Tabel 14. Kategorisasi Partisipan Saat Pretest Posttest Berdasarkan
Skor Total Semangat Kerja Variabel
Rentang Nilai Kategori
Jumlah Presentasi
Semangat
Kerja
X 56 Rendah
- -
56 ≤ X 88
Sedang 2
10 88
≤ X Tinggi
18 90
Berdasarkan kategorisasi pada tabel 14 dapat dilihat bahwa mayoritas partisipan memiliki semangat kerja tinggi yaitu sebesar 90 dan selebihnya
memiliki semangat kerja sedang sebesar 10.
E. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh suhu udara ruangan kerja terhadap semangat kerja karyawan PT.Bank SUMUT Pusat Medan. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai t = -2.179 dan p 0.05 yang berarti suhu udara ruangan kerja memiliki pengaruh terhadap semangat kerja. Dilihat dari perbedaan mean
antara sebelum pemberian perlakuan treatment dan sesudah pemberian perlakuan treatment. Semangat kerja karyawan setelah pemberian perlakuan
treatment memiliki mean lebih tinggi dibandingkan sebelum pemberian perlakuan treatment.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Seppänen, Fisk Lei 2006 yang menunjukkan bahwa suhu udara memiliki pengaruh signifikan
terhadap semangat kerja dan performa kinerja karyawan. Ada sejumlah alasan yang dapat menjelaskan kaitan suhu udara dengan semangat kerja.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, menurut Tarwaka, Solichul Lilik 2004 suhu udara memiliki pengaruh terhadap gairah semangat kerja karyawan. Apabila suhu udara terlalu
dingin, hal ini dapat menyebabkan gairah kerja para karyawan menjadi menurun. Sedangkan suhu udara yang terlalu panas, dapat menyebabkan cepat timbulnya
kelelahan pada tubuh dan karyawan cenderung melakukan kesalahan dalam melakukan pekerjaannya.
Kedua, menurut Sutalaksana 1979 dan Wignjosoebroto 1995 pada suhu 24ºC performansi kerja berada pada kondisi optimum karena pada suhu tersebut
merupakan suhu yang ideal untuk bekerja. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Idealistina 1991 bahwa suhu nyaman diperlukan untuk mengoptimalkan
produktifitas kerja para karyawan.Oleh karena itu, perusahaan harus mampu menciptakan suhu yang nyaman bagi para karyawan agar karyawan dapat
melaksanakan pekerjaan dengan maksimal. Ketiga, menurut Model Lingkungan Nyaman the Environment Comfort
Model tempat kerja yang tidak nyaman menyerap banyak energi pekerja, sehingga energi yang tadinya dapat dipakai untuk melaksanakan pekerjaan
terserap habis untuk meregulasi diri pekerja terhadap lingkungan yang tidak nyaman tersebut Vischer, 2007. Hal ini harus menjadi pertimbangan bagi
perusahaan agar dapat meminimalisir ketidaknyamanan karyawan dalam bekerja yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
ergonomi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu udara ruangan kerja yang baik
akan memberikan pengaruh pada peningkatan semangat kerja. Begitu juga
Universitas Sumatera Utara
pendapat Nitisemito 2000 bahwa lingkungan kerja yang baik akan memberikan
kenyamanan pribadi maupun dalam membangkitkan semangat kerja karyawan sehingga dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Kondisi lingkungan kerja
yang baik ditandai oleh baiknya peredaran udara yang cukup, penerangan lampu yang terang dan jauh dari kebisingan suara yang mengganggu konsentrasi kerja,
tata ruang yang baik dan warna yang indah, serta kebersihan yang terjaga dapat membuat karyawan betah bekerja. Jadi suhu udara ruang kerja merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap semangat kerja. Hal ini juga mendukung pendapat bahwa dalam suatu instansi atau organisasi diperlukan suatu sistem yang
dapat menunjang kinerja organisasi tersebut. Salah satunya adalah semangat kerja yang tinggi. Semangat kerja merupakan keadaan yang harus ada bila aktivitas atau
proses kerja ingin berjalan lancar. Adanya semangat kerja yang tinggi akan membuat tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan rencana Nitisemito,
2000. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suhu ruang kerja yang sesuai dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.
Meskipun terjadi peningkatan semangat kerja pada para karyawan, dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa mean empirik pada saat pretest didapatkan
sebesar 95.4 SD = 6.8 sudah menunjukkan kategori yang tinggi. Hal ini disebabkan pada masa pengambilan data pretest, kondisi kerja karyawan pada saat
itu dalam keadaan semangat. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, para partisipan mengerjakan tugas-tugasnya dengan antusias.
Walaupun demikian, para partisipan tetap merasakan pengaruh treatment yang diberikan oleh peneliti. Para partisipan merasakan suhu udara yang lebih
Universitas Sumatera Utara
sejuk dari biasanya. Perubahan suhu ini sangat mempengaruhi semangat kerja para partisipan. Hal ini ditunjukkan dari perhitungan mean empirik yang
meningkat yaitu menjadi 99 SD = 7.8. Dari hasil pengamatan peneliti, tampak beberapa partisipan melepaskan jaket yang mereka kenakan karena mereka
merasa ruangan tidak terlalu dingin seperti hari sebelum-sebelumnya. Meskipun Ha dalam penelitian ini diterima, tetapi penelitian ini masih
banyak terdapat ketidaksempurnaan. Kelemahan penelitian ini tercantum dalam beberapa poin yakni :
a. Peneliti merasa tidak bisa mengontrol semua variabel-variabel
sekunder yang dapat mengganggu semangat kerja para partisipan. Variabel-variabel tersebut misalnya faking good yang dilakukan
partisipan, effect of learning para partisipan, komunikasi dengan atasan atau sesama rekan kerja, beban kerja para partisipan, promosi
jabatan, kepemimpinan atasan, kompensasi atau insentif lainnya yang diterima para partisipan selain gaji pokok.
b. Perizinan yang diberikan oleh pihak PT. Bank SUMUT Pusat Medan
mengenai durasi pemberian treatment dan tidak diberikannya izin peminjaman ruangan untuk melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN