Jenis Wartawan Wartawan 1. Pengertian Wartawan
dari orang atau institusi yang diberitakan tersebut. Hal ini, tentu akan menurunkan bobot dari media massa dan mengundang pro serta kontra atas
pemberitaan tersebut Naning, 2005. Setiati 2006 mengemukakan bahwa sebelum melakukan peliputan
wartawan harus mempunyai kerangka acuan atau TOR term of reference mengenai berita yang hendak diliput. Hal ini dimaksudkan agar wartawan
mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan. Berikutnya, wartawan diwajibkan untuk menguasai topik pembicaraan, dengan demikian wartawan
tidak buta terhadap pokok persoalan yang akan ditanyakan dengan narasumber. Mempelajari dahulu peristiwa yang hendak diangkat untuk melihat nilai suatu
berita news value juga perlu dilakukan oleh wartawan. Hal ini terkait juga dengan ā€¯pertimbangan keuntunganā€¯ bagi perusahaan, apakah berita tersebut
memiliki nilai jual di masyarakat atau tidak. Hal penting lain yang tidak boleh dilupakan wartawan adalah kesesuaian berita dengan kode etik media massa
tempat wartawan bekerja. Pada kasus-kasus tertentu, wartawan harus melakukan liputan
investigasi untuk mengetahui kebenaran informasi suatu berita sebelum disiarkan kepada masyarakat. Wardhana dalam Setiati, 2006 mendefinisikan
liputan investigasi sebagai reportase yang dilakukan wartawan atau sekelompok wartawan terhadap masalah yang menyangkut kepentingan dan
penting untuk diketahui masyarakat umum, tetapi ingin ditutupi oleh satu pihak luar. Unsur utama liputan investigasi adalah adanya ketidakberesan,
pelanggaran, atau penyelewengan yang merugikan masyarakat, misalnya manipulasi, korupsi dan nepotisme.
Dalam melaksanakan kegiatan jurnalistiknya, wartawan tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan wawancara. Wawancara sangat penting dalam
tugas jurnalistik wartawan karena merupakan sarana atau teknik pengumpulan data dan informasi. Setiap peliputan hampir selalu membutuhkan wawancara
dengan sumber informasi. Wawancara adalah teknik meliput, selain terjun langsung ke lapangan atau tempat kejadian peristiwa dan studi literatur
kepustakaan. Sebelum melakukan wawancara, wartawan harus bersikap obyektif. Wartawan juga dituntut untuk bisa mendalami permasalahan yang
ingin diketahui, mempelajari latar belakang tokoh yang akan diwawancarai, serta melemparkan pertanyaan yang tajam dalam melumpuhkan narasumbernya
Setiati, 2006. Setiati 2006 menambahkan, untuk meningkatkan keahlian dalam
mewawancarai narasumber, wartawan harus menambahkan pengetahuan umum tentang berbagai masalah yang menyangkut kepentingan masayarakat
luas. Pertanyaan-pertanyaan yang berlandaskan pengetahuan akan membuat narasumber semakin terbawa untuk mengungkapkan informasi penting.