Biaya Produksi Tinjauan Ekonomis Budidaya Burung Walet

input-input dan jasa-jasa yang digunakan didalam produksi. Didalam jangka pendek dalam satu kali proses produksi, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap variabel cost. Tetapi dalam jangka panjang, seluruh biaya akan merupakan biaya variabel karena, seluruh input yang digunakan bisa diubah-ubah. Penjumlahan dari total biaya tetap dan total biaya tidak tetap dari budidaya sarang burung walet disebut total biaya produksi budidaya sarang burung walet. Untuk lebih jelasnya uraian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : TC = TVC + TFC Keterangan : TC : Total biaya TVC : Biaya tidak tetap TFC Biaya tetap

2.3.2. Penerimaan dan Pendapatan Penangkaran Burung Walet

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual Soekartawi, 2002. Menurut Soekartawi dkk. 1996, penerimaan merupakan pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi dengan semua biaya yang dikeluarkan. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual Soekartawi, 2002 Besarnya penerimaan revenue dapat dituliskan sebagai berikut : TRi = Yi . Pyi, dimana: TR = Penerimaan Y = Produksi penangkaran sarang burung walet Py = Harga Y Soekartawi 2002 menyatakan bahwa pendapatan usahatani adalah selisih antara semua penerimaan dan semua biaya atau modal atau penerimaan total Total Revenue = TR dikurangi dengan biaya total Total Cost = TC. Sumber pendapatan usahatani itu mencakup semua imbalan atau balas jasa yang mestinya harus diterima petani atau telah dipergunakannya faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen yang merupakan miliknya sendiri.

2.3.3. Efisiensi Usahatani

Suatu usahatani dikatakan berhasil dan efisien jika a dapat menghasilkan cukup penerimaan untuk membayarkan semua modal dan alat yang digunakan, b dapat menghasilkan penerimaan yang dapat digunakan untuk membayar bunga modal milik sendiri atau pinjaman, c dapat membayar upah tenaga kerja petani sebagai pengelola Soekartawi et al.,1986. Efisiensi usahatani dapat diukur dengan nilai RCR Revenue Cost Ratio Hernanto, 1998. Walaupun tidak ada ukuran tertentu untuk nilai RCR ini, pada umumnya dinyatakan jika RCR 1 berarti kegiatan usahatani rugi, jika nilai RCR 1, maka kegiatan usahatani berhasil atau menguntungkan, dan jika RCR = 1 maka kegiatan usahatani impas, tidak untung dan tidak rugi Soekartawi, 2002.