37
yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.
3 Inflasi Diimpor Imported Inflation Inflasi ini dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga
barang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang- barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai
peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan- perusahaan atau dalam setiap kegiatan produksi.
11. Tingkat Bagi Hasil
Menurut Veithzal 2008 Tingkat bagi hasil equivalen rate adalah rata-rata tingkat imbalan atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah
bagi bank syariah pada saat tertentu, dinyatakan dalam prosentase. Equivalen rate juga dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian atas
investasi yang telah ditanamkan. Equivalent rate perannya hampir sama dengan bunga pada bank konvensional, yaitu memberikan gambaran
seberapa besar tingkat pengembalian atas investasi yang ditanam. Bedanya, bunga langsung diperjanjikan diawal kontrak sebelum investasi
berjalan. Sedangkan equivalent rate dihitung oleh pihak bank setiap akhir bulan setelah investasi yang dijalankan memberikan hasil. Nasabah dapat
melihat berapa equivalent rate bank bulan lalu untuk memberikan perkiraan berapa equivalent rate bank pada bulan berjalan. Vera Susanti,
2015:114 Variabel tingkat bagi hasil dapat diukur dengan:
38
TBH = ℎ
ℎ ℎ
× Faktor yang mempengaruhi bagi hasil terdiri dari Antonio, 2001:139
adalah: a. Faktor Langsung
1 Investment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana yang diperoleh LKS. Jika LKS
menentukan investment rate 85, hal ini berarti 15 dari total dana adalah sisa dana yang tidak diinvestasikan merupakan dana
yang dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. 2 Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung menggunakan salah satu metode ini :
a Rata-rata saldo minimum bulanan.
b Rata-rata saldo harian.
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual
yang digunakan. 3 Nisbah profit sharing ratio merupakan rasio yang harus di setujui
dan ditentukan pada awal perjanjian antara pihak nasabah dengan pihak LKS.
b. Faktor tidak langsung 1 Penentuan butir-butir pendapatan dan pembiayaan mudharabah
39
a LKS dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya. Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan
pendapatan yang diterima dikurangi dengan biaya-biaya lainnya
b Jika semua biaya ditanggung LKS, maka hal ini disebut revenue sharing
2 Kebijakan akunting prinsip dan metode Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh
berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan kebijakan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan dan
biaya.
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Gross Domestic Product GDP berpengaruh positif terhadap NPF.
Penelitian Ranti Wiliasih 2005 menyatakan bahwa meningkatnya GDP mengakibatkan meningkatnya NPF dan didukung oleh penelitian
Teti Rahmawati 2010 yang menyatakan bahwa GDP memiliki arah yang positif dan signifikan terhadap NPF. Pengaruh yang positif antara
GDP dan NPF mengindikasikan adanya moral hazard, idealnya pada saat GDP meningkat maka terjadi peningkatan transaksi dan aktifitas
ekonomi. Sehingga kondisi bisnis pada umunya berada pada kondisi yang lebih baik. Keadaan yang lebih baik tersebut seharusnya akan
memberikan dampak positif terhadap hasil yang diperoleh, sehingga apabila meningkatnya GDP akan meningkatkan NPF maka hal tersebut
40
menunjukkan adanya
ketidakhati-hatian dalam
memberikan pembiayaan sehingga memberikan kesempatan terjadinya moral
hazard di sisi nasabah. 2.
Inflasi berpengaruh negatif terhadap NPF. Penelitian Teti Rahmawati 2010 menyatakan bahwa inflasi memiliki arah yang negatif signifikan
terhadap NPF. Penelitian tersebut didukung oleh Mutamimah dan Siti Nur Zaidah 2012 yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap NPF. Indikasi moral hazard terjadi jika NPF meningkat pada saat tingkat inflasi menurun. Idealnya, ketika harga-
harga cenderung turun, maka para mudharib lebih mampu untuk melunasi kewajibannya. Jika pada kondisi ini terjadi kenaikkan NPF
maka mengindikasikan adanya moral hazard pada bank syariah karena bank kurang berhati-hati atau kurang monitoring.
3. Kebijakan pembiayaan bank berdasarkan return pembiayaan murabahah MM terhadap pembiayaan mudharabah MPLS berpengaruh positif
terhadap NPF, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati 2008 yang menyatakan bahwa return pembiayaan murabahah terhadap
pembiayaan mudharabah berpengaruh positif signifikan terhadap NPF. Komposisi return murabahah lebih besar daripada return mudharabah.
Hal ini menyebabkan bank syariah lebih fokus terhadap pembiayaan murabahah yang menghasilkan return tinggi. Sedangkan dengan
fokusnya bank ke murabahah menyebabkan bank kurang berhati-hati dan kurang melakukan monitoring kepembiayaan mudharabah. Padahal
41
secara teori risiko murabahah lebih kecil dibandingkan dengan risiko mudharabah. Akibatnya, NPF di bank syariah akan meningkat akibat
kontribusi NPF yang besar dari pembiayaan mudharabah. Peningkatan return yang diikuti dengan meningkatnya NPF mengindikasikan adanya
moral hazard. Dimana adanya ketidakhati-hatian dari bank syariah atau sistem di bank syariah yang memberikan kesempatan terjadinya moral
hazard. 4.
Kebijakan pembiayaan bank berdasarkan alokasi pembiayaan yang
direpresentasikan oleh rasio pembiayaan murabahah RM terhadap pembiayaan mudharabah FM berpengaruh positif terhadap NPF.
Penelitian Setyowati 2008 yang menyatakan bahwa alokasi pembiayaan
murabahah terhadap
pembiayaan mudharabah
berpengaruh positif signifikan terhadap NPF. Apabila bank lebih terkonsentrasi terhadap pembiayaan murabahah berdampak pada
peningkatan NPF maka bank belum mampu mengatur dan belum optimal dalam melakukan monitoring sehingga pembiayaan yang
berisiko rendah pun dapat menyebabkan kredit macet. Maka apabila rasio pembiayaan murabahah terhadap pembiayaan mudharabah
berpengaruh positif signifikan terhadap NPF menggambarkan adanya indikasi moral hazard.
5. Tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap NPF, pengaruh yang
positif antara bagi hasil dan NPF mengindikasikan adanya advesre selection. Menurut Misnen Ardiansyah 2014 Pemilik dana akan
42
menawarkan rasio bagi hasil yang lebih tinggi kepada mudharib yang memiliki karakteristik tinggi. Karena mudharib dengan karakteristik
tinggi akan menghasilkan profit yang besar yang berdampak pada tingginya pendapatan bagi hasil yang akan diterima oleh pemillik dana.
Sedangkan untuk mudharib dengan karakteristik rendah, hanya ditawarkan rasio bagi hasil yang rendah juga baginya. Dengan
demikian, skema bagi hasil yang ditawarkan oleh shahibul maal merupakan suatu alat seleksi, yang apabila rasio bagi hasil tinggi akan
meningkatkan NPF berarti bank tidak dapat mengidentifikasikan risiko terhadap usaha yang akan dibiayainya, dan bank tidak mengetahui
secara pasti karakteristik mudharib dan usahanya sehingga memberikan pembiayaan kepada mudharib yang berkarakteristik buruk.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya merupakan kumpulan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya terhadap penelitian yang
akan dilakukan ini. Hasil dari penelitian sebelumnya ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan ini.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, ringkasan dari penelitian
Tabel 2.2: Penelitian Terdahulu
NoNNo Peneliti
Judul Metode
Variabel Keterangan
1. Mustafa Edwin,
Ranti Wilasih
Jurnal Ekonomi
Profit Sharing dan
Moral Hazard dalam
Penyaluran Dana
Pihak ketiga
Bank Umum
Error Correction
Model ECM
1. Non Performing
Financing NPF Y
1
2. Gross Domestic
1. Pada Bank Syariah Mandiri
tidak ditemukan indikasi moral
hazard dikarenakan
pembiayaan BSM
43
dan Pembangun
an Indonesia
Vol 7, No22007
Syariah di
Indonesia Product
GDP X
1
3. Rasio rata-rata return PLS
terhadap rata- rata return
pembiayaan RplsRf X
2
4. Rasio piutang murabahah
terhadap pembiayaan
PLS X
3
lebih difokuskan pada pembiayaan
murabahah sehingga lebih
berhati-hati dalam melakukan
maintenance terhadap
pembiayaan ini.
2. Untuk Bank