Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta se-Kabupaten Kendal.

(1)

ANALISIS KINERJA MANAJEMEN

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SWASTA

SE-KABUPATEN KENDAL

Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Yuli Wulandari

3301404118

Pendidikan Akuntansi S1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2009


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs.Tarsis Tarmudji, M.M Drs Sukardi Ikhsan, M.Si

NIP 130529513 NIP 130515747

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Amir Mahmud, S.Pd, M.Si N I P. 132205936


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Fachrurrozie, M.Si NIP 131813667

Anggota I Anggota II

Drs. Tarsis Tarmudji, M.M Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si

NIP 130529513 NIP 130515747

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP. 131658236


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan karena jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Yuli Wulandari


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

ALLAH tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ar Ra’d,11).

Tenaga dikerahkan, pikiran dikeluarkan dan sejumlah materi berupa uang dihabiskan, suka dan duka, pahit dan getir merupakan serentetan perasaan yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam menggapai kesuksesan.

Yakinlah sesungguhnya ALLAH SWT senantiasa bersama orang-orang yang sabar (Qs: Al Baqoroh 153)

Persembahan:

Dengan tanpa mengurangi rasa syukurku pada ALLAH SWT, kupersembahkan karya kecilku ini dengan penuh cinta dan ketulusan untuk :

Bapak dan ibuku tersayang, terimakasih atas segala do’a dan pengorbanannya selama ini. Semoga Allah memberikan berkah untuk keluarga kita. Amin.

Adikku “thole”, Mak’e dan Mbah War (Alm) atas dukungannya

Teman-temanku dewi,, pujong, mami, mak’e, sri & firli, moga persahabatan kita selalu menjadikan kita untuk lebih dewasa

Teman-teman pendidikan akuntansi 2004


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Atas (SMA) Swsata se- Kabupaten Kendal”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik dan selesai tepat waktu tanpa adanya dukungan dan batuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, rasa terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Drs.H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi

3. Amir Mahmud, S.Pd, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi yang telah memberikan surat ijin penelitian.

4. Drs. Tarsis Tarmudji, M. M Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala sekolah SMA swasta di Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Guru-guru di SMA swasta di Kabupaten Kendal yang telah bersedia membantu penulis dalam mengisi angket penelitian.

8. Ibu, bapak, adikku, mak’e beserta keluarga besarku atas do’a dan dukungannya.


(7)

vii

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi catatan amal baik, serta mendapat pahala yang setimpal dari Allah Yang Maha Pemurah. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Semarang, 2009


(8)

viii

SARI

Wulandari, Yuli. 2009. Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Atas

(SMA) Swasta se-Kabupaten Kendal. Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Tarsis Tarmudji, Pembimbing II: Drs. Sukardi Ikhsan, M.Si

Kata Kunci: Analisis, Kinerja Manajemen Sekolah

Perkembangan dan perubahan secara terus menerus menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk manajemen berbasis sekolah (MBS) untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menjawab tantangan perubahan-perubahan jaman. Di sekolah swasta masih banyak dijumpai guru yang mengampu lebih dari satu mata pelajaran, input yang masih rendah, output yang belum mencapai 100%, sarana dan prasarana yang terbatas dan masalah sumber dana yang rendah menjadikan sekolah khususya kepala sekolah harus mampu mewujudkan mutu pendidikan dengan memadukan semua komponen-komponen manajemen. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini

(1) Bagaimanakah kinerja manajemen SMA swasta se-Kabupaten Kendal? (2)

Adakah perbedan kinerja manajemen sekolah antara sekolah akreditasi A, B dan C? Tujuan dari penelitian ini (1) Mengetahui bagaimanakah kinerja manajemen SMA swasta se-Kabupaten Kendal? (2) Mengetahui ada tidaknya perbedan kinerja manajemen sekolah antara sekolah akreditasi A, B dan C?

Populasi dalam penelitian ini adalah semua SMA swasta di Kabupaten Kendal yang berjumlah 14 sekolah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini antara lain kepemimpinan kepala sekolah, manajemen kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, sarana prasarana, keuangan, hubungan masyarakat, dan layanan khusus. Alat pengumpul data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, dan kuesioner (angket). Uji validitas menggunakan rumus product moment, dan reliabilitasnya menggunakan rumus alpha. Data-data yang telah terkumpul dianalisis menggunkan analisis data interpretasi skor dan uji anova.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah secara keseluruhan kinerja manajemen SMA dengan akreditasi A dan B tergolong dalam kategori sangat optimal atau sangat tinggi, sedangkan SMA dengan akreditasi C secara keseluruhan kinerja manajemennya tergolong dalam kategori optimal. Sekolah akreditasi A mempunyai kinerja manajemen yang lebih unggul daripada sekolah akreditasi B dan C. Sekolah swasta mempunyai kelemahan dan perbedaan pada tiap-tiap komponen manajemen sekolah, perbedaan yang mencolok terlihat pada aspek kesiswaan (input dan output). Dimana sekolah A lebih tinggi daripada B dan C. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan yaitu pelaksanaan manajemen di SMA secara keseluruhan sudah berjalan cukup baik. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak sekolah, sehingga dapat mewujudkan manajemen sekolah yang efektif dan efisien serta dapat meningkatkan mutu sekolah.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- i

PERSETUJUAN PEMBIMBING --- ii

PEGESAHAN KELULUSAN --- iii

PERNYATAAN --- iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN --- v

KATA PENGANTAR --- vi

SARI --- viii

DAFTAR ISI --- x

DAFTAR TABEL --- xiii

DAFTAR GAMBAR --- xvi

DAFTAR LAMPIRAN --- xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang --- 1

1.2. Perumusan masalah --- 7

1.3. Tujuan --- 7

1.4. Manfaat --- 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen --- 8

2.2. Manajemen Sekolah --- 9

2.2.1. Pengertian Manajemen Sekolah --- 9


(10)

x

2.2.3. Fungsi-Fungsi Manajemen Sekolah --- 12

2.2.4. Prinsip-Prinsip Manajemen Sekolah --- 14

2.2.5. Komponen-Komponen Manajemen Sekolah --- 15

2.3. Kinerja --- 40

2.3.1. Pengertian Kinerja --- 40

2.3.2. Unsur Kinerja --- 41

2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja --- 42

2.4. Kinerja Sekolah --- 42

2.5. Ukuran Keberhasilan Kinerja Sekolah --- 44

2.6. Manajemen Sekolah Menengah Atas (SMA) --- 45

2.7. Kajian Tentang Penelitian Terdahulu --- 48

2.8. Kerangka Berpikir --- 52

2.9. Hipotesis --- 58

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel--- 59

3.1.1. Populasi --- 59

3.1.2. Sampel --- 60

3.2. Variabel --- 60

3.3. Metode Pengumpulan Data --- 63

3.3.1. Metode Dokumentasi --- 64

3.3.2. Metode Angket --- 64

3.4. Validitas dan Reliabilitas --- 67


(11)

xi

3.4.2. Reliabilitas --- 70

3.5. Teknik Analisis Data --- 71

3.5.1. Analisis Data Dan Interpretasi Skor --- 71

3.5.2. Anova --- 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian--- 78

4.1.1. Deskripsi Latar Penelitian --- 78

4.1.2. Analisis Deskriptif Variabel Dan Indikator Penelitian --- 78

4.1.3. Anova --- 98

4.2. Pembahasan--- 99

4.2.1 Deskriptif kinerja dari masing-masing aspek manajemen ---- 99

4.2.2 Perbedaan dalam tiap aspek manajemen --- 106

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan --- 113

5.1.1 Deskriptif kinerja manajemen SMA swasta --- 113

5.1.2 Perbedaan kinerja manajemen SMA swasta --- 114

5.2. Saran--- 116

DAFTAR PUSTAKA --- 118


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kompetensi kepala sekolah --- 18

Tabel 2.2 Hasil penelitian terdahulu--- 48

Tabel 3.1 Populasi penelitian --- 59

Tabel 3.2Variabel penelitian --- 61

Tabel 3.3 Kriteria penskoran --- 65

Tabel 3.4 Hasil analisis validitas angket --- 68

Tabel 3.5 Distribusi skor manajemen sekolah--- 73

Tabel 3.6 Distribusi skor acuan manajemen sekolah --- 74

Tabel 3.7 Pengujian anova untuk menguji hipotesis k sampel --- 78

Tabel 4.1 Populasi penelitian --- 79

Tabel 4.2 Kepemimpinan kepala sekolah akreditasi A --- 80

Tabel 4.3 Kepemimpinan kepala sekolah akreditasi B --- 81

Tabel 4.4Kepemimpinan kepala sekolah akreditasi C--- 81

Tabel 4.5 Manajemen kurikulumsekolah akreditasi A --- 82

Tabel 4.6 Manajemen kurikulumsekolah akreditasi B --- 83

Tabel 4.7 Manajemen kurikulumsekolah akreditasi C --- 84

Tabel 4.8 Manajemen tenaga kependidikan sekolah akreditasi A --- 85

Tabel 4.9 Manajemen tenaga kependidikan sekolah akreditasi B --- 86

Tabel 4.10 Manajemen tenaga kependidikan sekolah akreditasi C --- 86

Tabel 4.11 Manajemen kesiswaan sekolah akreditasi A --- 87

Tabel 4.12 Manajemen kesiswaan sekolah akreditasi B --- 88

Tabel 4.13 Manajemen kesiswaan sekolah akreditasi C --- 89

Tabel 4.14 Manajemen keuangan dan pembiayaan sekolah akreditasi A - 90 Tabel 4.15 Manajemen keuangan dan pembiayaan sekolah akreditasi B - 91 Tabel 4.16 Manajemen keuangan dan pembiayaan sekolah akreditasi C - 91 Tabel 4.17 Manajemen sarana prasarana sekolah akreditasi A --- 92

Tabel 4.18 Manajemen sarana prasarana sekolah akreditasi B --- 93

Tabel 4.19 Manajemen sarana prasarana sekolah akreditasi C --- 93


(13)

xiii

Tabel 4.21 Manajemen hubungan masyarakat sekolah akreditasi B--- 94

Tabel 4.22 Manajemen hubungan masyarakat sekolah akreditasi C--- 95

Tabel 4.23 Manajemen layanan khusus sekolah akreditasi A --- 96

Tabel 4.24 Manajemen layanan khusus sekolah akreditasi B --- 97

Tabel 4.25 Manajemen layanan khusus sekolah akreditasi C --- 97


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen --- 120

Lampiran 2 Instrumen --- 126

Lampiran 3 Validitas Dan Reliabilitas --- 133

Lampiran 4 Rekapitulasi Masing-Masing Sekolah --- 142

Lampiran 5 Output anova --- 170

Lampiran 6 Output Uji Normalitas Dan Homogenitas --- 171

Lampiran 7 Daftar Sekolah Kab. Kendal --- 172

Lampiran 8 Profil Sekolah --- 177


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberi peluang bagi kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk melaksanakan inovasi dan improvisasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas dan profesionalisme yang dimiliki. Dengan demikian, sekolah dapat meningkatkan kemandirian disegala bidang untuk lebih meningkatkan layanan dan mutu pendidikan. Untuk mewujudkan mutu pendidikan maka diperlukan keterpaduan dari semua komponen pendidikan yang saling berkaitan. Komponen-komponen tersebut antara lain meliputi personel sekolah, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan, hubungan dengan masyarakat, dan adanya layanan khusus. Suatu satuan pendidikan akan dapat mencapai tujuannya apabila para personelnya dapat membangun jalinan kerjasama demi terwujudnya visi dan misi sekolah yaitu meningkatkan kualitas peserta didik.

Penelitian Helmi Abbas, S.Pd yang berjudul “Manajemen Peningkatan Mutu Barbasis Sekolah (MPMBS) dan Kemungkinan Penerapannya”, menyebutkan bahwa, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ditandai dengan adanya otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat tanpa mengabaikan kebijaksanaan nasional dengan harapan kemandirian sekolah, partisipasi orang tua dan masyarakat, efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Sedikitnya terdapat


(17)

tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka manajemen berbasis sekolah, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan. Komponen manajemen sekolah tersebut akan dikendalikan oleh pimpinan sekolah, dalam hal ini adalah peranan kepemimpinan kepala sekolah.

Di Kabupaten Kendal terdapat 14 SMA swasta. Dalam penelitian ini sekolah dikelompokkan berdasarkan tingkat akreditasi, yaitu sekolah dengan akreditasi A, B dan C, perbedaan tersebut sebagai dasar bagi peneliti untuk lebih dalam mengenai kinerja manajemennya, dengan akreditasi yang berbeda, tentunya menunjukkan kinerja manajemen yang berbeda pula.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2009 , rata-rata SMA swasta di Kabupaten Kendal memiliki visi dan misi yang berbeda. Namun masing-masing mempunyai sasaran yang sama yaitu untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Dalam bidang kurikulum, sekolah sudah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sesuai dengan Permendiknas tahun 2007 No. 19. Namun dalam pelaksanaannya belum bisa berjalan secara efektif dan masih banyak yang harus dibenahi dalam mengimplementasikannya. Dalam kegiatan belajar mengajar masih banyak dijumpai guru yang mengajar secara monoton/ tidak adanya variasi metode mengajar sehingga murid kurang mengikuti pelajaran dengan baik. Dalam bidang akademik, berdasarkan data tentang perkembangan nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) dari tahun pelajaran


(18)

2004/2005 s/d 2007/2008, SMA di Kab. Kendal mengalami penurunan (Sumber: Dikpora Kab. Kendal 2007/2008, lampiran 8 ).

Dalam manajemen tenaga kependidikan, khususnya kepala sekolah rata-rata sudah lulus S1. Sedangkan untuk tenaga pendidik terdiri dari guru tetap yayasan (GTY), guru tidak tetap (GTT), guru bantu (GB), dan guru honorer (GH). Di sekolah swasta masih ada sebagian guru yang mengampu lebih dari satu mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dengan pertimbangan bahwa SMA swasta melakukan kebijakan ini karena terkait dengan kemampuan sekolah dalam membayar gaji guru, dan dengan kebijakan tersebut diharapkan bisa menghemat pengeluaran untuk gaji guru dibandingkan harus menambah tenaga guru baru. Tenaga laboran dan pustakawan yang ada belum mempunyai latar belakang yang sama dengan tugas dan tanggungjawabnya.

Dalam bidang kesiswaan, khususnya input sekolah berasal dari SMP ataupun MTS. Dari aspek input (pemerimaan siswa), sekolah tidak mematok standar nilai, tetapi hanya mengacu pada kelulusan. Hal ini terjadi karena mereka yang mendaftar di SMA swasta adalah mereka yang tidak diterima di sekolah negeri dan menempatkan sekolah swasta pada alternatif kedua. Apalagi pada saat seperti sekarang ini jumlah penerimaan siswanya relatif menurun apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan sumber data keiswaan SMA Muh I Weleri, rencana penerimaan di sebesar 170, namun jumlah pendaftar yang diterima hanya 139. Sehingga ini menjadi tantangan bagi sekolah untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar inputnya tidak mengalami penurunan lagi.


(19)

Apabila dilihat dari aspek tingkat kelulusan, rata-rata SMA swasta masih banyak yang dibawah 100% (Sumber: Dikpora Kab. Kendal 2007/2008, lampiran 8).

Sekolah sebagai sistem, seharusnya mengahasilkan output yang dapat dijamin kepastiannya. Apabila ditinjau dari sudut lulusan, output lulusan adalah lulusan yang berguna bagi kehidupan, yaitu lulusan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan lingkungannya. Artinya lulusan ini mencakup juga outcome yaitu hasil dari investasi pendidikan yang selama ini dijalani siswa untuk menjadi suatu yang berguna dan bermanfaat. Secara kasat mata, outcome pendidikan sekolah dasar dan menengah adalah siswa dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi (Komariah, 2005: 6).

Manajemen keuangan dan pembiayaan SMA swasta memiliki Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Sumber dana sekolah swasta berasal dari swadaya BP3, swadaya komite, uang pembangunan siswa dan bantuan dari yayasan yang menaungi sekolah tersebut. Penggunaan sumber dana tersebut disesuaikan dengan kebutuhan sekolah.

Dalam hal sarana dan prasarana, sekolah swasta sudah cukup lengkap, namun kadang jumlahnya relatif masih sedikit. Dalam manajemen sarana prasarana ini terdapat buku inventarisasi yang tersusun secara lengkap dan sistematik. Pelaporannya dilakukan secara periodik setiap tahunnya. Akan tetapi penambahan sarana prasarananya tidak dapat dilaksanakan secara maksimal karena keterbatasan dana.

Untuk manajemen hubungan dengan masyarakat, sekolah melakukan kegiatan yang melibatkan pihak yayasan, partisipasi masyarakat sekitar, komite


(20)

sekolah maupun dengan wali murid. Dalam manajemen layanan khusus, meliputi manajemen perpustakan, kesehatan dan keamanan. Rata-rata perpustakaan yang ada sudah cukup lengkap, namun jumlahnya masih relatif sedikit. Untuk layanan kesehatan, rata-rata sekolah swasta sudah memiliki UKS. Disamping itu, sekolah juga menyediakan layanan keamanan, akan tetapi banyak sekolah yang belum mempunyai petugas keamanan khusus (security). Kebanyakan tugas keamanan dirangkap oleh tukang kebun sekolah.

Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pola manajemen sekolah antara lain penelitian Retnoning (2006) yang berjudul “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SLTPN 2 Klaten”, menyimpulkan bahwa, implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SLTPN 2 Klaten sudah baik. Sekolah mengimplementasikan komponen manajemen sekolah secara optimal. Dari penelitian tersebut disimpulkan, untuk mengetahui sekolah mempunyai kualitas kinerja manajemen, bisa diketahui melalui indikator implementasi komponen-komponen manajemen sekolahnya.

Penelitian oleh Gregg Steward Rowland yang berjudul “The management

of school based staff development in Australia secondary school” menjelaskan

bahwa Pelaksanaan MBS di Australia optimal dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap sekolah menengah, namun output belum optimal, karena dipengaruhi beberapa aspek komponen manajemen yang kurang dikembangkan secara optimal, antara lain: kepemimpinan kepala sekolah, kesiswaan, tenaga kependidikan dan peran serta masyarakat.


(21)

Untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efesien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan, kepemimpinan, perencanaan dan pandangan yang luas tentang sekolah dalam pendidikan. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam MBS. Dalin, Carron dan Chau dalam Suparlan (2007) menjelaskan bahwa kualitas pendidikan lebih ditentukan oleh cara sekolah mengelola sumber daya ketimbang oleh ketersediaan sumber dayanya sendiri. Selain itu yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah kemampuan kepala sekolah dalam meningkatkan proses belajar mengajar.

Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan MBS adalah segala usaha yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan MBS di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Implementasi manajemen sekolah bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien maka mutu lulusan (output) juga akan tinggi, dengan kata lain kinerja manajemen sekolah akan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu sekolah untuk mencetak lulusan yang berkualitas.

Berdasarkan uraian diatas dan merujuk pada penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang manajemen berbasis sekolah di SMA swasta. Terlebih belum pernah ada penelitian tentang MBS di SMA swasta di Kabupaten Kendal. Penelitian ini diberi judul ”Analisis Kinerja Manajemen Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta se-Kabupaten Kendal”.


(22)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang ingin penulis teliti adalah:

1. Bagaimanakah kinerja manajemen SMA swasta se-Kabupaten Kendal?

2. Adakah perbedan kinerja manajemen sekolah antara sekolah akreditasi A, B dan C?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja manajemen SMA swasta se-Kabupaten Kendal.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedan kinerja manajemen sekolah antara sekolah akreditasi A, B dan C.

1.4. Manfaat

1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya tentang manajemen berbasis sekolah

2. Bagi guru, dapat dijadikan landasan untuk menemukan langkah penyempurnaan diri dalam rangka membantu kepala sekolah mengelola pendidikan menengah

3. Bagi kepala sekolah, sebagai pedoman untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang akan dipergunakan di unit kerjanya dalam rangka mengoptimalkan kompetensi kepemimpinannya

4. Bagi sekolah, dapat dijadikan acuan dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya


(23)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Manajemen

Manajemen berasal dari kata ”managie” atau melatih dalam mengatur langkah-langkah. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Karena itu manajemen merupakan suatu sistem tingkah laku manusia yang kooperatif dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan kepemimpinan yang teratur melalui usaha yang terus menerus dilandasi tindakan yang rasional (Sagala, 2007: 50)

Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secaa sistematik, berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat atau seni oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas sedangkan dikatakan sebagai profesi karena manajemen dilandasi olah keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profsional dituntut oleh suatu kode etik.

Menurut G.R Terry dalam Sagala (2007: 52) manajeman adalah suatu proses yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan, menyelasaikan sasaran yang telah ditetapkan dengan menggunakan orang dan sumber-sumber daya lainnya. James A.F Stoner mengatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemberi pimpinan dan pengendalian dari suatu usaha dari


(24)

anggota organisasi yang penggunaan sumber-sumber daya organisatoris untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sedangkan Hadari Nawawi dalam Daryanto (1998: 10) mendefinisikan manajemen sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematik yang diselenggarakan dalam lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal.

Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2. Manajemen sekolah

2.2.1. Pengertian manajemen sekolah

Penggunaan istilah manajemen sekolah dapat dipandang secara esensial dari tiga pandang yaitu sebagai ilmu, seni, dan sebagai suatu proses kegiatan. Dipandang sebagai ilmu karena memiliki metode dalam mempelajarinya, selain itu juga memiliki sistematika baik didalam mempelajarinya maupun dalam aplikasinya. Sebagai seni, lebih ditekankan pada bagaimana seorang manajer dapat mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk bersama-sama menyelesaikan suatu proses kegiatan maka setiap orang yang terlibat dalam proses kerjasama dalam bidang persekolahan harus dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi dan perannya secara professional, contohnya guru dapat mengajar dengan baik, siswa dapat belajar dengan baik dan kepala sekolah jadi pemimpin yang bijak (Suprihatin, 2004: 2-3).


(25)

Menurut Sagala (2007: 55) manajemen sekolah merupakan proses pendayagunaan sumber daya sekolah melalui kegiatan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara lebih efektif dan efisien dengan segala aspeknya dengan menggunakan semua potensi yang tersedia agar tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien serta produktivitas sekolah yang bermutu. Setiap sekolah melaksanakan manajemen peningkatan mutu dengan langkah (1) merumuskan visi, misi, tujuan, dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan, (2) menyusun perencanaan sekolah menggunakan model perencanaan strategik, (3) melaksanakan program sekolah sesuai formulasi perencanaan, (4) melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap program kerja yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat efesiensidan efektivitas serta kualitas penyelenggaraan program sekolah, (5) menyusun laporan kemajuan sekolah dan melaporkannya kepada orang tua siswa kemajuan hasil belajar anak-anaknya di sekolah, melaporkan kemajuan sekolah kepada masyarakat dan stakeholders sekolah serta pemerintah daerah, dan (6) merumuskan program baru sebagai hasil evaluasi program sekolah dan kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan menggunakan perencanaan strategic sekolah.

Manajemen yang berkenaan dengan pemberdayaan sekolah merupakan alternatif yang paling tepat untuk mewujudkan sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan tinggi. Pemberdayaan adalah memberikan otonomi yang lebih luas dalam memecahkan masalah di sekolah. Oleh karena itu diperlukan suatu perubahan kebijakan dibidang manajemen pendidikan dengan prinsip


(26)

memberikan kewenangan mengelola dan mengambil keputusan sesuai tuntutan dan kebutuhan sekolah.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa manajeman sekolah adalah merupakan konsep pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan mutu dengan memberikan kewenangan kepada sekolah sesuai kebutuhan sekolah.

2.2.2. Tujuan manajemen sekolah

Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan sekolah sebagai suatu organisasi. Sekolah sebagai organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai yang disebut tujuan institusional umum dan institusional khusus.

Tujuan institusional umum mengacu pada jenjeng dan jenis pendidikan. Tujuan institusional khusus adalah (1) pada setiap jenis dan jenjang pendidikan terjadi adanya efektivitas produksi, para lulusannya dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan diatasnya, dapat bekerja sesuai dengan pengetahuan dan keterampilannya, (2) tercapainya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, tidak terjadi pemborosan baik waktu, tenaga maupun uang dan lain-lain, (3) para lulusannya mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan di masyarakat dan (4) terciptanya kepuasan kerja pada setiap anggota warga sekolah (Suprihatin, 2004: 3-5)


(27)

2.2.3. Fungís-fungsi manajemen sekolah a. Fungsi perencanaan

Perencanaan mengutamakan kontinuitas program sebagai lanjutan bagi terciptanya stabilitas kegiatan belajar mengajar disekolah. Sekolah harus membuat rencana jangka pendek pada setiap semester dan tahunan, karena kegiatannya selalu berubah. Perencanan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, berapa orang personal yang diperlukan dan berapa banyak biayanya. Tujuan perencanaan sekolah membantu sekolah menjelaskan pengelolaan sekolah sekarang dan masa yang akan datang, mendorong dan mendukung partisipasi masyarakat, mendorong adanya keputusan-keputusan tingkat sekolah dan mendorong tercapai ketentuan dalam perencanaan dan pelaksanaannya.

b. Fungsi pengorganisasian

Pengorganisasian sekolah adalah tingkat kemampuan kepala sekolah bersama guru, tenaga kependidikan dan personal lainnya di sekolah melakukan semua kegiatan manajerial untuk mewujudkan hasil yang direncanakan dengan menentukan sasaran, struktur tugas, wewenang dan tanggungjawab, fungsi-fungsi setiap personal secara proporsional sesuai tugas pokok dan fungsinya sehingga terlaksananya sesuai tugas pada berbagai unsur organisasi. Pengorganisasian juga menentukan alat-alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana dan sumber daya sekolah yang lebih proposional.


(28)

c. Fungsi penggerakan

Menggerakkan dalam organisasi sekolah adalah merangsang guru dan personal sekolah lainnya melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik untuk mencapai tujuan dengan penuh semangat. Dalam melaksanakan fungsi penggerakan kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru, tenaga kependidikan dan personal sekolah lainnya secara teratur mempelajari seberapa baik ia telah memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah.

d. Fungsi pengkoordinasian

Koordinasi dalam operasionalnya mengerjakan unit-unit, orang-orang, lalulintas informasi dan pengawasan sefektif mungkin, semuanya seimbang dan selaras dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pembagian kerja dan spesifikasi atas dasar tanggungjawab profesionalnya masing-masing berjalan menuju ke satu titik tercapainya tujuan pendidikan. Koordinasi yang baik akan berhasil dengan syarat (1) pembagian kerja yang jelas dalam organisasi sekolah, (2) membangun semangat kerjasama yang besar diantara kepala sekolah, guru, konselor, tenaga perencana, ahli kurikulum, supervisor dan petugas sekolah lainnya dan adanya organisasi informil yang sehat dalam tubuh organisasi yang bersangkutan, (3) tersedianya fasilitas kerja dan kontak hubungan yang cukup lancar bagi semua pihak dalam organisasi dan (4) memulai tahapan suatu kegiatan dengan benar dan mempertahankan kualitas pekerjaan sebagai proses yang kontinu.


(29)

e. Fungsi pengarahan

Pengarahan dilakukan agar kegiatan dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan kerjadinya pemborosan. Secara operasional pengarahan dapat dipahami sebagai pemberian petunjuk bagaimana tugas-tugas harus dilaksanakan, memberikan bimbingan selanjutya dalam rangka perbaikan cara-cara bekerja, mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan instruksi-instruksi yang diberikan agar tidak menyimpang dari arah yang ditetapkan, menghindarkan kesalahan yang diperkirakan dapat timbul dalam pekerjaan tersebut.

f. Fungsi pengawasan

Pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan mengetahui realitas perilaku personal sekolah dan apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai yang dikehendaki, kemuduan dari hasil pengawasan apakah dilakukan perbaikan. Pengawasan meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai rencana yang dibuat, instruksi yang dikeluarkan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.

(Sagala, 2007: 56-65)

2.2.4. Prinsip-prinsip manajemen sekolah

Yang dimaksud dengan prinsip (dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia) hádala dasar, azas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak). Dalam pengelolaan sekolah agar dapat mencapai tujuan sekolah dengan baik, maka perlu mandasarkan pada prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut:

a. Prinsip efisiensi yakni dengan menggunakan modal yang sedikit dapat menghasilkan hasil yang optimal.


(30)

b. Prinsip efectivitas yakni ketercapaian sasaran sesuai tujuan yang diharapkan c. Prinsip pengelolaan yakni seorang manager harus melakukan pengelolaan

sumber-sumber daya yang ada

d. Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan yakni seorang manager harus mengutamakan tugas-tugas pokoknya. Tugas-tugas yang bersifat operatif hendaknya dilimpahkan pada orang lain secara proporsional.

e. Prinsip kerjasama yakni seorang manager hendaknya dapat membangun kerjasama yang baik secara vertikal maupun horizontal

f. Prinsip kepemimpinan yang efektif yakni bagaimana seorang manager dapat memberi pengaruh, ajakan pada orang lain untuk pencapaian tujuan bersama.

2.2.5. Komponen-komponen manajemen sekolah

Hadari Nawawi dalam Daryanto (2007: 27) menyebutkan bahwa komponen manajemen sekolah meliputi bidang-bidang kegiatan (1) manajemen administrasif yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam organisasi atau kelompok kerjasama mengerjakan hal-hal yang tepat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan (2) manajemen operatif yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina agar dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-masing setiap orang melaksanakan dengan tepat dan benar.

Dalam buku ”Pedoman Umum Menyelesaikan Administrasi Sekolah Menengah” disebutkan bahwa komponen manajemen sekolah meliputi administrasi program pengajaran, administrasi murid atau siswa, administrasi


(31)

kepegawaian, administrasi keuangan, administrasi perlengkapan surat menyurat, administrasi perpustakaan pembinaan, dan administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat (Sagala, 2007: 26-27)

Sementara Mulyasa (2002: 39) menyebutkan sedikitnya ada tujuh komponen manajeman sekolah diantaranya adalah kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan. Komponen-komponen manajemen sekolah tersebut akan dikendalikan oleh pimpinan sekolah, yaitu kepala sekolah.

a. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut Suprihatin (2004: 61) kepemimpinan atau leadership termasuk ilmu terapan atau “applied science”, dari ilmu ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip, rumus-rumus serta dalil-dalilnya bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia. Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi disekolah. Pola kepemimpinannya sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan sekolah.

Menurut Sergiovanni dalam Sagala (2007: 88), kualitas pendidikan yang diterima disekolah akan menghasilkan kualitas belajar sebagai produk dari keefektifan manajerial kepala sekolah, yang didukung oleh guru dan staff lainnya sebagai cerminan keefektifan dan keberhasilan sekolah. Dalam prakteknya kepala sekolah harus memberikan pelayanan yang optimal mengenai kebutuhan tugas kepada guru dan personel sekolah lainnya. Jika kepala sekolah memberikan


(32)

pelayanan yang memadai kepada seluruh personel sekolah, maka mereka juga memberikan pelayanan yang optimal dalam memberikan layanan belajar.

Kepala sekolah termasuk pemimpin akademik, adalah pemain alam yang berangkat dari masing-masing latar pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman. Karena itu kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki jiwa entrepreneurship, konsep kelembagaan, dan visioner. Setiap kepala sekolah membawa pengaruh besar terhadap pengajaran untuk kebaikan atau keburukan. Kepala sekolah memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan berbagai aspek lingkungan sekolah dan kinerjanya dalam memantau perjalanan kearah masa depan yang menjanjikan.

Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola sekolah, menurut Permendiknas No.13 Tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, maka kepala sekolah harus memiliki beberapa kualifikasi dan kompetensi yang harus dipenuhi, kualifikasi dan kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

A. Kualifikasi

1. Kualifikasi Umum

a. Memilki kualitas akademik sarjana (SI) atau diploma empat (D IV) kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi

b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun.


(33)

c. Memilki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga berwenang

2. Kualifikasi Khusus

Kualifikasi khusus bagi kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah adalah sebagai berikut:

a. Berstatus sebagai guru SMA/MA.

b. Memilki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA.

c. Memilki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah.

B. Kompetensi

Seorang kepala sekolah harus memiliki beberapa kompetensi yang terdiri dari kompetensi keoribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Kompetensi-kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kompetensi-kompetensi kepala sekolah

Dimensi kompetensi Kompetensi

1. Kepribadian a. berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas dimadrasah/SMA.

b. memilki integritas kepribadian sebagai pemimpin


(34)

2. Manajerial

Sebagai Kepala Madrasah/ SMA.

d. Bersikap Terbuka Dalam Melaksanakan Tugas Pokok Dan Fungsinya

e. Mengendalikan Diri Dalam Menghadapi Masalah Dalam Pekerjaan Sebagai Kepala Madrasah/SMA.

f. Memilki Bakat Dan Minat Jabatan Sebagai Pemimpin Pendidikan

a. Menyusun Perencanaan Madrasah/SMA Untuk Berbagai Tingkatan Perencanaan.

b. Mengembangkan Organisasi Madrasah/SMA Sesuai Dengan Kebutuhan

c. Memimpin Madrasah/SMA Dalam Rangka Pendayagunaan Sumber Daya Madrasah Secara Optimal

d. Mengelola Perubahan Dan Pengembangan Madrasah Menuju Organisasi Pembelajar Yang Efektif

e. Menciptakan Budaya Dan Iklim Madrasah/SMA Yang Kondusif Dan Inovatif Bagi Pembelajaran Peserta Didik. f. Mengelola Guru Dan Staf Dalam Rangka Pendayagunaan

Sumber Daya Manusia Secara Optimal

g. Mengelola Sarana Prasarana Madrasah/SMA dalam Rangka Pendayagunaan Secara Optimal.

h. Mengelola Hubungan Madrasah/SMA Dan Masyarakat Dalam Rangka Pencarian Dukungan Ide, Sumber Belajar,


(35)

Dan Pembiayaan Madrasah.

i. Mengelola Peserta Didik Dalam Rangka Penerimaan Peserta Didik Baru, Dan Penempatan Dan Pengembangan Kapasitas Peserta Didik.

j. Mengelola Pengembangan Kurikulum Dan Kegiatan Pembelajaran Sesuai Dengan Arah Dan Tujuan Pendidikan Nasional.

k. Mengelola Keuangan Madrasah/SMA Sesuai Prinsip Pengelolaan Yang Akuntabel, Transparan, Dan Efisien. l. Mengelola Ketata Usahaan Madrasah/SMA Dalam

Mendukukng Pencapaian Tujuan Madrasah.

m. Mengelola unit layanan khusus madrasah/SMA dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik dimadrasah.

n. Mengelola sistem informasi madrasah/SMA dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan

o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen madrasah/SMA

p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan madrasah/SMA dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.


(36)

3. Kewirausahaan

4. Supervisi

5. Sosial

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan madrasah/SMA.

b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan madrasah/SMA sebagai organisasi pembelajar yang efektif.

c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin madrasah/SMA.

d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi madrasah/SMA. e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

produksi jasa madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. c. Menindaklanjuti hasil observasi akademik terhadap guru

dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan madrasah/SMA

b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang/ kelompok lain.


(37)

b. Manajemen kurikulum dan program pengajaran

Menurut Suprihatin (2004: 22) ada beberapa pengertian mengenai kurikulum. Kurikulum berasal dari kata ”curere” yang dikatabendakan menjadi

”curiculum” (kurikulum) yang secara epitomologi dapat diartikan antara lain:

1. Jarak yang ditempuh pelari atau kereta lomba 2. Pacuan, lomba berkereta, lari cepat

3. Perjalanan tanpa berhenti (satu kali perjalanan) 4. Peredaran waktu

5. Kereta untuk lomba 6. Jalan kehidupan

Kurikulum kemudian digunakan dalam dunia pendidikan dan diberi arti: 1. Secara tradisional

a. Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah

b. Suatu bahan pelajaran tentang yang dipelajari oleh anak c. Sesuatu yang diharapkan dipelajari anak disekolah

d. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijasah (Degree)

2. Secara konsepsi baru dalam pendidikan modern

a. Semua pengalaman anak yang menjadi tanggungjawab sekolah

b. Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar anak dikelas, tempat bermain dan diluar sekolah

Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian dari MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan


(38)

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat (Mulyasa, 2002: 40).

Kegiatan manajemen kurikulum dititik beratkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar mengajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya. Menurut Suryosubroto (2004: 42-44), kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting adalah:

a. Kegiatan yang amat erat dengan tugas guru 1. Pembagian tugas mengajar

2. Pembagian tugas atau tanggungjawab dalam membina ekstrakurikuler 3. Koordinasi penyusunan persiapan mengajar

b. Kegiatan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar 1. Penyusunan jadwal pelajaran

2. Penyusunan program (rencana) berdasar satuan waktu tertentu (caturwulan, semesteran, tahunan)

3. Pengisian daftar kemajuan murid 4. Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar 5. Laporan hasil evaluasi


(39)

Berdasarkan Permendiknas No 19 Tahun 2007 peraturan di bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 1) Sekolah atau madrasah menyusun KTSP

2) Penyusunan KTSP memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan, Standar isi, dan peraturan pelaksanaannya.

3) KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah, potensi atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. 4) Kepala sekolah/madrasah bertanggungjawab atas KTSP.

5) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum bertanggungjawab atas pelaksanaan penyusunan KTSP

6) Setiap guru bertanggungjawab menyusun sillabus setiap mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan standar isi, standar kompetensi lulusan, dan panduan penyusunan KTSP.

7) Dalam penyusunan sillabus, guru dapat bekerjasama dengan kelompok kerja guru, MGMP, LPMP atau perguruan tinggi.

8) Penyusunan KTSP dikoordinasi, disupervisi, dan difasilitasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi yang bertanggungjawab dibidang pendidikan, sedangkan untuk penyusunan KTSP Pendidikan agama islam oleh kantor wilayah Departemen Agama Provinsi.

b.Kalender pendidikan

1) Sekolah/madrasah menyusun kalender pendidikan yang meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur.


(40)

2) Penyusunan kalender akademik didasarkan pada standar isi, berisi mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah selama satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan dan mingguan, serta diputuskan dalam rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.

3) Sekolah menyusun jadwal penyusunan KTSP

4) Sekolah menyusun mata pelajaran yang dijadwalkan pada semester gasal, dan semester genap.

c. Program pembelajaran

1) Sekolah/madrasah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dan program pendidikan tambahan yang dipilihnya.

2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan, standar isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar Proses dan Standar Penilaian.

3) Mutu pembelajaran disekolah/madrasah dikembangkan dengan model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses, melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis, tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berfikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan dan memprediksi serta pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan oleh guru


(41)

4) Setiap guru mempertanggungjawabkan terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar peserta didik mampu meningkatkan rasa ingin tahu, mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan, mengolah informasi menjadi pengetahuan, menggunakan pengetahuan untuk untuk menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain, dan mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar.

5) Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kegiatan pembelajaran sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah

6) Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran.

7) Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya.

d.Penilaian hasil belajar peserta didik

1) Sekolah/madrasah menyusun program penilaian hasil belajar yang berkeadilan, bertanggungjawab dan berkesinambungan

2) Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada standar penilaian pendidikan.

3) Sekolah/madrasah menilai hasil belajar untuk seluruh kelompok mata pelajaran, dan membuat catatan keseluruhan, untuk menjadi bahan program remedial, klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan, laporan kepada


(42)

pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas atau kelulusan, dan dokumentasi

4) Seluruh program penilaian disosialisasikan kepada guru. 5) Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik.

6) Sekolah menetapkan prosedur yang mengatur transparasi sistem evaluasi hasil belajar.

7) Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang dinilai.

8) Sekolah menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai penilaian hasil belajar.

9) Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang diajarkan.

10) Seperangkatn metode penilaian yang sesuai dengan metode/strategi pembelajaran yang digunakan.

11) Sekolah menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian hasil belajar sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau

13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti bukti kesahihan, keandalan, dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan metode penilaian.

14) Sekolah/madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta didik, komite sekolah, dan institusi diatasnya.

e. Peraturan akademik

1) Sekolah menyusun dan menetapkan peraturan akademik.

2) Peraturan akademik berisi, persyaratan minimal kehadiran siswa, ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan kelulusan, ketentuan


(43)

mengenai hak siswa, ketentuan mengenai layanan konsultasi kepada guru mata pelajaran, wali kelas dan konselor.

3) Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah.

c. Manajemen tenaga kependidikan

Personel disekolah tentu saja meliputi unsur guru yang disebut tenaga edukatif dan unsur karyawan yang disebut tenaga administratif. Secara terperinci dapat disebutkan keseluruhan personel sekolah adalah kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan pesuruh atau penjaga sekolah.

Manajemen personal merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu para pegawai di sekolah, sehingga dapat membantu atau menunjang kegiatan-kegiatan sekolah (khususnya proses belajar mengajar) secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetepkan. Para personel harus diadministrasikan atau dikelola dengan baik agar mereka senantiasa aktif dan bergairah dalam menjalankan tugasnya sehari-hari (Suprihatin, 2004: 37)

Menurut Mulyasa (2002: 42) manajemen tenaga kependidikan (guru atau personal) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai. Manajemen tenaga kependidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.


(44)

Berdasarkan Permendiknas No 19 Tahun 2007, peraturan dibidang tenaga kependidikan yaitu:

1. Sekolah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan

2. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan

a. Disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

b. Dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah

3. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah.

4. Sekolah perlu mendukung upaya:

a. Promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan asas kamanfaatan, kepatutan dan profesionalisme

b. Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang diidentifikasi secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum dan sekolah

c. Penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan fisik jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan prioritas

d. Mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lainnya didasarkan pada analisis jabatan dengan diikuti orientasi tugas oleh pimpinan tertinggi sekolah yang dilakukan setelah empat tahun, tetapi bisa diperpanjang berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan untuk tenaga kepandidikan tambahan tidak ada mutasi


(45)

5. Sekolah mendayagunakan kepala sekolah sebagai pengelola sekolah, wakil kepala sekolah sebagai pembantu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana sebagai pembantu dalam mengelola sarana prasarana, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan sebagai pembantu dalam mengelola peserta didik, guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen pembelajaran, konselor memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik, instruktur memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik pada kegiatan pelatihan, tenaga perpustakaan melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan, tenaga laboratorium membantu guru mengelola kegiatan praktikum di laboratorium, tenaga administrasi menyelenggarakan pelayanan administratif, dan tenaga kebersihan malaksanakan tugas dalam memberikan layanan kebersihan lingkungan.

d. Manajemen kesiswaan

Manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan efisien demi terciptanya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut Mulyasa (2002: 46) manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen


(46)

kesiswaan ini bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan lancar, tertip dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut dibidang manajemen kesiswaan sedikitnya ada tiga tugas utama yang harus diperhatikan yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Menurut Ismed Syarif dalam Suryosubroto ( 2004: 74-78) menyebutkan bahwa langkah-langkah penerimaan murid baru diantaranya (1) membentuk panitia penerimaan murid, (2) menentukan syarat pendaftaran calon, (3) menyediakan formulir pendaftaran, (4) pengumuman pendaftaran calon, (5) waktu pendaftaran dan (6) penentuan calon yang diterima.

Berdasarkan Permendiknas No 19 Tahun 2007, peraturan dibidang kesiswaan yaitu:

1. Sekolah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik

2. Sekolah memberikan layanan konseling kepada peserta didik, melaksanakan kegiatan ekstra dan ekstrakurikuler untuk para peserta didik, melakukan pembinaan prestasi unggulan dan melakukan pelacakan terhadap alumni e. Manajemen sarana dan prasarana

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung


(47)

menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan munuju sekolah, tetapi apabila dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekeligus lapangan olahraga (Mulyasa, 2002: 49)

Manajemen sarana dan prasarana bertugas mengatur dan menjaga sarana prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi dan penghapusan serta penataan. Menurut Suharsimi, ditinjau dari fungsi atau peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar maka sarana pendidikan (sarana material) dibedakan menjadi tiga macam yaitu alat peraga, alat pelajaran dan media pengajaran. Dan diterangkan juga bahwa yang termasuk prasarana pendidikan adalah bangunan sekolah dan alat perabot sekolah. Prasarana pendidikan ini juga berperan dalam proses belajar mengajar walaupun tidak secara langsung.

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih dan rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun peserta didik untuk berada di sekolah. Disamping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran baik oleh guru sebagai pengajar maupun peserta didik sebagai pelajar (Mulyasa, 2002: 50).


(48)

Berdasarkan Permendiknas No 19 Tahun 2007 mengatur bidang sarana prasarana sebagai berikut:

1. Sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana prasarana.

2. Program pengelolaan sarana prasarana mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana dalam hal

a. Merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakansarana dan prasarana pendidikan

b. Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan

c. Melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah d. Menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai

dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat

e. Pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memeperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.

3. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik

4. Pengelolaan sarana prasarana sekolah

a. Direncanakan secara sistematis agar selaras dengan pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana

b. Dituangkan dalam rencana pokok yang meliputi gedung dan laboratorium serta pengembangannya.


(49)

5. Pengelolaan perpustakaan perlu

a. Menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku dan bahan pustaka lain

b. Merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka lain sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik

c. Membuka pelayanan minimal enam jam sehari pada jam kerja

d. Melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, baik internal maupun eksternal

e. Menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan dari sekolah lain baik negeri maupun swasta

6. Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan perkembangan IPTEK serta dilengkapi dengan manual yang jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan yang dapat menimbulkan kerusakan

7. Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler disesuaikan dengan perkembangan kegiatan ekstra-kurikuler peserta didik dan mengacu pada standar sarana dan prasarana.

f. Manajemen keuangan dan pembiayaan

Anggaran dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang afektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan pada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2002: 47)


(50)

Menurut Suprihatin (2004: 50) manajemen pembiayaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinu terhadap biaya operasional sekolah atau pendidikan, sehingga kegiatan operasional pendidikan semakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetepkan.

Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun keduanya yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan, (2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat baik mengikat maupun tidak mengikat. Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 1989 yang menerangkan bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam penentuan kebutuhan dana pendidikan, tanggungjawab atas penentuan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua (Mulyasa, 2002: 48)

Suprihatin (2004: 50-51) menyebutkan secara garis besar kegiatan pembiayaan meliputi pengumpulan atau penerimaan dana (dana rutin, SPP, sumbangan BP3, donasi dan usaha-usaha halal lainnya), penggunaan dana dan pertanggungjawaban dana kepada pihak-pihak terkait yang berwewenang. Dana yang datang atau masuk disebut dana masukan (input) yang kemudian setelah dilakukan perencanaan anggaran (budgeting), lalu digunakan dalam proses atau


(51)

operasional pendidikan (througput) dan akhirnya dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang berlaku bersama hasil usaha (output) yang dihasilkannya. Terhadap setiap penggunaan biaya atau uang dilakukan pembukuan (accounting)

yang tertip sesuai peraturan yang berlaku, seperti penggunaan buku kas tabelaris, buku skontro, buku penerimaan SPP, buku bantu dan sebagainya.

Dalam rangka implementasi MBS, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai tahap penyusunan anggaran, penggunaan sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran-kebocoran serta bebas dari penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Komponen utama manajemen keuangan meliputi (1) prosedur anggaran, (2) prosedur akuntansi keuangan, (3) pembelajaran pergudangan dan prosedur pendistribusian, (4) prosedur investasi, dan (5) prosedur pemeriksaan.

Berdasarkan Permendiknas No 19 Tahun 2007, peraturan bidang keuangan dan pembiayaan meliputi:

1. Sekolah menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada standar pembiayaan

2. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional mengatur a. sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang dikelola

b. penyusunan dan pencairan anggaran serta penggalangan dana diluar dana investasi dan operacional


(52)

c. kewenangan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam membelanjakan anggaran pendidikansesuai dengan peruntukannya

d. Pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran untuk dilaporkan kepada komite sekolah serta institusi diatasnya.

3. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional diputuskan oleh komite sekolah dan ditetapkan oleh kepala sekolah, serta mendapatkan persetujuan institusi diatasnya.

4. Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah untuk menjamin tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan akuntabel.

g. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat

Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya serta dari publiknya pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah semakin efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Sekolah harus tetep merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat sehingga melalui kegiatan-kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikulernya, sekolah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan sikap para peserta didiknya agar dapat mempersiapkan dirinya untuk menyongsong tugas-tugasnya dimasa depan serta dapat membangun dirinya demi dapat ikut bertanggungjawab terhadap


(53)

pembangunan masyarakat, bangsa dan negaranya, baik secara individual maupun secara berkelompok (Suprihatin, 2004: 56-57)

Menurut Ibnoe Syamsi dalam Suryosubroto (2004: 155) menyebutkan bahwa hubungan masyarakat adalah kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukungnya dengan sadar dan sukarela. Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk (1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, (2) memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan harmonis antara sekolah dengan masyarakat. Hal tersebut antara lain dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan (Mulyasa, 2002: 50)

Berdasarkan Permendiknas No 19 Tahun 2007 peraturan mengenai peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah meliputi:

1. Sekolah melibatkan warga dan masyarakat pendukung sekolah dalam mengelola pendidikan.

2. Warga sekolah dilibatkan dalam pengelolaan akademik.

3. Masyarakat pendukung sekolah dilibatkan dalam pengelolaan non-akademik.


(54)

4. Keterlibatan peran serta warga skolah dan masyarakat dalam pengelolaan dibatasi pada kegiatan tertentu yang ditetapkan

5. Setiap sekolah menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output dan pemanfaatan lulusan

6. Kemitraan dilakukan dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah 7. Kemitraan SMA dilakukan minimal dengan perguruan tinggi.

8. Sistem kemitraan sekolah ditetapkan dengan perjanjian secara tertulis. h. Manajemen layanan khusus

Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien (Mulyasa, 2002: 52)

Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya dikelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun dirumah. Disamping itu, juga memungkinkan guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual (Suprihatin, 2004: 60)

Manajeman khusus lainnya adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusian Indonesia seutuhnya,


(55)

yaitu”.... manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani”. Disamping itu juga sekolah perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan tenang dan nyaman (Mulyasa, 2002: 52)

2.3. Kinerja

2.3.1 Pengertian kinerja

Pengertian kinerja (prestasi untuk kerja) adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2003: 136-137). Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai produktivitas organisasi yang tinggi.

Swasto (1996) menjelaskan bahwa kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan individu dalam kurun waktu tertentu. Peter F. Drucker dalam Sagala (2007: 179) menyatakan bahwa kinerja adalah uji tuntas terhadap institusi. Sedangkan Harris, Meintyre, Littleton dan Long mengatakan bahwa kinerja adalah perilaku yang menunjukkan kompetensi yang relevan dengan tugas yang realistis dan gambaran perilaku di fokuskan pada konteks pekerjaan yaitu perilaku diwujudkan untuk memperjelas deskripsi-deskripsi kerja menentukan kinerja yang akan memenuhi kebutuhan organisasi yang diinginkan.

Kata ”kinerja” adalah terjemahan dari kata dalam bahasa inggris


(56)

Kirkpatrick dan Nixon dalam Sagala (2006:179) mengartikan kinerja sebagai ukuran kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (direncanakan) sebelumnya.

Unsur-unsur kinerja menurut Chaplin terdiri atas aktivitas, tingkah laku (behavior) dan produktivitas. Aktivitas (activity) adalah gerakan atau tingkah laku organisme semua proses mental atau fisiologis. Tingkah laku (behavior) adalah sembarang resppon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan)yang dilakukan secara khusus dari satu kesatuan pola reaksi mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami oleh seseorang. Produktivitas (productivener) daya produksi, kualitas kemampuan yang kreatif, kualitas kesanggupan menyelesaikan sebagian besar tugas seperti penelitian, publikasi dan lain-lain. Penilaian kinerja kepala sekolah adalah upaya meningkatkan menajemen sekolah yang efektif yaitu derajat sekolah mencapai tujuannya, efisien dan berkualitas yaitu kualitas menejerial dan kualitas layanan belajar (Sagala, 2007: 180).

2.3.2 Unsur Kinerja

Berdasarkan pengertian di atas kinerja mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu: a. Unsur waktu, dalam hasil-hasil yang dicapai oleh usaha-usaha tertentu,

dinilai dalam satu putaran waktu atau sering disebut periode. Ukuran periode dapat menggunakan satuan jam, hari, bulan, maupun tahun.

b. Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil tersebut merupakan hasil rata-rata pada akhir periode tersebut. Hal ini tidak berarti mutlak setengah periode harus memberikan hasil setengah dari keseluruhan.

c. Unsur metode, dalam arti seorang pegawai harus meguasai betul dan bersedia mengikuti pedoman yang telah ditentukan, yaitu metode kerja yang


(57)

efektif dan efisien, ditambah pula dalam bekerjanya pegawai tersebut harus bekerja dengan penuh gairah dan tekun serta bukan berarti harus bekerja berlebihan.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar. Ada dua macam faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang, yaitu:

a. Faktor Individual, yaitu faktor yang meliputi sikap, sifat-sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasinya, unsur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budayadan variabel-variabel personal lainnya.

b. Faktor Situasional, yaitu faktor sosial dan organisasi, meliputi: kebijaksanaan organisasi, jenis pelatihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

c. Faktor Fisik dan Pekerjaan, meliputi: metode kerja, desain dan kondisi alat-alat kerja, penataan ruang kerja dan lingkungan kerja (seperti penyinaran, kebisingan, dan fentilasi).

2.4. Kinerja sekolah

Dalam kitannya dengan dunia pendidikan, salah satu tujuan penilaianadalah mengukur kemempuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang ditargetkan. Disamping mengukur kemampuan peserta didik, dalam dunia persekolahan juga akan menilai program-program sekolah. Penilaian adalah upaya sistematis mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menafsirkan data, fakta dan


(58)

informasi (yang dapat dipertanggungjawabkan) dengan tujuan mengumpulkan nilai atau perangkat kompetensi seseorang dalam satu bidang keahlian keprofesian kependidikan seperti kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan berdasarkan norma kriteria tertentu, serta menggunakan kesimpulan tersebut dalam proses pengembalian keputusan kinerja yang direkomendasikan.

Tujuan utama pendidikan adalah meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses sosialisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut ada sejumlah faktor yang menjadi penentu kinerja sekolah seperti kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, dukungan ahli manajemen sekolah, ketersediaan sarana prasarana sekolah, penggunaan secara optimal fasilitas belajar dikelas, laboratorium, perpustakaan dan tempat belajar lainnya serta ketersediaan anggaran yang mendukung penyelenggaraan penggunaan sekolah (Sagala, 2007: 179)

Peter dan Waterman adalah konsultan yang pernah melakukan kajian mendalam terhadap beberapa perusahaan Amerika yang mencapai tingkat kinerja unggul. Hasil kajiannya menyimpulkan ada tujuh faktor penyumbang terhadap efektivitas organisasi menggambarkan kinerja organisasi yang kemudian dipopulerkan dengan sebutan 7S Framework, yang terdiri dari strategi, struktur, sistem, staff, style (gaya), skill (keahlian), shared values (superordinate goals / nilai-nilai bersama).

Ketujuh faktor tersebut saling terkait dan berhubungan menyumbang keseluruhan kinerja sekolah. Karakteristik kinerja organisasi dapat digambarkan (1) karakteristik organisasi, terdiri dari struktur dan teknologi, (2) karakteristik lingkungan, meliputi lingkungan intern dan ektern, (3) karakteristik karyawan,


(59)

terdiri dari komitmennya kepada organisasi dan kinerja individual dan tim, dan (4) kebijakan dan praktik manajemen mencakup (a) penyusunan tujuan strategis, (b) pencariandan pendayagunaan sumber daya yang tersedia, (c) menciptakan lingkungan berprestasi, (d) proses komunikasi, (e) kepemimpinan dan pengambilan keputusan, dan (f) inovasi dan adaptasi organisasi.

2.5. Ukuran keberhasilan kinerja sekolah

Ukuran-ukuran keberhasilan dalam kinerja sekolah dapat diamati dan dapat diukur secara cermat dan tepat. Ukuran-ukuran keberhasilan yang sering digunakan dalam pekerjaan adalah ciri kepribadian dalam bentuk sifat (prakarsa, kemampuan dalam bekerjasama dan hasil atau prestasi kerja) (Sagala, 2007: 184). Sedangkan Bocal (1999) mengemukakan bahwa kinerja dapat diukur melalui (1) penyelesaian pekerjaan pada waktunya, (2) penunjukan keahlian dan kemampuan yang diperlikan dalam pekerjaan, (3) pertunjukkan kreativitas dan inisiatif, (4) pemenuhan target.

Keberhasilan sebenarnya suatu kinerja adalah kemampuan mengelola sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan serta dapat mempertahankan pencapaian pada tingkat operasi yang efektif dan efisien. Menurut Ducker dalam Sagala (2007: 182) menyebutkan bahwa seorang manajer disebut efisien manakala menghasilkan output yang sebesar-besarnya dari input yang sekecil-kecilnya. Sedangkan seorang manajer disebut efektif manakala mampu menentukan pilihan pekerjaan yang tepat untuk dilaksanakan. Tegasnya bahwa kinerja sekolah hasil atau tingkat keberhasilan kerja personel sekolah secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai


(60)

kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran sesuai kriteria yang ditentukan.

Menurut Sergiovani dalam Sagala (2007: 183) menyatakan bahwa sekolah yang efektif dapat mempengaruhi kepuasan kerja yang secara eksplisit muncul sebagai performansi dan kinerja kepala sekolah serta personal sekolah lainnya dalam bentuk kehadiran, kesehatan fisik dan kesehatan mental. Penilaian kinerja kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan dilihat dari kemampuannya menggunakan sumber daya seminimal mungkin untuk mencapai tujuan maksimal dan mampu menentukan pilihan pekerjaan yang tepat untuk dilaksanakan.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja personal sekolah yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan adalah (1) human performance yang menggambarkan kemampuan (ability) yang didukung oleh motivasi yang kuat (2) kemampuan yang menggambarkan pengetahuan (knowledge) didukung oleh keterampilan (skill) dan (3) motivasi (motivation) yang menggambarkan sikap didukung oleh situasi yang kondusif untuk itu.

2.6. Manajemen Sekolah Menengah Atas (SMA)

Katenagaan Sekolah Menengah Atas (SMA) menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI NO. 053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan bidang pendidikan dasar dan menengah pada Sekolah Menengah Atas (SMA) terdiri dari kepala sekolah berijazah serendah-rendahnya S1 berasal dari LPTK atau non LPTK dengan akta mengajar, wakil kepala sekolah, kepala urusan tata usaha, guru mata pelajaran berijazah serendah-rendahnya S1 berasal dari LPTK atau non


(61)

LPTK dengan akta mengajar sesuai bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya, guru pembimbing, laboran, pustakawan, dan petugas tata usaha.

Setiap Sekolah Menengah Atas (SMA) menetapkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Dalam sistem ini kepala sekolah bersama dewan guru dan warga sekolah lainnya secara mandiri, transparan, dan bertanggungjawab melaksanakan program sekolah mencapai visi, misi dan target mutu yang diamanatkan oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan di sekolah (stakeholders pandidikan).

Untuk mencapai tujuan tersebut sekolah:

1. Merumuskan visidan misi yang jelas serta terarah sesuai dengan visi, misi dan standar mutu pendidikan nasional

2. Merencanakan dan melaksanakan program SMA yang telah ditetapkan 3. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program

4. Menyusun laporan dan mengevaluasi keberhasilan program

5. Merumuskan program baru sebagai kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan

Untuk mengawasi tercapainya program, maka dilakukan kontrol melalui (1) pemantauan dan pengawasan internal dan eksternal, (2) transparansi manajemen dan (3) akuntabilitas publik. Penilaian sekolah dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan, pelaksanaan kurikulum dan penilaian kinerja sekolah sebagai satu kesatuan secara menyeluruh.


(62)

Penilaian sekolah harus dapat bersifat nasional (pemerintah pusat), lokal (pemerintah daerah), dan sekolah itu sendiri sesuai dengan tujuan dan lingkupnya serta prinsip MBS. Komponen penting penilaiannya adalah sebagai berikut:

1. Kurikulum nasional maupun muatan lokal dilihat dari ketersediaan, persebarannya, keterlaksanaandan persentase daya serap

2. Peserta didik dilihat dari angka partisipasi kasar (APK), angka partisipasi murni (APM), angka pendaftaran peserta didik, angka putus sekolah (APS), angka mengulang, kelangsungan belajar peserta didik (survival rate), dan persentase kelulusan

3. Ketenagaan yaitu kinerja personal sekolah, kualifikasi dan keahlian tenaga guru dan tenaga kepandidikan, dan ratio guru dengan peserta didik

4. Organisasi sekolah yaitu struktur organisasi, personalia, uraian tugas, dan mekanisme kerja

5. Pembiayaan yaitu ketersediaan anggaran yang bersumber dari pemerintah dan masyarakat, serta komponen yang harus dibiayai

6. Sarana dan prasarana yaitu ketersediaan dan perawatan lahan, bangunan, perabot, peralatan laboratorium dan media, buku teks, sarana dan peralatan olahraga, sarana dan peralatan seni, infrastruktur, dan sebagainya

7. Manajemen sekolah yaitu pemahaman visi dan misi sekolah, tingkat kehadiran guru dan tenaga kependidikan serta personal lainnya, tingkat kehadiran peserta didik, kinerja sekolah, dan tertib administrasi


(63)

8. Peran serta masyarakat yaitu dukungan dan peran serta komite sekolah, perhatian orang tua, peran serta tokoh masyarakat, peran serta dunia usaha, dan sebagainya

(Sagala, 2007: 174-175)

2.7. Kajian Tentang Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lanjutan. Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang manajemen berbasis sekolah (MBS). Hasil dari penelitiannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.2

Hasil penelitian terdahulu

No Pengarang dan judul Hasil

1 Zanto (2008) Penerapan MBS berpengaruh terhadap kualitas kelulusan siswa baik secara parsial (variabel manajemen) maupun secara simultan (bersama-sama) yaitu sebesar 40,6%

Implementasi MBS dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Lulusan Siswa SMA N I Parakan Kab. Temanggung Tahun Ajaran 2006/2007.

2 Andini Arsika Sari (2008) Secara rata-rata implementasi kinerja manajemen kurikulum, manajemen kependidikan, manajemen kesiswaan, dan Manajemen sarana prasarana di SMA se-Kab. Jepara sudah ideal, walaupun masih ada sebagian aspek yang masih perlu dioptimalkan dan ada perbedaan

implemantasinya, yaitu perbedaan kinerja implementasi masing-masing komponen manajemen sekolah.

Analisis kinerja manajemen

kurikulum, manajemen kependidikan, manajemen kesiswaan, dan

manajemen sarana prasarana di SMA se-Kab. Jepara

3 Retnoning (2006) Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SLTPN 2 Klaten sudah baik. Sekolah Implementasi Manajemen Berbasis


(1)

kesiswaan

total keuangan dan pembiayaan total input proses output sumber penggunaan laporan

15 32 12 59 10 10 10 30

10 25 12 47 9 4 5 18

12 29 12 53 8 5 8 21

14 30 13 57 6 8 9 23

12 30 11 53 8 9 4 21

10 31 12 53 7 6 5 18

10 32 11 53 5 6 8 19

9 35 12 56 8 8 9 25

8 24 11 43 9 7 6 22

13 28 13 54 10 7 8 25

11.3 29.6 11.9 52.8 8 7 7.2 22.2

sarana prasarana

total

hubungan masyarakat

total pengadaan pemeliharaan inventarisasi

hub masy

hub instansi

10 9 20 39 19 15 34

9 8 19 36 18 12 30

8 7 15 30 17 10 27

7 10 17 34 14 10 24

7 4 15 26 14 13 27

5 8 16 29 10 14 24

6 9 13 28 14 10 24

8 7 15 30 15 10 25

9 7 12 28 15 15 30

9 8 10 27 16 14 30

7.8 7.7 15.2 30.7 15.2 12.3 27.5

layanan khusus

total perpustakaan kesehatan keamanan

15 14 8 37

14 12 9 35

12 12 7 31

14 12 6 32

12 14 8 34

13 10 9 32

10 13 4 27

11 13 5 29

11 10 8 29

13 15 6 34


(2)

Res kepemimpinan kepala sekolah total kepribadian manajerial kewirausahaan supervisi sosial

R-21 19 42 11 11 12 95

R-22 21 59 10 8 12 110

R-23 24 57 13 11 12 117

R-24 25 62 15 15 15 132

R-25 25 54 14 12 13 118

R-26 16 30 7 6 8 67

R-27 17 55 11 14 14 111

R-28 20 58 13 12 11 114

R-29 25 61 14 10 13 123

R-30 20 50 13 15 14 112

JUMLAH 21.2 52.8 12.1 11.4 12.4 109.9

kurikulum program pengajaran

total KTSP kalender

prog

pemb penilaian per.akademik

12 12 56 31 11 122

13 14 57 28 12 124

13 12 53 24 13 115

9 5 34 33 13 94

15 15 61 33 12 136

6 5 37 25 7 80

13 15 58 33 13 132

11 7 64 31 14 127

14 14 46 34 13 121

13 15 62 35 11 136

11.9 11.4 52.8 30.7 11.9 118.7

tenaga kepandidikan

total wakasek guru konselor pustakawan laboran administrasi

15 7 6 6 6 8 48

18 7 8 6 2 8 49

16 8 7 6 4 8 49

16 9 9 9 6 9 58

16 9 8 8 7 8 56

16 6 6 6 8 6 48

17 10 7 6 4 9 53

17 9 9 7 9 9 60

15 9 9 7 9 9 58

16 6 7 9 7 9 54


(3)

kesiswaan

total keuangan dan pembiayaan total input proses output sumber penggunaan laporan

11 27 12 50 7 7 8 22

12 23 11 46 7 6 8 21

11 22 10 43 6 6 7 19

10 29 10 49 7 8 6 21

14 27 11 52 8 6 7 21

11 27 11 49 6 4 6 16

12 23 14 49 6 4 7 17

11 25 13 49 4 7 6 17

13 26 12 51 6 8 7 21

10 24 13 47 7 7 6 20

11.5 25.3 11.7 48.5 6.4 6.3 6.8 19.5

sarana prasarana

total

hub masy

total pengadaan pemeliharaan inventarisasi

hub masy

hub instansi

6 7 15 28 14 12 26

8 6 17 31 14 10 24

8 8 13 29 16 15 31

7 7 17 31 11 12 23

8 10 14 32 18 14 32

8 6 14 28 18 12 30

7 7 16 30 16 13 29

8 9 18 35 13 12 25

9 7 16 32 17 14 31

8 9 16 33 14 13 27

7.7 7.6 15.6 30.9 15.1 12.7 27.8

layanan khusus

total perpustakaan kesehatan keamanan

9 12 7 28

14 10 8 32

6 11 9 26

15 11 7 33

10 10 7 27

12 13 8 33

14 12 7 33

14 13 7 34

15 12 8 35

10 13 9 32


(4)

Res kepemimpinan kepala sekolah total kepribadian manajerial kewirausahaan supervisi sosial

R-81 20 42 11 10 13 96

R-82 15 59 10 12 12 108

R-83 48 55 12 14 14 143

R-84 16 56 14 13 12 111

R-85 17 38 13 12 12 92

R-86 20 43 13 12 12 100

R-87 14 37 10 12 10 83

R-88 16 56 10 10 10 102

R-89 19 54 12 11 11 107

R-90 20 57 10 11 11 109

JUMLAH 20.5 49.7 11.5 11.7 11.7 105.1

kurikulum program pengajaran

total KTSP kalender

prog

pemb penilaian per.akademik

12 10 56 33 10 121

14 10 52 33 12 121

10 10 50 22 12 104

13 10 42 25 14 104

12 10 48 24 13 107

13 10 47 26 11 107

14 10 43 35 11 113

13 10 52 36 10 121

10 10 51 38 10 119

10 10 46 40 12 118

12.1 10 48.7 31.2 11.5 113.5

tenaga kepandidikan

total wakasek guru konselor pustakawan laboran administrasi

12 8 8 5 5 8 46

15 5 5 8 6 8 47

13 6 3 9 6 8 45

13 8 6 6 6 8 47

13 6 4 4 6 8 41

14 5 5 7 4 8 43

18 7 7 5 7 8 52

19 5 6 6 8 8 52

20 6 5 8 7 8 54

19 8 3 9 5 8 52


(5)

kesiswaan

total keuangan dan pembiayaan total input proses output sumber penggunaan laporan

9 20 8 37 5 5 4 14

8 23 10 41 7 8 7 22

6 25 13 44 7 7 6 20

7 21 11 39 6 6 8 20

7 24 9 40 5 5 6 16

8 24 9 41 6 5 5 16

8 20 10 38 4 5 3 12

9 20 9 38 8 4 4 16

6 19 12 37 6 4 2 12

8 16 11 35 3 2 7 12

7.6 21.2 10.2 39 5.7 5.1 5.2 16

sarana prasarana

total

hubungan masyarakat

total pengadaan pemeliharaan inventarisasi

hub masy

hub instansi

5 5 12 22 16 12 28

8 7 10 25 15 12 27

6 6 10 22 18 10 28

8 7 10 25 14 10 24

6 6 11 23 15 12 27

7 8 13 28 13 13 26

6 3 14 23 13 14 27

5 5 12 22 13 10 23

4 4 12 20 11 10 21

3 3 11 17 12 10 22

5.8 5.4 11.5 22.7 14 11.3 25.3

layanan khusus

total perpustakaan kesehatan keamanan

10 10 8 28

8 8 8 24

9 9 5 23

12 12 6 30

9 10 7 26

10 12 6 28

10 13 4 27

12 9 6 27

13 10 5 28

14 11 6 31


(6)

Keywords:

Comments:

Creation Date:

21/03/2011 0:29:00

Change Number:

2

Last Saved On:

21/03/2011 0:29:00

Last Saved By:

pakdede

Total Editing Time: 2 Minutes

Last Printed On:

21/03/2011 7:27:00

As of Last Complete Printing

Number of Pages: 180

Number of Words:

32.986 (approx.)

Number of Characters:

188.023 (approx.)