Pengaduk Bentuk Dayung TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah diamati di spektrofotometri UV-VIS yang diukur pada panjang gelombang 225 nm.

2.6 Spektorfotometri Ultraviolet

Spekrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang Khopkar, 2008. Bila cahaya monokromatik maupun campuran jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan sebagian diserafp dalam medium itu, dan sisanya diteruskan Basset, dkk., 1994. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual, yang dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia sehingga dilakukannya pengukuran ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian yang lebih besar Day dan Underwood, 1983. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan larutan sampel dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya Sudjaji dan Rohman, 2007. Pengukuran serapan cahaya oleh larutan molekul diatur dengan hukum Lambert- Beer, yang ditulis sebagai berikut: Log I It = A = ε bc Dengan I adalah intensitas radiasi yang masuk, It adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan, A dikenal sebagai absorbans dan merupakan ukuran jumlah cahaya yang diserap oleh sampel, ε adalah tetapan yang dikenal sebagai koefisien ekstingsi molar dan merupakan absorbans larutan 1 M analit tersebut, b adalah panjang jalur sel dalam cm, biasanya 1 cm, dan c adalah konsentrasi analit dalam mol per liter Watson, 2010. UIN Syarif Hidayatullah Dalam produk farmasi, konsentrasi dan jumlah biasanya dinyatakan dalam gram atau miligram dan bukan dalam mol sehingga untuk keperluan analisis produk ini, hukum Lambert-Beer ditulis dalam bentuk berikut ini: A = A 1, 1cm bc A adalah absorbans yang diukur, A 1, 1cm adalah absorbans larutan 1 bv g100 ml dalam satu sel berukuran 1 cm, b adalah panjang jalur dalam cm, dan c adalah konsentrasi sampel dalam g100 ml. Karena pengukuran biasanya dibuat dalam sel berukuran 1 cm Watson, 2010.

2.7 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau sering disebut dengan HPLC High Performance Liuid Chromatography dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan pada awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas dan paling cepat berkembang untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel. Kegunaan umum KCKT adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian impurities; analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap non-volatil; penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit trace elements, dalam jumlah banyak dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif Gandjar Rohman, 2007 ; Harmita, 2006.

2.7.1 Cara Kerja KCKT

Kromatografi merupakan teknik dimana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel. UIN Syarif Hidayatullah Pada dasarnya, instrumentasi KCKT terdiri atas delapan komponen pokok, yaitu: wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk memasukkan sampel, kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, tabung penghubung, dan suatu komputer atau integrator atau perekam Gandjar Rohman, 2007. 2.7.2 Komponen KCKT 2.7.2.1 Pompa Pompa atau sistem penghantaran fase gerak pada KCKT bertujuan untuk menjamin berlangsungnya proses penghantaran fase gerak secara tepat, reprodusibel, konstan dan bebas dari gangguan. Pompa yang digunakan untuk KCKT harus memenuhi syarat sebagaimana syarat wadah pelarut, yaitu pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan pompa ang digunakan harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap eluen, seperti gelas, baja tahan karat, teflon dan batu nilam Gandjar Rohman, 2007.

2.7.2.2 Injektor

Cuplikan harus dimasukkan ke dalam pangkal kolom kepala kolom dengan cara diinjeksikan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir dibawah tekanan tertentu menuju kolom dengan menggunakan suntikkan yang terbuat dari bahan tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel sample loop internal dan eksternal. Diusahakan agar sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom Gandjar Rohman, 2007 : Johnson Stevenson, 1991.

2.7.2.3 Kolom

Kolom merupakan jantung kromatograf yang berfungsi untuk memisahkan masing-masing komponen. Untuk menahan tekanan tinggi, kolom dibuat dari bahan yang kokoh seperti stainless steel atau campuran logam dengan gelas Gandjar Rohman, 2007. UIN Syarif Hidayatullah

2.7.2.4 Detektor

Detektor berfungsi untuk mendeteksi atau mengidentifikasi adanya komponen cuplikan yang ada dalam eluat dan mengukur jumlahnya. Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik dan selektif seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti UV-Vis, detektor fluoresensi dan elektrokimia Gandjar Rohman, 2007 : Harmita, 2006.

2.7.2.5 Wadah Fase Gerak

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam inert. Adah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Sebelum digunakan, fase gerak ini harus dilakukan degassing penghilangan gas, karena adanya gas pada fase gerak akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Sedangkan adanya partikel yang kecil dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut. Oleh karena itu, fase gerak sebelum digunakan harus dsaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil tersebut Gandjar Rohman, 2007.

2.7.2.6 Fase Gerak

Fase gerak merupakan suatu peubah yang dapat mempengaruhi proses pemisahan dalam sistem KCKT. Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal fase diam lebih polar daripada fase gerak, kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik fase diam kurang polar daripada fase gerak, kemampuan elusi menurun dengan UIN Syarif Hidayatullah meningkatnya polaritas pelarut Gandjar Rohman, 2007 : Johnson Stevenson, 1991. Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik Gandjar Rohman, 2007.

2.8 Metode Validasi

Validasi metode analisis menurut United States Pharmacopeia USP dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis.

2.8.1 Akurasi

Akurasi adalah kedekatan hasil penetapan yang diperoleh dengan hasil sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai hasil perolehan kembali dari analit yang ditambahkan. Untuk pengujian senyawa obat, akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil rujukan dengan bahan rujukan standar. Syarat akurasi yang baik yaitu 98-102. ℎ � = ℎ � � � ���ℎ � Harmita, 2006 : JohnsonStevenson, 1991.

2.8.2 Linearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transportasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan linearitas yang dapat diterima. Dalam prakteknya, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50-150 kadar analit dalam sampel. Didalam pustaka,