Gambar 2.4 menggambarkan seberkas cahaya yang melewati sebuah prisma. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma mengalami
dua kali pembiasan sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar.
Sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma disebut sudut deviasi dan diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi
tergantung pada sudut datangnya sinar. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum Dm
jika sudut datang cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma.
2.4.3.2 Dispersi Cahaya
Dispersi yaitu peristiwa terurainya cahaya putih menjadi cahaya yang berwarna- warni, seperti terjadinya pelangi. Pelangi merupakan peristiwa terurainya cahaya matahari
oleh butiran-butiran air hujan. Peristiwa peruraian cahaya ini disebabkan oleh perbedaan indeks bias dari masing-masing cahaya, di mana indeks bias cahaya merah paling kecil,
sedangkan cahaya ungu memiliki indeks bias paling besar. Cahaya putih yang dapat terurai menjadi cahaya yang berwarna-warni disebut
cahaya polikromatik, sedangkan cahaya tunggal yang tidak bisa diuraikan lagi disebut cahaya monokromatik. Peristiwa dispersi juga terjadi apabila seberkas cahaya putih,
misalnya cahaya matahari dilewatkan pada suatu prisma seperti pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Dispersi Cahaya oleh Prisma
Cahaya polikromatik jika dilewatkan pada prisma akan terurai menjadi warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kumpulan cahaya warna tersebut disebut
spektrum. Lebar spektrum yang dihasilkan oleh prisma tergantung pada selisih sudut deviasi antara cahaya ungu dan cahaya merah yang disebut dengan sudut dispersi.
2.4.4 Kuvet
Kuvet adalah tempat sampel yang harus terbuat dari bahan yang tembus radiasi pada panjang gelombang yang akan digunakan untuk pengukuran absorbansi. Berikut
adalah macam-macam kuvet [3]: 1.
Berdasarkan pemakaiannya ada dua macam kuvet a.
Kuvet permanen dibuat dari bahan gelas atau leburan silica b.
Kuvet dispossable dibuat dari teflon atau plastik 2.
Berdasarkan bahannya ada dua macam kuvet a.
Kuvet dari silica, dapat dipakai untuk analisis kuantitatif dan kualitatif pada daerah pengukuran 190
– 1100 nm
b. Kuvet dari gelas, dapat dipakai untuk analisis kuantitatif dan kualitatif pada daerah
pengukuran 380 – 1100 nm, karena bahan dari gelas dapat mengabsorpsi radiasi
UV
3. Berdasarkan penggunaannya ada dua macam kuvet
a. Kuvet bermulut sempit, untuk mengukur kadar zat alam pelarut yang mudah
menguap
b. Kuvet bermulut lebar, untuk mengukur kadar zat alam pelarut yang tidak mudah
menguap.
2.4.5 Fototransistor
Fototransistor merupakan jenis transistor bipolar yang menggunakan kontak
junction base-collector
untuk menerima atau mendeteksi cahaya dengan
gain
internal yang dapat menghasilkan sinyal analog maupun digital. Fototransistor ini akan mengubah
energi cahaya menjadi arus listrik dengan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan fotodioda, tetapi dengan waktu respon yang secara umum akan lebih lambat daripada
fotodioda. Hal ini terjadi karena transistor jenis ini mempunyai kaki basis terbuka untuk menangkap sinar, dan elektron yang ditimbulkan oleh foton cahaya pada
junction
ini diinjeksikan di bagian basis dan diperkuat di bagian kolektornya.
Pada fototransistor yang menggunakan rangkaian aktif rendah, jika kaki basis mendapat sinar, akan timbul tegangan pada basisnya dan akan menyebabkan transistor