Identifikasi Risiko Bank Syariah

26 manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan. Akan memunculkan perbedaan kepentingan dan informasi yang tidak lengkap asymetry information antara pemilik perusahaan principal dengan agen agent. Perbedaan sangat mungkin terjadi karena para agen tidak perlu menanggung resiko sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis, begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh principal. Karena tidak menanggung resiko dan tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para principal, maka agen cenderung membuat keputusan yang tidak optimal Jensen dan Meckling, 1976:5 Pembiayaan mudharabah rentan terhadap resiko kerugian karena 2 faktor yang pertama yaitu faktor internal yang berupa kurangnya SDM yang ahli dalam penerapan pembiayaan syariah khususnya pada pembiayaanmudharabah dan yang kedua faktor eksternal yang berupa kondisi masyarakat yang tingkat kejujurannya dan keamanahannya belum terjamin Muhammad, 2008:2. Dalam pembiayaan mudharabah ini dibutuhkannya keterbukaan antara kedua belah pihak mengenai untung rugi suatu bisnis yang dijalankan, jika nasabah tidak menyampaikan secara transparant tentang hasil yang diperoleh maka aktivitas tersebut menimbulkan masalah keagenan yang berupa adverse seletion maupun moral hazard.

6. Identifikasi Risiko Bank Syariah

27 Penerapan manajemen risiko pada perbankan syariah disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan Bank. Bank Indonesia menetapkan aturan manajemen risiko ini sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh BUS dan UUS sehingga perbankan syariah dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi namun tetap dilakukan secara sehat, istiqomah, dan sesuai dengan Prinsip Syariah. Pada peraturan Bank Indonesia Nomor 1323PBI2011 pasal 5, bahwa termasuk dalam kelompok Risiko Kredit adalah Risiko konsentrasi pembiayaan. Risiko konsentrasi pembiayaan merupakan Risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya penyediaan dana kepada 1 satu pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor, atau area geografis tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar yang dapat mengancam kelangsungan usaha Bank. Risiko ini timbul apabila Bank memberikan pembiayaan berbasis bagi hasil kepada nasabah dimana bank ikut menanggung risiko atas kerugian usaha nasabah yang dibiayai profit and loss sharing. Dalam hal ini, perhitungan bagi hasil tidak hanya didasarkan atas jumlah pendapatan atau penjualan yang diperoleh nasabah namun dihitung dari keuntungan usaha yang dihasilkan nasabah. Apabila usaha nasabah mengalami kebangkrutan, maka jumlah pokok pembiayaan yang diberikan bank kepada nasabah tidak akan diperoleh kembali. Masalah keagenan juga rentan muncul pada pembiayaan berbasis bagi hasil yang dimana terdapat 28 perbedaan kepentingan antara mudharib dan shahibul maal sehingga memungkinkan mudharib menyembunyikan keuntungan yang sebenarnya, dan hal ini akan mengurangi keuntungan shahibul maal. Berdasarkan masalah ini diperlukan suatu mekanisme dalam memotivasi mudharib sehingga dapat mengalokasikan dananya pada bisnis yang tepat serta tidak menyembunyikan keuntungan yaitu dengan monitoring terhadap usaha yang dilakukan oleh mudharib, dan apabila shahibul maal terkonsentrasi pada satu atau beberapa jenis usaha saja maka akan mempermudah kontrol terhadap kebijakan yang diambil oleh mudharib.

7. Non Performing Financing