptakan suasana yang menyenangkan, yang dapat mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.

Salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik dianggap sebagai seseorang yang unik, karena antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain memiliki perbedaan minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Sehingga untuk kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian juga harus beragam sesuai dengan karakteristik masing-masing peserta didik. Kegiatan belajar mengajar harus menempatlan peserta didik sebagai subjek belajar dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan potensinya dengan semaksimal mungkin.

Kulsum (2011:132) dalam penelitiannya menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Hal tersebut berdampak positif, yaitu dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dengan diimbangi peningkatan hasil belajar kognitif dan psikomotirk.


(31)

2.6

Pengembangan Keterampilan Proses

Sebagai suatu proses, ilmu-ilmu sains termasuk fisika diperoleh melalui penelitian dengan beberapa langkah-langkah tertentu yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah ini sedapat mungkin dikenalkan pada siwa supaya mereka dapat menyenangi sains. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental itu sudah ada dalam diri masing-masing peserta didik, akan tetapi bentuk potensi dan kemampuannya belum terbentuk dengan jelas. Oleh karena itu, perlu dilatih supayaketerampilan tersebut dapat dikembangkan. Buku merupakan salah satu sumber belajar yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan proses tersebut.

Menurut Sukiniarti (2009:373), keterampilan proses merupakan salah satu pendekatan yang dapat membangun cara peserta didik untuk membentuk suatu konsep dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menemukan sendiri, serta mampu membantu belajar peserta didik dalam mempelajari sesuatu.

Beberapa alasan mengapa keterampilan proses itu perlu dikembangkan adalah: (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang semakin cepat, sehingga guru akan kesulitan jika semua fakta dan konsep diajarkan pada peserta didik.(2) Banyak sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman peserta didik.(3) Peserta didikakan lebih mudah memahami sesuatu yang rumit jika disertai contoh nyata.(4) Pemahaman peserta didikakan lebih berarti ketika mereka mendapat kesempatan untuk mempraktekkan sendiri.(5) Perlu adanya latihan bagi peserta didik untuk terus


(32)

bertanya, berpikir kritis, objektif serta mengupayakan suatu jawaban atas permasalahan.

Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009:112) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses mampu meningkatkan aktivitas dan pemahaman peserta didik. Dalam penelitian yang berbeda, Listyaningrum (2012:66) menyatakan bahwa melalui pendekatan keterampilan proses motivasi berprestasi peserta didik meningkat.

Funk dalam Sukiniarti (2009:374) mengungkapkan ada tiga keuntungan dalam pembelajaran dengan keterampilan proses, yaitu :(1) memberikan pengertian kepada peserta didik mengenai hakikat IPA; (2) memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bekerja dengan IPA, bukan hanya sekedar menceritakan atau mendengarkan tentang IPA; dan (3) membuat peserta didik belajar proses dan produk IPA.

Keterampilan proses meliputi beberapa hal, antara lain :(1) pemanasan, (2) pengamatan, (3) interpretasi dari pengamatan, (4) peramalan, (5) aplikasi konsep, (6) perencanaan penelitian, dan (7) komunikasi (Semiawan dalam Karso, 1993 : 191).

2.7Jenjang Kognitif Soal Latihan

Soal-soal latihan dapat dijadikan sebagai saran untuk mengetahui sejauh mana pencapaian suatu pembelajaran melalui penguasaan peserta didik terhadap suatu konsep.Sehingga adanya analisis jenjang kognitif soal latihan dapat bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar tuntutan soal-soal latihan dan proporsi soal-soal latihan dalam menguji kemampuan peserta didik.


(33)

Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang biasa dikenal dengan Taksonomi Bloom. Tiga taksonomi tersebut disebut dengan ranah belajar, yang terdiri dari tiga ranah, yaitu: (1) ranah kognitif (cognitive domain); (2) ranah psikomotorik (psychomotoric domain); dan (3) ranah afektif (affective domain).

Ranah kognitif ini berhubungan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Bloom membagi ranah kognitif menjadi enam bagian yang telah direvisi, yaitu:

(1) Mengingat

Mengingat merupakan tingkatan kognitif paling rendah dan merupakan kategori kognitif C1.Kemampuan mengingat ini bersifat menggali kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Kategori mengingat ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali dan mengingat.

(2) Memahami

Memahami merupakan kemampuan untuk membangun makna atau pengertian dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.Kemampuan memahami ini masuk dalam kategori C2 dansetingkat lebih tinggi dari kategori C1. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan, memberi contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi, membandingkan, dan menjelaskan.

(3) Aplikasi

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan suatu prosedur untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengerjakan tugas.Kemampuan aplikasi ini masuk dalam kategori C3 dan


(34)

setingkat kebih tinggi dari kategori C2. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan.

(4) Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana hubungan saling keterkaitannya.Kemampuan analisis masuk dalam kategori kognitif C4 yang berada setingkat lebih tinggi dari C3. Kategori ini mencakup tiga proses kognitif yaitu membedakan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat.

(5) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan untuk membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ada.Kemampuan evaluasi masuk dalam kategori C5 dan setingkat lebih tinggi dari kategor C4. Kategori ini mencakup dua proses kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik.

(6) Kreasi

Kreasi merupakan kemampuan untuk menggabungkan beberapa unsur manjadi satu bentuk kesatuan.Kemampuan ini masuk dalam kategori C6 dan berada pada tingkatan kognitif Bloom paling tinggi. Kategori ini meliputi tiga proses kognitif yaitu membuat, merencanakan,dan memproduksi.

2.8 Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian mengenai analisis buku telah banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian berikut, ada beberapa hal berbeda yang dianalisis. Beberapa hal berbeda tersebut sebenarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengetahui


(35)

kualitas dari buku ajar yang dianalisis. Berikut hasil dari penelitian terdahulu yang relevan dengan bahasan dalam skripsi ini.

Skripsi dengan judul “ Analisis Buku Teks Fisika Kelas VII Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Yang Banyak Digunakan Di SMP Negeri Se- Kabupaten Kudus” karya Achmad Zamroni, tahun 2011. Penelitian ini menfokuskan pada lima aspek, yaitu: (1) tingkat keterbacaan, (2) indeks pengaktifan peserta didik, (3) kesesuaian materi dengan kurikulum KTSP, (4) ketepatan konsep dan gambar, dan (5) presentase jenjang kognitif soal latihan. Populasi penelitian ini adalah seluruh buku ajar fisika kelas VII yang digunakan di Kabupaten Kudus, sedangkan sampel penelitiannya adalah dua buku dengan peringkat teratas yakni buku terbitan Pustaka Indah dan Erlangga.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: (1) tingkat tingkat keterbacaan pada buku terbitan Pustaka Indah dan Erlangga belum sesuai. Buku terbitan Pustaka Indah memiliki presentase 4,76% untuk kategori mudah, 66,66% untuk kategori sesuai, 23,81% untuk kategori sulit, dan 4,76% untuk kategori invalid. Buku terbitan Erlangga memiliki presentase 0% untuk kategori mudah, 60,87% untuk kategori sesuai, 34,78% untuk kategori sulit, dan 4,35 untuk kategori invalid. (2) Indeks pengaktifan peserta didik pada buku terbitan Pustaka indah sudah cukup baik dengan nilai indeks 0,53 (penilaian kalimat), 0,55 (penilaian gambar/grafik), dan 1,50 (penilaian pertanyaan), sedangkan pada buku terbitan Erlangga masih rendah dengan nilai indeks 0,55 (penilaian kalimat), 0,29 (penilaian gambar/grafik), dan 0,59 (penilaian pertanyaan). (3) Materi dari kedua buku telah sesuai dengan kurikulum KTSP. (4) Buku Pustaka Indah masih


(36)

terdapat kesalahan konsep dan gambar, sedangkan pada buku terbitan Erlangga sudah tidah ada kesalahan gambar dan konsep. (5) Jenjang kognitif soal latihan pada buku terbitan Pustaka Indah dan Erlangga, kedua belum proporsional karena banyak mengungkap jenjang pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2), sedangkan jenjang C4, C5, dan C6 tidak ada.

Skripsi yang berjudul “Analisis Penyajian Aspek Pembelajaran Pada Buku Ajar Fisika SMP Di Kota Semarang” karya Mega Kurnia Permata Sari tahun 2008, membahas beberapa subaspek penilaian kualitas buku dilihat dari aspek penyajian pembelajaran. Beberapa subaspek dari aspek penyajian pembelajaran yaitu: (1) tingkat pemusatan peserta didik pada buku ajar fisika; (2) tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik pada buku ajar fisika; (3) tingkat keselamatan kerja pada kegiatan ilmiah peserta didik pada buku ajar fisika; (4) tingka variasi penyajian pada buku ajar fisika; dan (5) tingkat keterpaduan pembelajaran fisika dengan mata pelajaran matematika, kimia, biologi, dan sosial sains pada buku ajar fisika.

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Mega Kurnia menyatakan bahwa buku ajar fisika yang terbanyak dipakai di kota Semarang sudah baik, dan memenuhi kriteria penyajian aspek pembelajaran yang baik dengan skor rata-rata 2,58. Tingkat Keterpusatan pada peserta didik yang dimiliki buku ajar fisika terbanyak digunakan di kota Semarang sudah baik dengan skor rata-rata 64,88%. Buku tersebut juga sudah mengembangkan keterampilan proses dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata 69,16%. Pada subaspek keselamatan kerja kegiatan ilmiah memiliki skor yang


(37)

sangat baik yaitu 95,29% yang menyatakan bahwa buku tersebut sudah memperhatikan keselamatan peserta didik saat melaksanakan kegiatan ilmiah. Untuk variasi penyajian memiliki skor rata-rata 50,76%, dan untuk keterpaduan pembelajaran memiliki skor rata-rata 37,46%.

Masyhuratul Fadhilah melakukan penelitian dengan judul “Analisis Buku Ajar IPA Biologi yang Banyak Digunakan di SMP Negeri Kabupaten Jepara” dan dipublikasikan dalam sebuah jurnal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan, tingkat kesesuaian konsep dan gambar buku teks biologi edisi kedelapan jilid satu (2008) dan edisi kelima jilid dua dan tiga (2004) karangan Campbell, dkk, tingkat kesalahan ejaan, dan tingkat kelayakan buku pelajaran IPA Biologi berdasarkan standar BSNP. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan mengkaji kualitas buku IPA Biologi SMP Kelas VIII yang banyak digunakan di SMP Negeri Kabupaten Jepara yaitu buku karangan Istamar Syamsuri, dkk jilid dua (2007) penerbit Erlangga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan sampel sesuai 18,57%, sampel mudah 8,57%, sampel sulit 64,29%, dan invalid 8,57%; untuk tigkat kesalahan konsep tidak ditemukan kesalahan konsep dari 231 konsep dan memiliki kesalahan gambar 11,5% dari 113 gambar; untuk kesalahan ejaan memiliki enam kesalahan ketikan, lima kesalahan penggunaan huruf kapital, dan satu kesalahan penulisan tanda baca; dan untuk tingkat kelayakan buku menurut standar BSNP memenuhi standar kelayakan pada Instrumen tahap I dan tahap II sebanyak 86,2% dengan criteria sangat sesuai. Simpulan dari penelitian ini adalah buku pelajaran IPA Biologi terbitan Erlangga karangan Istamar Syamsuri, dkk


(38)

tahun terbit 2007 jilid dua belum sepenuhnya sesuai untuk siswa kelas VIII pada tingka keterbacaan.

Saemina melakukan penelitian yang berjudul “ Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama” dan dipublikasikan dalam sebuah jurnal. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendiskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku teks pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kelas VII SMP.Analisis data dilakukan dengan menggunakan Formula Grafik Fry dan teknik cloze.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil perhitungan tingkat keterbacaan ke-15 wacana buku teks pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kelas VII SMP berdasarkan grafik Fry adalah sebagai berikut: (1) wacana 1 dan 9 dapat digunakan sebagai bahan bacaan pada peserta didik SMA dan mahapeserta didik; (2) wacana 2 dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk mahapeserta didik/umum; (3) wacana 3 digunakan sebagai bahan bacaan untuk peserta didik kelas IX dan XII SMA dan mahapeserta didik; (4) wacana 4 dapat digunakan sebagai bahan bacaan kelas XII SMA dan mahapeserta didik; (5) wacana 5 dan 7 tidak memiliki area tingkat baca; (6) wacana 6 dan 8 dapat digunakan sebagai bahan bacaan kelas VII dan VIII; (7) wacana 10 dan 13 dapat digunakan sebagai bahan bacaan murid kelas VI SD serta peserta didik kelas VII dan VIII; (8) wacana 11 dapat digunakan sebagai bahan bacaan peserta didik kelas III, IV, dan V SD; (9) wacana 12 dapat digunakan sebagai bahan bacaan murid kelas I, II, dan III SD; dan (10) wacana 14 dan 15 dapat digunakan sebagai bahan bacaan kelas V, VI, dan VII SMP.


(39)

Hasil perhitungan tingkat keterbacaan tiga wacana berdasarkan teknik cloze adalah sebagai berikut: (1) wacana I dan II berada pada tingkat frustasi atau gagal; dan (2) wacana III berada pada tingkat baca intruksional atau sedang.

2.7 Kerangka Berfikir

Buku merupakan salah satu sarana pembelajaran yang penting untuk menunjang proses belajar-mengajar di sekolah. Buku yang berkualitas akan menunjang pembelajaran dengan baik. Sebagian besar buku pelajaran fisika kelas X yang terdapat di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen belum diketahui bagaimana kualitasnya jika dilihat dari aspek keterbacaan wacana, keberpusatan peserta didik, pengembangan keterampilan proses peserta didik, dan jenjang kognitif soal latihan. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai buku tersebut. Penelitian dilaksanakan dengan menganalisis buku yang dijadikan sampel berdasarkan beberapa kriteria dan instrumen yang telah disusun.


(40)

27

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Setting dan Karakteristik Penelitian

Setting dan karakteristik dalam penelitian ini berisi mengenai populasi dan sampel objek penelitian yang berupa buku pelajaran fisika. Populasi dan sampel secara rinci akan dijelaskan dalam uraian berikut.

3.1.1 Populasi

Sugiyono (2009:117) menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi dalam penelitian ini adalah buku-buku pelajaran fisika yang digunakan di seluruh SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen.

3.1.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2009:118) sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Pengambilan sampel dalam skripsi menggunakan teknikpurposive sampling. Dalam proses pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan survey mengenai penggunaan buku pelajaran fisika yang digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen, kemudian dari data yang terkumpul, dipilih tiga buku yang paling banyak digunakan, yaitu :


(41)

Tabel 3.1 Sampel Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X

No. Kode Buku

Nama Buku Pengarang Penerbit Tahun

Terbit

1 A Fisika untuk SMA

Kelas X

Marthen Kanginan

Erlangga 2007

2 B Kompetensi Fisika Siswanto,

Sukaryadi

Pusbuk Depdiknas

2009

3 C Fisika Bilingual Sunardi,

Etsa Indra I.

Yrama Widya

2007

3.2

Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) Tingkat keterbacaan buku pelajaran.

(2) Keterpusatan pada peserta didik.

(3) Tingkat pengembangkan keterampilan proses. (4) Jenjang kognitif soal latihan.

3.3

Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Rancangan Penelitian Buku Teks

Analisis Buku

3 4

2 1


(42)

Keterangan :

(1) Tingkat keterbacaan buku pelajaran. (2) Keterpusatan pada peserta didik.

(3) Tingkat pengembangan keterampilan proses. (4) Jenjang kognitif soal latihan.

3.4 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) penyusunan perangkat penelitian berupa lembar observasi; (2) pelaksanaan penelitian dengan menganalisis buku ajar fisika yang dijadikan sampel; (3) pembahasan hasil penelitian dalam bentuk pemaparan hasil penelitian.

Langkah penelitian tersebut juga dapat dilihat dalam diagram berikut:

Gambar 3.2 Diagram Prosedur Penelitian

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terbagi dalam dua pokok yaitu langkah penelitian dan instrument yang digunakan untu menganalisis buku.Berikut merupakan langkah-langkah penelitian dan instrument penelitian.

Pembahasan (Pemaparan) Pelaksanaan penelitian

(Analisis Buku) Penyusunan Perangkat


(43)

3.5.1 Langkah-langkah

(1) Membaca dan mencermati buku pada setiap subbab/kegiatan. (2) Mengidentifikasikan berdasarkan deskripsi.

(3) Memberi skor pada lembar observasi, skor 1 jika sesuai dengan pernyataan dan 0 jika tidak sesuai pernyataan.

(4) Menghitung skor yang diperoleh.

(5) Mendeskripsikan skor yang dimiliki buku berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh BSNP.

3.5.2 Instrumen

Ada empat instrumen yang akandigunakan, yaitu:

(1) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keterbacaan wacana adalah Formula Grafik Fry. Untuk menggunakan formula Fry, terlebih dahulu harus dihitung jumlah kata, kalimat, dan perkataan, kemudian diplotkan dalam grafik Fry dan ditentukan peringkat baca bacaan. Instrumen selengkapnya terdapat di lampiran 1.

(2) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keterpusatan pada peserta didik berupa angket. Angket ini terdiri dari beberapa deskripsi mengenai kisi-kisi penilaian Keterpusatan buku pada peserta didik. Kisi-kisi dan instrumen selengkapnya terdapat di lampiran instrumen 2 dan 3.

(3) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis pengembangan keterampilan proses berupa angket. Angket ini terdiri dari beberapa deskripsi mengenai kisi-kisi penilaian pengembangan keterampilan proses.Kisi-kisi dan instrumen selengkapnya terdapat di lampiran 4 dan 5.


(44)

(4) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis jenjang kognitif soal latihan berupa angket. Angket ini terdiri dari beberapa kolom dengan predikat soal C1 sampai C6. Instrumen selengkapnya terdapat di lampiran 6.

3.6 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh berupa skor penilaian yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui beberapa aspek yang diteliti pada buku ajar fisika.Untuk mengetahui presentase masing-masing butir, terlebih dahulu memberi nilai untuk masing-masing format pengamatan.

Menurut Ali (1985:184), sebelum data dianalisis secara kualitatif, terlebih dahulu dianalisis dengan teknik deskriptif persentase (DP) dengan rumus:

DP = ��������� ��

���� �����/�������� � 100%

Tabel 3.2 Kategori Skor untuk Tiap Butir

NO Presentase Kategori Skor

1 ≥80% Sangat Baik 4

2 60% - 79% Baik 3

3 50% - 59% Cukup Baik 2

4 <50% Kurang Baik 1

Menurut Subyantoro sebagaimana dikutip oleh Zamroni (2011:33) kriteria tingkat keterbacaan dikelompokkan dalam empat kriteria yaitu: sesuai, mudah, sulit, dan invalid. Setelah itu jumlah masing-masing kriteria dibuat presentase. Presentasenya dirumuskan sebagai berikut:


(45)

���������������� ∶�����ℎ�����ℎ����������������� ������� 100%

��������������ℎ ∶�����ℎ�����ℎ����������������� �����ℎ 100%

��������������� ∶�����ℎ�����ℎ����������������� ������ 100%

����������������� ∶�����ℎ�������������


(46)

33

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Tiga sampel buku ajar fisika yang digunakan yaitu Kompetensi Fisika karangan Siswanto dan Sukaryadi terbitan Pusbuk Depdiknas tahun terbit 2009 (sebagai sampel buku kode A), Fisika untuk SMA Kelas X karangan Marthen Kanginan terbitan Erlangga tahun terbit 2007 (sebagai sampel buku kode B), dan Fisika Bilingual karangan Sunardi dan Etsa Indra Irawan terbitan Yrama Widya tahun terbit 2007 (sebagai sampel buku kode C).

4.1.1 Tingkat Keterbacaan pada Buku Ajar Fisika

Hasil analisis data keterbacaan buku ajar fisika untuk ketiga sampel buku dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Tingkat Keterbacaan Buku Ajar Fisika

No Kode

Buku

Presentase Kriteria Tingkat Keterbacaan (%)

Mudah Sesuai Sulit Invalid

1 A 70,83 12,5 4,17 12,5

2 B 37,5 50 12,5 0

3 C 4,17 62,5 25 8,33

Berdasarkan hasil analisis data tingkat keterbacaan buku ajar fisika dengan menggunakan Formula Fry, dapat diketahui bahwa pada buku terbitan Pusbuk memiliki kriteria tingkat keterbacaan kategori “Mudah” dengan presentase 70,83%. Kriteria tingkat keterbacaan untuk kategori “Sesuai” memiliki presentase 12,5%. Tingkat keterbacaan kategori “Sulit” buku ini memiliki presentase 4,17%,


(47)

sedangkan untuk tingkat keterbacaan kategori “Invalid” memiliki presentase 12,5%.

Buku ajar kedua yaitu buku terbitan Erlangga memiliki tingkat keterbacaan kategori “Mudah” dengan presentase 37,5%. Tingkat keterbacaan kategori “Sesuai” memiliki presentase 50% dan untuk tingkat keterbacaan kategori “Sulit” buku ajar terbitan Erlangga memiliki presentase 12,5%, sedangkan untuk kategori “Invalid” tingkat presentasenya adalah 0%.

Buku ajar yang ketiga yaitu buku ajar terbitan Yrama Widya memiliki tingkat keterbacaan kategori “Mudah” dengan presentase 4,17%. Tingkat keterbacaan kategori “Sesuai” pada buku ini mencapai presentase 25%. Tingkat keterbacaan kategori “Sulit” presentasenya mencapai 62,5%, sedangkan untuk tingkat keterbacaan kategori “Invalid” presentasenya mencapai 8,33%. Data lengkap untuk masing-masing analisis tingkat keterbacaan teks pada buku ajar dapat dilihat di lampiran 7, 8, 9, 10, 11, dan 12.

4.1.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada ketiga sampel buku ajar fisika, dapat disajikan hasil yang secara singkat dapat dilihat pada table 4.2.

Tabel 4.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik

No. Kode Buku

Presentase Tingkat Keterpusatan

Peserta Didik (%) Kategori

1 A 60,44 Baik

2 B 63,56 Baik


(48)

Berdasar table 4.2 di atas terlihat bahwa untuk buku ajar pertama yaitu terbitan Pusbuk memiliki presentase keterpusatan peserta didik sebesar 60,44%. Menurut BSNP, buku dengan presentase <49% dapat digolongkan dalam kategori baik. Buku ajar kedua yaitu terbitan Erlangga memiliki presentase keterpusatan peserta didik sebesar 63,56%, sehingga dapat dimasukkan dalam kategori baik, sedangkan untuk buku ajar ketiga terbitan Yrama Widya memiliki presentase keterpusatan peserta didik sebesar 27,98% dan dapat dimasukkan dalam kategori kurang baik. Data lengkap mengenai analisis tingkat keterpusatan peserta didik dapat dilihat pada lampiran 13, 14, dan 15.

4.1.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada ketiga sampel buku ajar fisika, dapat disajikan hasil yang secara singkat dapat dilihat pada table 4.3.

Tabel 4.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses

No. Kode Buku

Presentase Tingkat Pengembangan

Keterampilan Proses (%) Kategori

1 A 36,98 Kurang Baik

2 B 57,21 Cukup Baik

3 C 24,67 Kurang Baik

Berdasarkan hasil analisis pada table 4.3 terlihat bahwa untuk buku ajar pertama yaitu terbitan Pusbuk memiliki tingkat pengembangan keterampilan proses dengan presentase 36,98%. Menurut BSNP presentase ini masuk dalam kategori kurang baik karena masih kurang dari 49%. Buku ajar kedua yaitu terbitan Erlangga memiliki presentase sebesar 57,21 dan dapat dimasukkan dalam katergori cukup baik. Buku ajar ketiga yaitu terbitan Yrama Widya memiliki


(49)

presentase sebesar 24,67%, sehingga dapat dimasukkan dalam kategori kurang baik. Data lengkap mengenai analisis tingkat pengembangan ketranpilan proses dapat dilihat pada lampiran 16, 17, dan 18.

4.1.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan pada Buku Ajar

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap buku ajar fisika yang dijadikan sebagai sampel, dapat disajikan hasil analisis presentase jenjang kognitif soal latihan sebagai berikut dalam table 4.4.

Tabel 4.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan

No. Kode Buku Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan (%)

C1 C2 C3 C4 C5 C6

1 A 8,33 27,5 37,5 26,67 0 0

2 B 0 12,45 50,94 36,61 0 0

3 C 8,8 22 48 21,2 0 0

Berdasar table 4.4 dapat dilihat bahwa untuk setiap sampel buku yang dianalisis memiliki perbedaan presentase jenjang kognitif soal latihan yang berbeda. Buku ajar pertama terbitan Pusbuk memiliki presentase untuk jenjang soal C1 sebesar 8,33% dan untuk presentase jenjang soal C2 adalah 27,5%, sedangkan presentase untuk jenjang soal C3 dan C4 berturut-turut adalah 37,5% dan 26,67%. Buku ajar kedua terbitan Erlangga memiliki presentase untuk jenjang soal C1 sebesar 0% dan untuk jenjang soal C2 presentasenya adalah 12,45%, sedangkan untuk jenjang soal C3 dan C4 presentasenya sebesar 50,94% dan 36,61%. Selanjutnya dapat diamati presentase jenjang soal C1 untuk buku ketiga adalah 8,8% dan untuk jenjang soal C2 sebesar 22%, sedangkan untuk jenjang soal C3 dan C4 adalah sebesar 48% dan 21,2%. Berdasarkan hasil analisis dapat


(50)

diketahui bahwa ketiga buku sampel yang dianalisis tidak terdapat jenjang soal C5 dan C6, sehingga presentase untuk jenjang soal C5 dan C6 pada ketiga buku adalah 0%. Hasil analisis secara lengkap masing-masing buku sampel dapat dilihat pada lampiran 19, 20, dan 21.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat Keterbacaan pada Buku Ajar Fisika

Berdasar hasil analisis terungkap bahwa pada buku ajar fisika terbitan Pusbuk terdapat beberapa teks wacana dengan kategori mudah, sesuai, sulit dan invalid. Pada kategori mudah, terdapat 17 bacaan dengan kategori mudah dari jumlah sampel bacaan sebanyak 24. Jika dipresentasekan, maka presentase dari jumlah ini adalah 70,83%. Dari 17 bacaan dengan kategori mudah ini, terdapat satu bacaan pada peringkat baca lima, tiga bacaan pada peringkat baca enam, tujuh bacaan pada peringkat baca tujuh, dan enam bacaan pada peringkat baca delapan. Menurut Saemina, untuk peserta didik kelas X, peringkat baca yang sesuai adalah pada peringkat baca 10. Peringkat baca ini sifatnya adalah perkiraan, maka peringkat baca ini hendaknya dikurang dan ditambah satu yaitu (10-1) dan (10+1) sehingga untuk kelas X peringkat baca yang sesuai adalah peringkat baca 9, 10, dan 11. Untuk peringkat baca yang < 9 masuk dalam kategori mudah, sedangkan peringkat baca yang > 11 masuk dalam kategori sulit.

Peringkat baca lima cocok digunakan untuk peserta didik SD Kelas IV, V, dan VI, sehingga tidak tepat untuk peserta didik kelas X. Untuk peringkat baca enam cocok digunakan untuk peserta didik kelas V, VI, dan VII, sedangkan peringkat baca tujuh cocok digunakan untuk peserta didik kelas VI, VII, dan VIII.


(51)

Peringkat baca delapan akan cocok digunakan untuk peserta didik kelas VII, VIII, dan IX.

Presentase bacaan dengan kategori sesuai pada buku terbitan Pusbuk sebesar 12,5%. Dari 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat tiga bacaan yang masuk dalam kategori sesuai, yaitu peringkat baca 9, 10, dan 11. Untuk kategori sulit, terdapat satu bacaan dengan peringkat baca 16. Peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir. Terdapat juga tiga bacaan kategori invalid dengan presentase 12,5%, artinya bacaan ini tidak masuk dalam peringkat baca manapun dan harus diganti dengan bacaan lain yang lebih sesuai untuk peserta didik kelas X.

Buku terbitan Erlangga memiliki sembilan bacaan dengan kategori mudah. Sembilan bacaan ini terdiri dari satu bacaan dengan peringkat baca lima, satu bacaan dengan peringkat baca enam, empat bacaan dengan peringkat baca tujuh, dan tiga bacaan dengan peringkat baca delapan. Seperti dijelaskan sebelumnya, bacaan dengan peringkat baca < 9 masuk dalam kategori mudah. Selain terdapat bacaan dengan kategori mudah, terdapat juga bacaan dengan kategori sesuai dan sulit.

Berdasarkan pada 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat 12 bacaan dengan kategori sesuai, ini berarti setengah dari sampel masuk dalam kategori sesuai. Kategori bacaan yang sesuai terdiri dari dua bacaan pada peringkat baca sembilan, delapan bacaan pada peringkat baca 10, dan dua bacaan pada peringkat baca 11, sedangkan untuk kategori sulit terdapat tiga bacaan, yaitu dua bacaan pada peringkat baca 12 dan satu bacaan pada peringkat baca 16. Bacaan dengan


(52)

peringkat baca 12 cocok untuk peserta didik kelas XI, XII, dan mahasiswa tingkat awal, sedangkan bacaan dengan peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir. Pada buku terbitan Erlangga tidak terdapat bacaan dengan kategori invalid. Artinya tidak ada bacaan yang tidak masuk dalam peringkat baca manapun.

Buku ketiga yang dianalisis adalah buku terbitan Yrama Widya. Buku ini merupakan buku ajar yang disusun dengan dua bahasa atau bilingual. Bacaan yang dijadikan sampel merupakan bacaan yang berbahasa Indonesia. Dari 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat dua bacaan dengan kategori mudah, yaitu dengan peringkat baca delapan. Bacaan dengan peringkat baca delapan cocok untuk peserta didik kelas VII, VIII, dan IX. Selain terdapat dua bacaan dengan kategori mudah, terdapat 15 bacaan dengan kategori sesuai yang terdiri dari enam bacaan dengan peringkat baca sembilan, enam bacaan dengan peringkat baca 10, dan tiga bacaan dengan peringkat baca 11. Untuk kategori sulit terdapat enam bacaan yang terdiri dari satu bacaan dengan peringkat baca 12, satu bacaan dengan peringkat baca 13, tiga bacaan dengan peringkat baca 14, dan satu bacaan dengan peringkat baca 16. Bacaan dengan peringkat baca 12 cocok untuk peserta didik kelas XI, XII, dan mahasiswa tingkat awal. Bacaan dengan peringkat baca 13 cocok untuk peserta didik kelas XII dan mahasiswa dan untuk bacaan dengan peringkat baca 14 cocok untuk mahasiswa, sedangkan bacaan dengan peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir dan umum.

Buku terbitan Yrama Widya memiliki dua sampel bacaan yang masuk dalam kategori invalid. Artinya bacaan ini tidak masuk dalam peringkat baca


(53)

manapun, sehingga akan lebih baik jika diganti dengan bacaan lain yang lebih sesuai untuk peserta didik kelas X.

Menurut Edward Fry sebagaimana dikutip oleh El-Masri dan Vlaardingerbroek, menyatakan bahwa readability (keterbacaan) merupakan mudah sukarnya suatu teks atau wacana untuk dibaca. Wacana yang tidak sesuai dengan peringkat baca pembacanya akan menyebabkan wacana tersebut sulit dipahami oleh pembacanya.

Buku ajar terbitan Pusbuk sebagian besar bacaannya masuk dalam kategori mudah, dan ada beberapa bacaan dengan kategori sulit dan invalid, sedangkan untuk bacaan dengan kategori sesuai masih sangat sedikit yaitu hanya 12,5% atau seperdelapan dari jumlah sampel yang dianalisis. Pada buku ajar terbitan Erlangga, bacaan dengan kategori sesuai sudah cukup baik karena mencapai 50% dari jumlah sampel yang dianalisis, tetapi masih terdapat bacaan dengan kategori mudah dan sulit, sedangkan untuk kategori invalid tidak ada. Pada buku ajar terbitan Yrama Widya, presentase bacaan dengan kategori sesuai sudah cukup tinggi, yaitu 62,5% yang berarti lebih dari setengah dari keseluruhan sampel telah sesuai. Akan tetapi, dalam buku ini juga masih terdapat beberapa bacaan dengan kategori mudah, sulit, dan invalid. Secara keseluruhan dari ketiga buku tersebut, buku terbitan Yrama Widya yang paling sesuai tingkat keterbacaannya untuk peserta didik kelas X.

Menurut Suryadi (2007:2) buku pelajaran yang baik bukan hanya memuat materi yang sesuai dengan kurikulum, tetapi juga ditulis dengan tingkat keterbacaan yang tinggi.Tingkat keterbacaan yang tinggi ini tentunya juga


(54)

disesuaikan dengan peringkat baca peserta didik. Dengan tingkat keterbacaan yang tinggi akan menunjang pemahaman peserta didik, yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Maka dari itu, Chen and Chen menyatakan bahwa pemilihan buku yang baik dan sesuai untuk peserta didik merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.

4.2.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik

Sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada buku ajar A dan buku ajar B memiliki skor presentase sebesar 60,44% dan 63,56% yang berarti bahwa kedua buku tersebut masuk dalam kategori baik. Menurut BSNP, buku dengan skor presentase antara 60%-79% sudah dapat dimasukkan dalam kategori berpusat pada peserta didik.

Salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik. Menurut Muslich (2009) belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna dan pemahaman. Jadi peserta didik dituntut untuk membangun sendiri pengetahuan di benak mereka. Dalam hal ini, guru bertanggung jawab untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, yang bisa mendorong prakarsa dan motivasi peserta didik untuk belajar. Guru juga bisa membantu proses belajar peserta didik dengan menyediakan sumber belajar berupa buku yang relevan dan sesuai untuk peserta didik.

Ditinjau dari hasil analisis, kedua buku tersebut sudah sesuai dengan kurikulum KTSP. Seperti dijelaskan di atas bahwa salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik dan buku ini telah memenuhi kriteria ini, sehingga dapat dikatakan buku ajar A dan buku ajar B telah sesuai dengan


(55)

kurikulum KTSP. Kedua buku ini juga sudah bersifat dialogis dan partisipasif. Hal ini dapat dilihat dari adanya pertanyaan-pertanyaan dalam penyampaian materi, adanya kalimat-kalimat ajakan dan arahan, serta adanya kegiatan peserta didik. Ini sesuai dengan deskripsi BSNP, bahwa penyajian materi yang berpusat pada peserta didik bersifat interaktif dan partisipasif sehingga dapat memotivasi siwa untuk belajar mandiri dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan, gambar yang menarik, kegiatan, dan lain-lain.

Buku ajar C skor presentasenya hanya sebesar 27,98% yang berarti buku tersebut masuk dalam kategori kurang baik untuk keterpusatan peserta didik. Buku ini kurang memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri serta kurang interaktif dan partisipasif. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya pertanyaan-pertanyaan dalam penyampaian materi, sedikitnya kalimat ajakan dan arahan, serta terbatasnya kegiatan peserta didik. Dengan demikian, dapat dikatakan buku tersebut belum berpusat pada peserta didik dan belum sesuai dengan kurikulum KTSP karena tidak memenuhi kriteria yang ada.

4.2.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses

Berdasar hasil analisis terlihat bahwa buku ajar B memiliki presentase paling tinggi yaitu 57,21%. Buku ajar B masuk dalam kategori cukup baik dan dapat mengembangkan keterampilan proses, karena sesuai dengan deskripsi BSNP bahwa buku dapat dikatakan cukup baik jika skor presentasenya antara 50%-59%.

Buku ajar B sudah berusaha untuk menyajikan materi yang dikaitkan dengan konsepsi awal peserta didik dan dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta


(56)

didik serta danya aplikasi konsep dalam kehidupan nyata. Selain itu, buku ini juga menyajikan kegiatan-kegiatan peserta didik yang menuntun peserta didik untuk melakukan kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah ini menuntut peserta didik untuk merancang penelitian, merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengamati, menganalisis dan mengambil kesimpulan dan menyampaikan pendapat. Kegiatan ini akan mengembangkan keterampilan proses peserta didik, seperti yang dikatakan Semiawan, bahwa keterampilan proses meliputi beberapa hal antara lain pemanasan, pengamatan, interpretasi dari pengamatan, peramalan, aplikasi konsep, perencanaan penelitian, dan komunikasi.

Buku ajar A dan C hanya memiliki skor presentase sebesar 36,98% dan 24,67%. Kedua buku ini memiliki presentase kurang dari 50% sehingga masuk dalam kategori kurangbaik dan belum dapat mengembangkan keterampilan proses dengan baik. Pada buku ajar A, penjelasan materi sudah dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik, tetapi kegiatan peserta didik masih kurang. Pada buku ajar C, penjelasan materi belum dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik dan belum dikaitkan dengan konsepsi awal peserta didik. Selain itu, pada buku ajar C juga sangat sedikit terdapat kegiatan peserta didik yang menuntut peserta didik melakukan rangkaian kegiatan ilmiah yang merupakan salah satu cara mengembangkan keterampilan proses.

Pengembangan keterampilan proses sangat membantu dalam penyampaian materi yang berpusat pada peserta didik. Pada butir Keterpusatan peserta didik, peserta didik dituntun untuk menemukan sendiri makna dan pemahaman dalam benak peserta didik. Melalui kegiatan ilmiah yang


(57)

mengembangkan keterampilan proses ini akan membantu peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuan dan akan bertahan lebih lama dalam benak peserta didik.

4.2.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan pada Buku Ajar

Berdasarkan analisis data pada jenjang kognitif soal latihan terlihat bahwa pada ketiga sampel buku tidak terdapat jenjang kognitif C5 dan C6. Pada buku ajar A, presentase terbesar dimiliki oleh jenjang kognitif C3 (aplikasi) yaitu 37,5%. Untuk presentase C1, C2, dan C4 berturut-turut adalah 8,33%, 27,5%, dan 26,67%. Ini artinya 1

12 dari keseluruhan jumlah soal latihan merupakan soal latihan

dengan jenjang kognitif C1, sekitar seperempat dari jumlah keseluruhan soal latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C2. Untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C3 sekitar sepertiga dari jumlah keseluruhan soal latihan, sedangkan untuk jenjang kognitif C4 sekitar seperempat dari keseluruhan soal latihan. Jumlah keseluruhan dari soal latihan sendiri adalah 120 soal dengan variasi soal pilihan ganda dan esai.

Presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C5, dan C6 pada buku ajar B adalah 0%. Artinya dari soal-soal latihan yang ada, tidak terdapat soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C5, dan C6. Adapun presentase untuk soal latihan jenjang kognitif C2, C3, dan C4 berturut-turut adalah 12,45%, 50,94%, dan 36,61%. Jumlah keseluruhan soal latihan pad buku ajar B adalah 265 soal dengan jenis soal esai. Dari jumlah soal latihan tersebut, sekitar sepersembilannya merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C2. Untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C3 sekitar setengah dari jumlah keseluruhan soal latihan,


(58)

sedangkan untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C4 sekitar sepertiga dari jumlah keseluruhan soal latihan.

Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pada ketiga buku sampel presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C5 dan C6 adalah 0%. Pada buku ajar C presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C2, C3, dan C4 secara urut adalah 8,8%, 22%, 48%, dan 21,2%. Jumlah keseluruhan soal latihan pada buku ajar C adalah 250 soal dengan variasi soal pilihan ganda dan esai. Ini berarti sekitar 1

12 soal latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C1,

seperlima bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C2, setengah bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C3, dan seperlima bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C4.

Soal latihan dengan jenjang kognitif C1 memiliki dimensi proses kognitif mengingat. Dengan adanya soal latihan kategori C1 peserta didik dituntut mengenal dan mengingat pengetahuan yang didapatkan.Soal dengan kategori C1 merupakan tingkatan paling rendah. Soal latihan kategori C2 memiliki dimensi proses kognitif memahami. Soal dengan kategori C2 berada satu tingkat di atas C1 dan menuntut peserta didik untuk dapat membangun makna berdasarkan apa yang telah diketahui sebelumnya serta menuntut adanya pemahaman terhadap sesuatu. Soal dengan kategori C1 dan C2 memberikan kemampuan mengingat dan memahami peserta didik, akan tetapi belum bisa mengaktifkan peserta didik.

Pada tingkatan yang lebih tinggi adalah soal dengan kategori C3 dimana kategori soal ini memiliki dimensi proses kognitif aplikasi. Soal latihan kategori C3 menuntut peserta didik agar mampu menggunakan pengetahuan yang telah


(1)

Lampiran 19

Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku A Judul Buku : Kompetensi Fisika

Kode Buku : A

No. Bab Jenjang Jumlah

C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6

1 1 2 7 4 2 0 0 15

2 2 0 2 8 5 0 0 15

3 3 0 2 9 4 0 0 15

4 4 1 3 7 4 0 0 15

5 5 2 3 6 4 0 0 15

6 6 1 8 3 3 0 0 15

7 7 0 3 4 8 0 0 15

8 8 4 5 4 2 0 0 15

Jumlah 10 33 45 32 0 0 120

Presentase soal C-1 = �����������−�

�����������������

=

����� ����%

= 8,33%

Presentase soal C-2 = �����������−�

�����������������

= ����� ����%

= 27,5%

Presentase soal C-3 = �����������−�

�����������������

= ��

��� ����%

= 37,5%

Presentase soal C-4 = �����������−�

�����������������

= ��

��� ����%

= 26,67%

Presentase soal C-5 = �����������−�

�����������������

=


(2)

Presentase soal C-6 = �����������−�

�����������������

=

���� ����%


(3)

Lampiran 20

Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku B Judul Buku : Fisika untuk SMA Kelas X

Kode Buku : B

No. Bab Jenjang Jumlah

C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6

1 1 0 14 21 20 0 0 55

2 2 0 3 17 10 0 0 30

3 3 0 2 14 9 0 0 25

4 4 0 7 16 12 0 0 35

5 5 0 3 23 14 0 0 40

6 6 0 3 21 6 0 0 30

7 7 0 1 19 20 0 0 40

8 8 0 0 4 6 0 0 10

Jumlah 0 33 135 97 0 0 265

Presentase soal C-1 = �����������−�

�����������������

=

���� ����%

= 0%

Presentase soal C-2 = �����������−�

�����������������

= ����� ����%

= 12,45%

Presentase soal C-3 = �����������−�

�����������������

= ���

��� ����%

= 50,94%

Presentase soal C-4 = �����������−�

�����������������

= ��

��� ����%

= 36,61%

Presentase soal C-5 = �����������−�

�����������������

=

��� ����%

= 0%

Presentase soal C-6 = �����������−�


(4)

���


(5)

Lampiran 21

Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku C Judul Buku : Fisika Bilingual

Kode Buku : C

No. Bab Jenjang Jumlah

C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6

1 1 5 26 6 6 0 0 43

2 2 1 6 15 15 0 0 37

3 3 2 4 15 4 0 0 25

4 4 1 8 15 6 0 0 30

5 5 1 3 18 8 0 0 30

6 6 9 5 32 9 0 0 55

7 7 3 3 19 5 0 0 30

Jumlah 22 55 120 53 0 0 250

Presentase soal C-1 = �����������−�

�����������������

=

��

��� ����%

= 8,8%

Presentase soal C-2 = �����������−�

�����������������

= ����� ����%

= 22%

Presentase soal C-3 = �����������−�

�����������������

= ���

��� ����%

= 48%

Presentase soal C-4 = �����������−�

�����������������

= ��

��� ����%

= 21,2%

Presentase soal C-5 = �����������−�

�����������������

=

��� ����%

= 0%

Presentase soal C-6 = �����������−�

�����������������

=

���� ����%


(6)