9. Apabila terdapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui dapat
segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas. 10.
Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu dn anak balita Depkes RI,2006.
2.5. Penimbangan Balita
Kegiatan penimbangan berat badan adalah bentuk kegiatan yang penting di posyandu, dan juga merupakan salah satu cara pengukuran yang digunakan untuk mengetahui status gizi
dan pertumbuhan anak. Pengukuran berat badan secara teratur dapat menggambarkan keadaan gizi anak, sehingga dapat dipakai sebagai salah satu alat pemantauan pertumbuhan fisik anak.
Pada tingkat puskesmas atau lapangan penilaian status gizi yang umum dilakukan adalah hanya dengan menimbang balita berat badan menurut umur.
Penimbangan BBU, TBU dan BBTB banyak digunakan untuk penilaian status perorangan maupun masyarakat, karena indikator tersebut mempunyai beberapa kelebihan antar
lain : -
Pelaksanaan operasionalnya lebih mudah dan relatif akurat. -
Sensitif, karena dipengaruhi oleh perubahan status gizi. -
Praktis dan ketelitian pengukuran tak tergantung pada keterampilan pengukur sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja dengan bekal latihan yang sederhana. Supariasa, 2001.
2.6. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh misalnya bertambah berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, tubuh, mulai tanggalnya gigi-gigi susu dan perubahan bagian
tubuh lainnya BKKBN Jakarta, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan sering di kaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada istilah tumbuh– kembang. Ada yang mengatakan pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan. Sementara
pengertian pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh yaitu pendengaran , penglihatan, kecerdasan,
dan tanggung jawab. Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi
badan atau ukuran tubuh lainnya tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang berada dalam
proses tumbuh. Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi
kurang, sedangkan bila jumlah asupan zat gizi melebihi dari jumlah yang dibutuhkan disebut gizi lebih. Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak
akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang , pertumbuhan seorang anak akan terganggu.
Gangguan perumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat terjadi pula dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat sering terjadi pada
perubahan berat badan sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare, dan infeksi saluran pernafasan, atau kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan
gangguan pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat dilihat pada hambatan pertambahan tinggi badan Depkes RI, 2002.
Pertumbuhan merupakan sebagai indikator perkembangan status gizi, karena pertumbuhan merupakan gambaran dari keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi.
Universitas Sumatera Utara
Pemantauan pertumbuhan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan dan teratur. Dengan pemantauan pertumbuhan, setiap ada
gangguan keseimbangan gizi pada seorang anak akan dapat diketahui secara dini melalui pertumbuhannya. Dengan diketahuinya gangguan gizi secara dini maka tindakan
penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah. Adapun tujuan dari pemantauan pertumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Mencegah memburuknya keadaan gizi.
2. Upaya meningkatkan keadaan gizi, dan
3. Mempertahankan gizi yang baik.
Usaha yang dilakukan agar pertumbuhan anak bertambah dengan baik : 1.
Meningkatkan kesehatan ibu yang sedang hamil dengan cara : a
Periksakan kehamilan sekurang-kurangnya 4x selama hamil. b
Imunisasi Tetanus pada waktu hamil. c
Menjaga kebersihan diri. d
Makan makanan bergizi. e
Mempersiapkan ASI dan memahami manfaat ASI. f
Tidak minum obat-obatan kecuali bila sedang perlu. g
Mengenali tanda dini adanya gangguan kehamilan. 2.
Setelah bayi lahir timbang secara berkala setiap bulannya sampai anak berusia 59 bulan. 3.
Berikan kepada anak makanan yang mengandung zat gizi. 4.
Berikan imunisasi lengkap seperti ; DPT, Polio, BCG, dan Campak sesuai jadwal pemberiannya.
Universitas Sumatera Utara
5. Miliki pengetahuan terhadap cara-cara penanggulangan gejala dini penyakit pada anak.
Setelah anak sembuh dari sakit, segera beri makanan bergizi untuk memulihkan kesehatan dan meningkatkan pertumbuhannya BKKBN Jakarta, 1998.
2.6.1. Pertambahan Pertumbuhan Balita
Masa Pertumbuhan yang terentang antara usia satu tahun sampai usia remaja, karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sederamatis ketika masih berstatus bayi. Di tahun pertama
kehidupan, panjang bayi bertambah sebanyak 50, tetapi tidak bertambah samapai usia 4 tahun. Anak yang berumur 1-3 tahun akan mengalami pertambahan berat badan sebanyak 2-2,5
kg, dan tinggi sebesar rata-rata 12 cm setahun tahun kedua 12 cm, ketiga 8-9 cm. Berat badan baku dapat pula mengacu pada baku berat badan dan tinggi badan dari WHONCHS, atau rumus
perkiraan berat badan anak : berat anak usia 1-6 tahun = [usia x 2 + 8]. Dengan demikian, berat badan anak 1 sampai 3 tahun masing-masing 10, 12, dan 14 kg.
Dengan baku rujukan WHO-NCHS, rata-rata berat anak usia 1, 2, dan 3 tahun berturut- turut 10,2; 12,6; dan 14,7 kg untuk anak pria, sementara wanita 9,5; 11,9; dan 13,9 kg. Tinggi
badan pria masing-masing 76,1; 87,6; dan 96,5 cm. Tinggi badan wanita berturut-turut 74,3; 86,5 dan 95,6.
Pertambahan berat anak usia pra sekolah berkisar antara 0,7-2,3 kg dan tinggi 0,9-1,2 cmtahun sehingga menyebabkan tubuh mereka tampak “kurus”. Sementara berat badan pada
usia 7-10 tahun bertambah sekitar 2 kg dan tinggi badan 5-6 cm setiap tahun. Menjelang puber pertambahan berat badan dapat mencapai 4-4,5 kg setahun Arisman, 2007.
2.7. Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan teori yang dipakai dalam mengamati partisipasi ibu untuk menimbangkan anaknya yang berusia 12-59 bulan ke posyandu adalah teori Lowren Green 1980. Dimana teori
ini menggambarkan dalam perubahan perilaku kesehatan individu maupun sebuah masyarakat dapat dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu perilaku itu sendiri dan faktor diluar perilaku
tersebut. Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu ; faktor predisposisi, faktor pendukung enabling factor, serta faktor pendorong reinforcing factor. Ketiga faktor ini dapat
mengambarkan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh beberapa hal baik yang berasal dari dalam individu, dari luar berupa lingkungan dan
saranaprasarana serta dukungan dari petugas kesehatan dan petugas lain. Peneliti ingin menggali secara mendalam mengenai keadaan yang mempengaruhi
partisipasi ibu untuk menimbangkan anaknya ke posyandu di Desa Penanggalan. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu untuk
menimbangkan anaknya ke posyandu, namun karena peneliti menduga ada beberapa faktor yang paling dominan dan juga keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa
faktorvariable penelitian saja. Apabila ada faktor lain diluar dugaan peneliti, peneliti berharap dapat menemukannya pada saat pengambilan data dengan metode wawancara mendalam
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Faktor Predisposing
• Pendidikan Ibu
• Pengetahuan Ibu
• Pekerjaan Ibu
• Pendapatan Keluarga
• Sikap Ibu
• Dukungan Keluarga
Universitas Sumatera Utara
2.8. Hipotesa Penelitian