Perkembangan Usaha Penangkaran Sarang Burung Walet
mereka bercocok tanam tanaman pangan, perikanan dan peternakan. Sejak awal tahun 1998, seorang penangkar di Kecamatan Sampang telah mengetahui bahwa
usaha penangkaran sarang burung walet sangat memberikan keuntungan yang tinggi, sejak beberapa tahun kemudian tahun 2000, di Sampang sudah terdapat
dua 2 orang penangkar yang diusahakan secara sederhana. Demikian pula di Ketapang, Karang Penang, dan Kedungdung.
Dengan keterbatasan data, dimana belum tercatat di Kabupaten Dalam Angka, peneliti berusaha mengadakan survey lapangan untuk mencari informasi
yang lebih mendekati kebenaran. Adapun hasil survey di Kabupaten Sampang atau 14 kecamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 10 . Perkembangan Usaha Penangkaran Sarang Burung Walet di Kabupaten Sampang
No. Kecamatan
2000 2005
2010
Kualitas Baik
Kualitas Kurang
Baik Orang
Kualitas Baik
Kualitas Kurang
Baik Orang
Kualitas Baik
Kualitas Kurang
Baik Orang
1. Sreseh
2 3,2
1 5
6,8 2
5 12
3 2.
Torjun -
- -
- -
- -
- -
3. Pangarengan
- -
- -
- -
- -
- 4.
Sampang 6
8,5 4
9,2 14,5
7 10
16 8
5. Camplong
- -
- 2
3,5 1
2 4
1 6.
Omben 4
3,8 2
4 4,5
3 5
8 4
7. Kedungdung
2 3,5
1 -
6,8 3
8 13
6 8.
Jrengik -
- -
- -
- -
- -
9. Tambelangan
- -
- 6,5
3 2
7 4
3 10. Banyuates
3,5 4,8
2 3
5,5 3
4 7
4 11. Robatal
2 2,5
1 3,5
4 2
4 6
3 12. Karang Penang
1,8 2,8
1 2
4,2 2
2,5 4
2 13. Ketapang
2 3,5
2 3,5
4,5 4
10 5
4 14. Sokobanah
4 5,2
3 4,1
8,2 5
5 5
6
Rata-Rata 27,3
37,8 17
42,8 65,5
34 60
74 44
Sumber : Data primer diolah.
Perkembangan usaha penangkar sarang burung walet di Kabupaten Sampang sejak tahun 2000 sampai 2010, hanya terdapat di 11 kecamatan sedangkan tiga
kecamatan yaitu Torjun, Pengarengan dan Jrengik tidak ada. Dari 11 kecamatan- kecamatan Sampang, Omben dan Sokobanah, terlihat perkembangannya cukup
menonjol jika dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Hal ini karena sebelum menjadi penangkar di Kabupaten Sampang, tertarik dengan usaha walet yang
berada diluar kabupaten Sampang antara lain, kabupeten Gresik dan daerah Blora Jawa Tengah. Selain itu mereka pernah melihat tempat penangkaran sarang
burung walet di kota Gresik yang diusahakan oleh teman pergaulan. Kemudian mulai di coba pada tahun 2000 dan hingga sekarang tahun 2010. Untuk kecamatan
lain seperti Tambelangan baru memulai usaha penangkaran sarang burung walet pada tahun 2005.
Dari tabel 9 akan dianalisis perkembangan produksi dan jumlah penangkar sarang burung walet sejak tahun 2000 hingga tahun 2010 seperti pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 11. Perkembangan Produksi Sarang Burung Walet di Kabupaten Sampang.
No. Uraian
Tahun 2000
Tahun 2005
Tahun 2010
1. Produksi Sarang Burung Walet Kg
65,1 108,3
134 2.
Jumlah Penangkar orang 17
34 44
Sumber : Data primer diolah.
Perkembangan produksi total baik yang berkualitas baik dan yang kurang baik, sejak tahun 2000 hingga 2010, dapat digambarkan dengan garis trend
dengan bentuk matematis sebagai berikut : Y = -13812 + 6,94 X
Berdasarkan garis trend tersebut, terlihat bahwa sejak tahun 2000 hingga tahun 2010, terjadi peningkatan produksi rata-rata sekitar 6,94. Hal ini terjadi
karena jumlah penangkar sarang burung walet bertambah serta adanya perbaikan pemeliharaan dari penangkar, karena sudah berpengalaman. Untuk perkembangan
jumlah penangkar sejak tahun 2000 hingga 2010, telah bertambah yaitu dari 17 menjadi 44 orang atau bertambah 27 orang, perkembangan jumlah penangkar
dapat digambarkan dengan garis trend sebagai berikut : Y = - 5381,8 + 2,70 X
Walaupun selama 10 tahun terjadi penambahan 27 orang penangkar, namun usaha ini sangat membutuhkan modal dan pengalaman yang seimbang terutama
dalam hal pemeliharaan awal. Selain itu perlu adanya pengalaman dan keyakinan untuk menjadi penangkar sarang burung walet.
Untuk menjadi seorang penangkar perlu adanya suatu perhitungan yang benar- benar teliti dimana investasi dalam hal ini cukup besar, terutama biaya rumah
sarang burung walet. Disamping itu harus tekun dan sabar dalam menyelami perilaku kehidupan burung walet, yang dapat datang dan pergi dengan tiba-tiba.
Dalam pengolahan proses refining diperlukan bahan dan peralatan sebagai
berikut : 1.
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengolahan sarang walet adalah
sarang burung walet hasil panen yang dibudidayakan bukan sarang walet
yang dihasilkan dari alam, bahan kimia untuk proses refining pencucian, yaitu H2O2 0,5 dan NaHSO3 0,5 Indikator KMnO4
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah ember baskom, pinset, kaca pembesar loupe, mangkoan untuk membentuk sarang burung, oven.
Adapun cara kerja proses refining sarang walet adalah : a.
Sarang burung hasil panen direndam air hangat + 5
o
C selama 15 menit, selanjutnya ditiriskan sampai dingin
b. Setelah dingin, kotoran-kotoran yang melekat yaitu berupa bulu-bulu
halus dan lain-lain. Dibersihkan dicabuti dengan pinset dengan bantuan loupe kaca pembesar.
c. Selanjutnya sarang burung yang telah bersih dari bulu-bulu halus
direndam dengan H
2
O
2
0,5 selama 24 jam atau NaHSO
4
0,5 selama 24 jam.
d. Setelah selesai proses perendaman, maka sarang burung tersebut
dicuci disemprot dengan air sampai bersih tidak mengandung residu bahan kimia.
e. Untuk mengecek adanya residu H
2
O
2
dilakukan uji dengan KMnO
4
. f.
Selanjutnya sarang burung yang telah bebas bahan kimia dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC sampai mencapai kadar air sekitar 12 -
13 Dalam proses refiningyang dilakukan oleh para penangkar sarang
burung walet berdasarkan pengamatan dan wawancara terhdap para
penangkar tersebut, juga telah mendapatkan perhitungan secara ekonomis terhadap proses refining sarang walet. Hasil perhitungan
ekonomi dapat diuraikan pada uraian selanjutnya.