Karakter Kejujuran Hubungan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

28 kepentingannya di dalam membangun cerita Sudjiman,1991:29-3. Dengan menguasai tokoh dan alur cerita anak dapat berimajenasi dan menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh cerita, bahkan menerapkan isi bacaan yang didapatnya ke dalam kehidupan sehari-hari.

C. Karakter Kejujuran

1. Pengertian Karakter Setiap kali kita berbicara tentang karakter yang kita bicarakan adalah tentang usaha-usaha manusiawi dalam mengatasi keterbatasan dirinya melalui praksis nilai yang dihayatinya. Usaha ini tampil dalam setiap perilaku dan keputusan yang diambilnya secara bebas. Keputusan ini pada giliranya semakin mengukuhkan identitas dirinya sebagai manusia. Istilah karakter sendiri sesungguhnya menimbulkan ambiguitas. Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani karasso, berarti cetak biru seperti misalnya dalam sidik jari. Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Paul Suparno 2015:28 karakter sama dengan watak. Karakter atau watak adalah paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Menurut Suyanto dalam Daryanto 2013:9 karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. 29 Menurut Driyakara dalam Paul Suparno 2015:28-29 menyamakan karakter dengan budi pekerti. Seseorang disebut mempunyai budi pekerti atau karakter bila ia mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan yang tidak baik dalam dirinya. Atau secara positif, orang mempunyai kebiasaan menjalankan kebiasaan yang baik. Menurut Aristoteles dalam Thomas Lickona 2012:81 karakter yang baik sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain. Berdasarkan pendapat yang terdapat diatas menyatakan bahwa karakter dimiliki oleh setiap orang, dan setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Itulah sebabnya untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Yang mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan yang tidak baik menjadi kebiasaan yang baik. Dari perbedaan yang ada manusia belajar untuk saling memahami satu sama lain terutama yang berkaitan dengan karakter yang dimilikinya. 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Karakter Menurut Paul Suparno 2015:65-71 yang mempengaruhi pembentukan karakter anak yaitu: a. Orang Tua Orang tua adalah pendidik karakter utama pada anak-anak. Sejak lahir anak belajar bersikap dan belajar karakter tertentu dari orang tua mereka. Bahkan, secara psikologis ada yang mengatakan bahwa sejak dalam kandungan, anak sudah belajar bersikap dari orang tua-nya, terutama dari ibu yang mengandungnya. Anak yang hidup dalam suasana keluarga yang jujur, tekun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 bekerja, dan menghargai perbedaan yang ada, bergaul baik dengan tetangga yang berbeda, terbantu juga untuk berkarakter tekun, jujur dan mudah menerima perbedaan waktu di sekolah dan di masyarakat. b. Guru Guru di sekolah mempunyai andil besar dalam pendidikan karakter anak. Guru lewat pengajarannya dan juga lewat sikapnya, dapat mengajarkan yang baik dan tidak baik. Mengajarkan perhatian pada orang kecil hanya mungkin bila guru memang memperhatikan orang kecil, termasuk anak-anak yang kecil dan lemah. Contoh kehidupan dan sikap guru seperti hormat kepada orang lain, jujur, dan terbuka dalam mengoreksi pekerjaan siswa, dekat dengan anak-anak dan sikap mencintai anak-anak, membantu anak-anak belajar dan mengembangkannya. c. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah dengan suasananya yang khas mempunyai pengaruh pada pendidikan dan pengembangan karakter anak. Suasana sekolah yang tidak sesuai dengan nilai yang mau dibangunkan pada siswa, jelas tidak akan membantu perkembangan karakter siswa. sementara suasana sekolah yang sungguh ditata dan diatur sesuai dengan nilai yang ingin ditekankan pada siswa, akan membantu siswa cepat berkembang. Misalnya, jika sekolah ingin menanamkan karekter jujur dan disiplin pada siswa, sangat penting suasana sekolah dan aturan sekolah didasari pada kejujuran dan kedisiplinan. d. Masyarakat Pendidikan dan pembentukan karakter anak-anak dipengaruhi oleh keadaan, situasi, dan karakter masyarakat atau lingkungan sekitar anak-anak itu. Misalnya, kalau masyarakat sekitar anak-anak itu kebanyakan diskriminatif dan sulit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 menerima orang dari kelompok lain maka anak-anak dengan mudah meniru. Kalau lingkungannya suka kekerasan, maka anak-anak juga akan mudah meniru menjadi keras. Sementara bila lingkungan sekitar jujur, suka membantu orang asing, bekerja giat maka anak-anak juga akan lebih mudah terpengaruh menjadi baik. e. Buku Bacaan Banyak orang mengatakan bahwa karakter mereka menjadi seperti sekarang karena pengaruh buku yang mereka baca sejak sekolah. Banyak anak memang berkembang karakternya karena isi buku yang dibacanya memberikan inspirasi bagi kehidupannya. Misalnya, beberapa anak menjadi berkarakter pemberani, tidak takut keluar malam, berani mencoba tantangan yang berat karena membaca kisah-kisah petualangan dari buku-buku novel dan kisah petualangan. Bebrapa anak menjadi berkarakter jelek, suka berpikiran porno, melakukan pelecehan, mencari pemuasan seks, karena buku yang dibaca adalah buku yang porno. Maka banyak sekolah, selalu disediakan banyak buku kepahlawanan, kisah tokoh penemu bidang pengetahuan dan seni yang dapat memberi inspirasi pada anak sekolah untuk mengembangkan karakter yang sesuai. f. Media, Televisi, Video, Internet, Gadget Di zaman media elektronik dan teknologi informasi sekarang ini, media seperti televisi, video, internet, HP, gadget, dan lain-lain sangat mempengaruhi karakter anak. Banyak anak yang mudah meniru apa yang terjadi di media, seperti televisi, internet, facebook, HP. Teknologi informasi jelas banyak manfaatnya untuk meningkatkan kemampuan kita belajar dan berkomunikasi dengan siapa pun di dunia ini dengan cepat yang dapat memperlancar pekerjaan kita. namun 32 disisi lain teknologi informasi dapat memberikan informasi dan juga pengaruh yang tidak baik yang dapat merusak karakter anak. g. Agama Agama yang dianut anak dan pendidikan agama yang terkait mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan karakter anak. Kalau pendidikan agama anak itu sungguh baik dan mengajarkan tindakan-tindakan bermoral, maka anak- anak juga akan berkembang menjadi orang yang bermoral dan karakternya menjadi lebih kuat. Kalau agama dan pendidikan yang dianutnya mengajarkan sikap yang kurang baik, maka anak-anak itu akan menjadi kurang baik. Misalnya, jika anak-anak sejak kecil diajari untuk bersikap ekstrem dan disktiminatif terhadap orang lain, maka mereka akan menjadi penghambat semangat kerukunan dan penghargaan pada pribadi orang lain. Disinilah pentingnya guru agama yang sungguh baik, sehingga yang diajarkan pada anak-anak adalah nilai baik. Pemahaman ajaran agama yang tidak mendalam dan hanya melihat kata, jika tidak hati-hati dapat menyebabkan anak menjadi salah pengertian dan akhirnya melakukan tindakan yang tidak benar menurut agama mereka sendiri. Menurut Locke dalam Heru kurniawan 2013:42-45 pembentukan karakter dipengaruhi oleh lingkungan: a. Proses asosiasi, yaitu kesadaran bahwa dua gagasan dalam diri anak itu selalu akan muncul bersama-sama secara teratur, sehingga anak tidak dapat memikirkan yang satu tanpa serentak memikirkan yang lain. Proses asosiasi ini berhubungan dengan kemampuan anak dalam mengidentifikasi peristiwa- peristiwa yang dianggap sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 b. Imitasi, yaitu proses belajar anak yang dilakukan dengan meniru. Anak adalah makhluk peniru paling jitu yang tidak ada bandingnya di dunia ini. Artinya, sekalipun dengan pengalaman dan pengetahuan yang terbatas, tetapi proses peniruan anak ini dilakukan dengan sempurna. Tidak mengherankan bila kebiasaan oleh orangtua, nantinya akan ditiru oleh anak. c. Repetisi, yaitu tingkah laku yang dilakukan oleh anak yang terjadi karena dilakukan berkali-kali. Ini adalah tindak lanjut dari imitasi, jadi setelah anak mendapatkan suatu pelajaran yang akan dipraktikan dalam kehidupan sehari- hari, perbuatan itu akan dilakukannya sendiri dengan rutin, jika diulang sehari- hari. d. Penghargaan dan Penghukuman, yaitu konsep yang mengacu pada cara yang dilakukan oleh orangtua pada anaknya. Penghargaan yang paling baik diberikan oleh orangtua pada anaknya, ketika anak-anaknya sukses melakukan perbuatan-perbuatan yang baik adalah sanjungan atau pujian. Sedangkan hukumannya adalah kata-kata yang mengekspresikan ketidaksetujuan. Menurut Doni Koesoema 2012:156 berbagai macam komponen yang relevan bagi pembentukan karakter individu. Komponen-komponen itu sebagai berikut :  Unsur pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang baik, benar, adil dan indah,  Unsur motivasi individu dalam melaksanakan sebuah tindakan sebagai bentuk nyata kegiatan dari proses penanaman nilai pribadi,  Kehadiran orang lain yang menjadi rekan dalam rangka menjernihkan nilai- nilai, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34  Menjadi teman untuk memperkaya wawasan sekaligus membantu individu mengukuhkan identitasnya,  Saran-saran yang paling efektif.  Pendekatan praktis yang relevan bagi pembentukan diri menjadi pribadi berkarakter. Menurut pendapat diatas bahwa pembentukan karakter pada anak tidak dijalankan dengan sekali jadi melainkan butuh proses untuk sampai pada pelakasanaan. Dan anak-anak bisa belajar dari nilai-nilai agama dan moral yang akan membantu pembentukan karakter siswa dan selain itu juga anak belajar dari dari lingkungan sekitarnya di mana ia berada. 3. Pengertian Karakter Kejujuran Jujur adalah ungkapan sepenuh hati tanpa menutupi sesuatu sedikit pun. Ungkapan yang menandakan kejernihan hati seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Jujur juga berarti meredam berbohong. Ungkapan sederhana yang menuntut konitmen tinggi dalam kehidupan dan jujur juga merupakan ungkapan yang mudah diucapkan, tetapi sulit direalisasikan Budi Susilo, 2014:119. Kejujuran adalah sikap dan perilaku tidak berbohong, tidak bersikap curang, berkata apa adanya, berani mengakui kesalahan, dan rela berkorban demi kebenaran. Selain itu Kejujuran merupakan sikap batin yang harus berkembang dalam diri setiap orang, sebab dengan kejujuran itulah setiap orang dapat menghargai sesamanya Ivonna Indah, 2003:80-81. Jujur ialah mengatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan berintegritas, berani karena benar, dapat dipercaya dan tidak curang Muchlas Samani, 2013:51. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Zubaedi dalam Syamsul Kurniawan 2013:28 mendefinisikan karakter sebagi panduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan orang yang lain. Batasan ini menunjukan bahwa karakter sebagai identitas yang dimiliki seseorang yang bersifat menetap sehingga seseorang atau sesuatu itu berbeda dari yang lain. Sedangkan Kejujuran merupakan karakter tambahan dalam diri individu karena ia telah mampu secara otomatis dan konsisten melakukan sesuatu yang diyakini bernilai dan berharga, Doni Koesoema 2012:29. Maka dapat disimpulkan bahwa karakter kejujuran adalah sifat-sifat yang selalu dikagumi melalui kebaikan dan kebijakan seseorang yang terdapat dalam diri seseorang karena ia dianggap sudah mampu melakukan sesuatu yang berharga secara otomatis dan konsisten baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. 4. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Karakter Kejujuran Menurut Dharma Kesuma 2012:17 mengatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki karakter kejujuran sebagai berikut : a. Jika bertekad inisiasi keputusan untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran. b. Jika berkata tidak berbohong benar apa adanya c. Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang lain, baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekanmitra kerja, dan sebgainya. Karakter ini 36 merupakan salah satu karakter pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan. Berdasarkan uraian yang ada, seseorang memiliki ciri-ciri karakter jujur, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan. Karena dirinya menyadari bahwa apa yang ia lakukan ialah hal yang baik dan berguna bagi dirinya maupun orang lain. Kejujuran yang dimiliki membantunya untuk berkembang dalam pergaulan dan tentu bisa diterima di manapun ia berada sebagai seorang pribadi. 5. Indikator Karakter Kejujuran Kejujuran merupakan bagian dari karakter. Berdasarkan pedoman pendidikan karakter pada pendidikan anak usia dini oleh direktorat pembinaan pendidikan anak usia dini, direktorat jenderal pendidikan anak usia dini, nonformal, dan informal, kementrian pendidikan nasional 2012 terdapat sembilan indikator untuk nilai atau karakter kejujuran yaitu: a. Anak mengerti mana milik pribadi dan milik bersama b. Anak merawat dan menjaga benda milik bersama c. Anak terbiasa berkata jujur d. Anak terbiasa mengembalikan benda yang bukan miliknya e. Menghargai milik orang lain f. Mau mengakui kesalahan g. Mau meminta maaf dan memaafkan teman yang berbuat salah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 h. Menghargai keunggulan orang lain i. Tidak menumpuk mainan atau makanan untuk diri sendiri. 6. Beberapa Latihan untuk membantu Siswa Berkarakter Jujur di Sekolah, Menurut Paul Suparno 138-139. Antara lain sebagai berikut : a. Adanya larangan menyontek dalam ulangan di kelas dan ujian. Ini berarti anak perlu disadarkan akan kejahatan menyontek dan dilatih untuk jujur dalam ujian. Beberapa sekolah yang menekankan peraturan anti-menyontek ketat telah membantu menekankan karakter kejujuran pada sisiwa. b. Berlatih berkata benar, bilang ya bila ya, bilang tidak bila tidak. Guru, siswa, kepala sekolah belajar bicara apa adanya dan tidak membesar-besarkan atau memutupi sesuatu. Siswa dapat dilatih untuk selalu membuat buka harian yang menuliskan perasaan mereka, apa yang mereka pikirkan, dan juga pertanyaan. c. Siswa berlatih bicara terus terang kepada guru atau wali kelas. Siswa dibiasakan jujur kepada pendamping dan berani mengungkapkan apa pun yang dirasakan dan dipikirkan. d. Membuat laporan praktikum secara jujur. Siswa dilatih untuk selalu membuat laporan praktikum apa adanya dan tidak menipu data. e. Beberapa sekolah melatih kejujuran dengan penjualan makanan di kantin yang terbuka, tanpa diawasi. Siswa dapat mengambil sendiri dan membayar di kotak yang tersedia. Bila ternyata ada yang tidak jujur, lalu diumumkan di setiap kelas. Beberapa orang diajak berefleksi, apakah merasa gembira dengan mengambil makanan atau barang yang bukan haknya. Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan latihan kejujuran dapat membantu siswa setidaknya menghargai, dan menyadari bahwa 38 tindakan yang dilakukan berdasarkan ketidakjujuran akan mempermalukan diri sendiri. Sekolah membuka peluang besar bagi para siswanya untuk berlatih bagaimana hidup jujur, dengan memberikan contoh yang baik bahwa tidak hanya siswanya yang diajar untuk hidup secara jujur melainkan semua anggota sekolah ikut berpartisipasi didalamnya guna terbentuknya karakter kejujuran.

D. Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA SISWA KELAS IV SD KANISIUS PATI Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Siswa Kelas IV SD Kanisius Pati Tahun Pelajaran 2012 / 2013 dengan Menggunakan Media Gambar Seri.

0 2 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA SISWA KELAS IV SD KANISIUS PATI Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Siswa Kelas IV SD Kanisius Pati Tahun Pelajaran 2012 / 2013 dengan Menggunakan Media Gambar Seri.

0 0 16

Makna cerita dalam pendidikan Agama Katolik di sekolah.

1 13 100

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui pola naratif eksperiensial dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta.

21 135 136

Pengaruh kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Katolik terhadap minat belajar siswa kelas VI dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SD Sang Timur, SD Joannes Bosco, dan SD Pangudi Luhur Yogyakarta.

2 36 205

Deskripsi pendampingan orang tua dalam belajar pendidikan agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta.

0 0 155

Partisipasi orang tua dalam pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas V SD Kanisius Wates Kulon Progo - USD Repository

0 0 111

Deskripsi pendampingan orang tua dalam belajar pendidikan agama Katolik siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta - USD Repository

0 0 153

Peranan motivasi belajar terhadap kegiatan belajar Pendidikan Agama Katolik (PAK) siswa kelas IV di SD Kanisius Temanggung tahun ajaran 2013/2014 - USD Repository

0 2 108

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM OPERASI HITUNG CAMPURAN MENGGUNAKAN MEDIA GARIS BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA

0 0 200