Akibat yang Timbul bila Perasaan tidak Diungkapkan

21

2.2.4 Akibat yang Timbul bila Perasaan tidak Diungkapkan

Salah satu faktor yang sering menjadi penghambat dalam membangun hubungan antarpribadi yang intim adalah kesulitan mengkomunikasikan perasaan. Individu selalu mengalami perasaan tertentu terhadap lawan komunikasi individu maupun terhadap pengalaman bersama yang individu hayati dalam komunikasi, namun sering individu tidak mampu mengkomunikasikan perasaan individu itu secara efektif. Aneka masalah dalam komunikasi muncul terutama bukan karena perasaan yang individu alami itu sendiri, melainkan karena individu gagal mengkomunikasikannya secara efektif. Perasaan-perasaan itu justru individu sangkal, individu alihkan, individu sembunyikan, atau individu represikan. Berikut ini adalah beberapa akibat yang mungkin timbul bila perasaan- perasaan tidak individu sadari, tidak individu terima, atau tidak individu ungkapkan secara konstruktif menurut Johnson dalam Supratiknya, 2009:52 : 1 Menyangkal dan menekan perasaan dapat menciptakan aneka masalah dalam hubungan antarpribadi 2 Menyangkal dan menekan perasaan dapat menyulitkan individu dalam memahami dan mengatasi aneka masalah yang terlanjur timbul dalam hubungan antarpribadi 3 Menyangkal perasaan dapat meningkatkan kecenderungan individu untuk melakukan persepsi secara selektif 4 Menekan perasaan dapat menimbulkan distorsi atau penyimpangan dalam penilaian individu 5 Dalam pengungkapan perasaan yang tidak lugas-efektif sering justru tersirat tuntutan-tuntutan tertentu. Misalnya, seorang ibu yang bersikap “overprotective” karena terlampau menyayangi anaknya. Dalam situasi seperti itu justru dapat timbul sejenis “adu kekuasaan”, sebab setiap pihak merasa memiliki “kekuasaan” atau kendali tertentu atas pihak yang lain. Konkretnya, si anak dapat memanfaatkan kecintaan sang ibu terhadapnya untuk mengajukan macam-macam tuntutan, sebaliknya si ibu dapat memainkan posisinya sebagai sumber pemuas kebutuhan dalam rangka mengendalikan anaknya. Dampak besar dikhawatirkan terjadi pada narapidana. Narapidana yang mengalami masalah, harus kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Mereka 22 cenderung memiliki ketakutan ketika kembali ke masyarakat. Apalagi status narapidana tersebut dialami oleh perempuan. Perempuan cenderung memiliki perasaan yang sensitif dibandingkan pria, sehingga terlihat lemah dalam menghadapi masalah dibandingkan pria. Untuk itu pengungkapan diri bagi narapidana wanita perlu dikembangkan. Untuk mempersiapkan mentalnya selama di penjara begitu pun juga ketika dia keluar dari penjara dan kembali ke masyarakat. Kesimpulan uraian di atas adalah ketika individu tidak mampu mengungkapkan diri dan cenderung menyangkal perasan-perasaan serta menekannya, maka hal tersebut dapat membuat pribadi individu yang keras, ingin berkuasa, dan kurang toleransi. Akibat lain adalah ketika individu memiliki masalah maka individu akan kesulitan dalam memahami masalah tersebut karena individu berpikir seorang diri. Selain itu individu sulit untuk berpikir logis dan menyulitkan individu dalam mengatasi masalah yang terjadi.

2.2.5 Karakteristik Individu yang Mampu Mengungkapkan Diri