Tujuan Penelitian Moral Hazard

12 b. Bagaimana faktor-faktor yang mendorong terjadinya moral hazard dan adverse selection dalam pembiayaan mudharabah pada bank syariah? c. Bagaimana mitigasi risiko yang dilakukan oleh bank syariah untuk meminimalisir tindakan moral hazard dan adverse selection?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. Menganalisis indikasi moral hazard dan adverse selection dalam pembiayaan mudharabah pada bank syariah. b. Menganalisis faktor-faktor yang mendorong terjadinya moral hazard dan adverse selection dalam pembiayaan mudharabah pada bank syariah. c. Menganalisis mitigasi risiko yang dilakukan oleh bank syariah untuk meminimalisir tindakan moral hazard dan adverse selection

2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat antara lain : a. Bagi Penulis Penelitian ini menjadi salah satu sarana bagi penulis yang dimana sangat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis 13 tentang praktek manajemen perbankan syariah khususnya tentang masalah yang berkaitan dengan moral hazard dan adverse selection dalam penyaluran dana pihak ketiga. b. Bagi Perbankan Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk membantu pihak manajemen bank terhadap pemberian keputusan pembiayaan untuk meminimalisir terjadinya risiko pembiayaan. c. Bagi Akademisi Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen perbankan syariah dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang moral hazard dan adverse selection terhadap penyaluran dana pihak ketiga dan Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk peneliti selanjutnya. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Moral Hazard

Penggunaan istilah “moral hazard’’ pada awalnnya digunakan dalam bidang asuransi. Dalam kamus Inggris maka moral hazard diterangkan sebagai the hazard arising from the uncertainty or honesty of the insured. Sebagai contoh bila seorang pengusaha yang mengambil asuransi resiko kebakaran untuk gudangnya. Ketika ia terjepit hutang dan menjelang jatuh tempo maka kecenderungannya akan mengambil jalan pintas dan melakukan ketidak jujuran, ia akan membakarnya sendiri gudangnya untuk mendapatkan dana asuransi sebagai ganti ruginya. Moral hazard terjadi karena seorang individu atau lembaga bertindak yang tidak sesuai dengan apa yang terdapat didalam kontrak. Hal ini dipicu dari tindakan ketidak hati-hatian dalam memberikan tanggung jawab kepada pihak lain tersebut dan kurangnya pengawasan atau monitoring dari instansi terkait serta kurang tegasnya terhadap pemberlakuan sanksi bagi individu atau lembaga yang melakukan pelanggaran. Dalam hal ini Bank Indonesia juga berperan dalam melakukan pengawasan dan monitoring terhadap kebijakan-kebijakan yang terdapat dalam manajemen bank. Moral hazard dapat didefinisikan menjadi empat berdasarkan kondisi yang berbeda Mitnick,1996:7. Pertama, moral hazard terjadi karena 15 kondisi monitoring disability hidden action. Prinsipal tidak dapat mengamati atau memonitor perilaku agen. Ketidak mampuan memonitor tindakan secara konseptual menunjukkan ketidakpastian mengenai hubungan antara tindakan agen dengan hasil untuk principal, ketidaksamaan informasi antara kedua pihak, kebutuhan untuk melakukan kesepakatan mengenai masalah insentif untuk agen, ketidakmampuan membuat kontrak untuk menghilangkan masalah tanpa kemampuan untuk memonitor perilaku agen, kontrak yang dibuat tidak dapat dilaksanakan. Prinsipal dan agen diasumsikan mempunyai potensi untuk konflik kepentingan. Kedua, moral hazard terjadi karena adanya undesirable behavior production perilaku yang tidak diinginkan dipandang dari perspektif prinsipal. Agen tidak cukup menjamin tindakannya akan menguntungkan prinsipal atau bisa mengurangi kerugian yang mungkin terjadi. Moral hazard diidentifikasi sebagai hasil dari perilaku agen yang berisiko. Ketiga, moral hazard terjadi karena undesirable outcome impact production. Moral hazard merupakan bentuk oportunisme pasca kontraktual yang timbul karena tindakan yang mempunyai konsekuensi efisiensi yang tidak dapat diobservasi secara bebas sehingga seseorang bisa memenuhi kepentingan pribadinya atas biaya pihak lain. Keempat, moral hazard sebagai bentuk dari morals disability. Moral hazard terjadi karena kecenderungan perilaku-perilaku yang tidak bermoral seperti tidak jujuran, tidak pedulian, ketidaktahuan atau ketidaktabahan hati. 16 Moral hazard dalam dunia perbankan setidaknya dapat dibedakan atas 2 tingkatan. Pertama, moral hazard di tingkat bank dan yang kedua adalah moral hazard di tingkat nasabah. Moral hazard ditingkat bank dapat dibedakan, diantaranya yaitu: a. Moral hazard dalam penyaluran dana pihak ketiga, yaitu risky lending behavior yang menyebabkan timbulnya Moral hazard dan adverse selection. Ditingkat nasabah yang disebut juga Moral hazard tidak langsung mengacu pada pengertian Moral hazard yang dikemukakan oleh Vaubel 1983 dalam Dreher 2004. b. Moral hazard ketidakhati-hatian bank dalam menyalurkan kredit karena adanya penjaminan dari pemerintah atau keberadaan lembaga penjamin simpanan dalam hal ini termasuk dalam Moral hazard langsung mengacu pada pengertian Moral hazard yang dikemukakan oleh Vaubel 1983 dalam Dreher 2004 c. Moral hazard pada saat penyaluran bank tidak mencerminkan bank sebagai lembaga intermediasi atau tidak meyalurkan dana kepada sektor riil Desty Setyowati, 2008:14. d. Moral hazard ketika bank memberikan cost of fund yang rendah dan menerapkan tingkat yang tinggi, juga termasuk dalam katagori Moral hazard dan lainnya. Desty Setyowati, 2008:14. Moral hazard pada bank terjadi ketika bank syariah sebagai mudharib tidak berhati-hati dalam menyalurkan dana sehingga berpotensi menimbulkan moral hazard di sisi nasabah dan menyebabkan kerugian. 17 Moral hazard lainnya yaitu pada saat bank tidak membayarkan bagian shahibul maal sebagaimana rasio yang telah ditetapkan di awal perjanjian, atau ketidakpatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah juga dapat dikategorikan dalam tindakan moral hazard. Sedangkan moral hazard pada nasabah umumnya terjadi pada produk pembiayaan yang berbasis pada equity financing mudharabah dan musyarakah atau biasa dikenal dengan profit loss sharing. Akad mudharabah yang tidak mensyaratkan jaminan dan juga memberikan hak penuh pada mudharib untuk menjalankan usaha tanpa campur tangan shahibul maal dan ditanggungnya kerugian oleh shahibul maal kecuali kesalahan manajemen mengakibatkan akad pembiayaan ini sangat rentan terhadap masalah moral hazard. Moral hazard pada sisi nasabah ini merupakan isu global yang menyebabkan bank syariah lebih memilih dengan pembiayaan dengan basis debt financing murabahah, ishtisna, dan salam.

2. Adverse Selection