21 Uap air di dalam kemasan tidak disukai karena akan meningkatkan a
w
di dalam produk dan memicu tumbuhnya mikroba yang pada akhirnya akan menurunkan umur simpan produk. Karena itu
kemasan yang baik adalah kemasan yang mempunyai nilai laju transmisi uap air rendah. Katz dan Labuza 1981 menyatakan bahwa laju penyerapan air dipengaruhi oleh kemampuan air menembus
kemasan kemasan. Makin besar pori-pori kemasan maka laju penyerapan air akan makin cepat. Perpindahan uap air dari lingkungan ke dalam kemasan dapat terjadi apabila nilai a
w
di dalam kemasan lebih rendah daripada nilai a
w
lingkungan. Akan tetapi nilai perpindahan ini akan semakin kecil apabila nilai a
w
produk sudah hampir sama dengan nilai a
w
lingkungan sehingga nilai transmisi ini akan semakin kecil setiap hari.
Nilai laju transmisi uap air dari PP menurut Benning 1983 berkisar antara 10-12 gm
2
24 jam. Nilai ini jauh lebih kecil daripada nilai transmisi uap air dari kedua film yang diproduksi. Perbedaan
ini terjadi karena permeabilitas film kitosan yang diproduksi tersebut yang sangat tinggi sehingga mudah dilewati oleh uap air.
4.3.4. Transparansi
Transparansi adalah kemampuan suatu bahan untuk meneruskan cahaya. Parameter ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kualitas kemasan tetapi lebih berpengaruh kepada penampilannya dan
preferensi konsumen. Kemasan yang lebih transparan umumnya lebih disukai konsumen. Selain itu kemasan yang lebih transparan juga lebih baik untuk menampilkan produk di dalam kemasan kepada
konsumen sehingga lebih berguna sebagai media promosi. Nilai transparansi kemasan disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Nilai transparansi kemasan yang digunakan Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai transparansi dari film kitosan yang ditambah ekstrak
bawang putih bernilai lebih besar. Hal ini terjadi karena ekstrak bawang putih yang ditambahkan berwarna coklat. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan warna larutan menjadi lebih gelap
sehingga film yang dihasilkan juga lebih gelap. Warna coklat ini didapatkan sewaktu pengeringan bawang putih dimana warna bawang putih yang semula putih berubah menjadi coklat.
Nilai transparansi dari PP bernilai paling tinggi. Hal ini terjadi karena plastik PP yang digunakan merupakan plastik bening sehingga lebih mudah untuk mengantarkan cahaya. Selain itu
plastik PP yang digunakan juga lebih tipis sehingga mempermudah cahaya untuk menembus kemasan 73.4
62.9 81.6
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
Film kitosan Film kitosan + EBP
PP
N il
ai T
ran sp
ar an
si T
Jenis Kemasan
22 tersebut. Perbandingan nilai sifat fisis dan mekanis dari film kitosan tanpa penambahan ekstrak
bawang putih, film kitosan yang ditambah ekstrak bawang putih dan plastik PP disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan nilai sifat fisis dan mekanis ketiga jenis kemasan yang digunakan Karakteristik kemasan
Satuan Film kitosan
Film kitosan + EBP
PP Ketebalan
mm 0,182
0,202 0,043
Kuat tarik Nmm²
4,569 3,409
172,368
a
Elongasi 107,9
176,53 40-60
a
Laju transmisi uap air gm²hari
132,29 126,55
10-12
a
Transparansi 73,4
62,9 81,6
Sumber :
a
: Benning 1983 Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa film kitosan tanpa penambahan ekstrak
bawang putih dan film kitosan yang ditambah ekstrak bawang putih memiliki sifat fisis dan mekanis yang lebih jelek dari plastik PP kecuali pada nilai elongasi. Hal ini menunjukkan bahwa film AM dan
film AM yang ditambah ekstrak bawang putih belum cukup baik untuk digunakan sebagai kemasan komersial karena selain biaya produksinya lebih besar, film ini juga masih mempunyai karakteristik
yang lebih jelek daripada PP, terutama parameter nilai laju transmisi uap air. Karakterisitik yang lebih jelek ini mengakibatkan proses perlindungan yang diberikan kemasan kepada produk lebih lemah
sehingga produk lebih mudah rusak.
4.4. Aplikasi Kemasan pada Kerupuk Udang