2. Opini tidak wajar
Setelah mendapatkan bukti yang cukup dan memadai, auditor menemukan adanya kesalahan penyajian yang material
dan pervasif terhadap laporan keuangan. Kesalahan penyajian terjadi baik secara individual maupun agregasi. Oleh karena itu,
laporan keuangan dinilai tidak wajar. 3.
Opini tidak menyatakan pendapat Dalam melaksanakan proses audit, kadang-kadang
auditor berada dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian. Misalnya, bukti audit yang didapatkan tidak cukup dan tepat
untuk menyusun opini. Auditor juga menyimpulkan bahwa kemungkinan risiko yang tidak terdeteksi dapat memengaruhi
laporan keuangan secara material dan pervasif. Karena adanya ketidakpastian tersebut, auditor dapat menyatakan untuk tidak
memberikan opini.
6. Audit Tenure
Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan KAP dengan perusahaan klien. Semakin lama jangka waktu perikatan, proses audit
menjadi lebih cepat karena auditor telah memahami sistem pengendalian klien dan sudah mempunyai data-data terkait perusahaan
pada periode audit tahun-tahun sebelumnya. Menurut Giri 2010:9, perikatan KAP dengan klien dalam waktu lama dapat membantu
auditor dalam memahami bisnis klien. Pemahaman tersebut dapat
membantu auditor dalam menyusun rancangan audit yang efektif dan melaksanakan audit dengan lebih mudah. Kualitas laporan audit yang
dihasilkan menjadi lebih tinggi. Dengan demikian audit report lag menjadi lebih singkat.
Menurut Standar Audit 210 tentang Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit, auditor mempunyai tujuan untuk menerima
suatu perikatan dengan klien atau melanjutkan perikatan yang telah dijalin periode sebelumnya jika telah terjadi kesepakatan penetapan
dan penegasan mengenai pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan. Jika dalam perikatan tersebut klien melakukan pembatasan
terhadap ruang lingkup pekerjaan auditor sehingga auditor mengalami kesulitan dalam penyusunan opini yang andal, auditor tidak diizinkan
untuk menerima perikatan tersebut kecuali diharuskan oleh peraturan lain yang berlaku di Indonesia.
Perikatan dapat dijalin selama lebih dari satu periode audit. Untuk perikatan berulang, auditor harus dapat memastikan bahwa
kondisi perikatan pada periode sebelumnya masih relevan dengan perikatan lanjutan atau harus diadakan revisi. Jika tidak ditemui alasan
yang memadai untuk perubahan perikatan, auditor tidak diizinkan untuk menyetujui revisi tersebut. Meskipun tidak terdapat revisi,
auditor disarankan agar tetap menyerahkan pemberitahuan kepada klien mengenai perpanjangan perikatan untuk mengingatkan klien
mengenai 1 pemahaman yang keliru mengenai lingkup dan tujuan
audit, 2 tambahan berupa ketentuan khusus dalam perikatan yang baru, 3 terjadinya pergantian manajemen tingkat atas, 4 adanya
komposisi kepemilikan entitas yang berubah secara signifikan, 5 sifat dan ukuran perusahaan yang mengalami perubahan yang cukup
material, 6 adanya peraturan dan ketentuan hukum yang berubah, 7 adanya perubahan kerangka pelaporan keuangan yang menjadi acuan
dalam penyusunan laporan entitas, dan 8 terdapat perubahan dalam ketentuan pelaporan lainnya.
Jangka waktu perikatan audit dengan klien diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17PMK.012008 tentang Jasa
Akuntan Publik. Untuk jasa audit umum atas laporan keuangan, Kantor Akuntan Publik maksimal mengaudit perusahaan klien selama
enam tahun berturut-turut. Untuk auditor, jangka waktu perikatan maksimal adalah tiga tahun buku berturut-turut. Jika sudah melewati
tiga tahun, auditor diperbolehkan untuk melakukan tugas audit perusahaan yang sama setelah melewati satu tahun buku dengan syarat
tidak melalui KAP yang sama seperti periode sebelumnya.
B. Penelitian yang Relevan