13
UPT Perpustakaan UNIMED sebagai salah satu perpustakaan tinggi diharapkan dapat mendukung terlaksananya tridharma perguruan tinggi yang dilaksanakan
UNIMED. Koleksi yang dimiliki UPT Perpustakaan UNIMED terdiri dari buku teks, buku referensi, terbitan berseri, karya ilmiah, dan audio visual. Adapun jumlah koleksi
yang dimiliki oleh UPT perpustakaan UNIMED baik berupa buku maupun bahan bukan buku berjumlah 74.541 judul dan 200.739 eksemplar, sedangkan jumlah pengguna UPT
Perpustakaan UNIMED sebanyak 30.746 orang.
Untuk melaksanakan fungsinya perpustakaan harus dapat mengumpulkan berbagai jenis bahan pustaka atau informasi dan mengolahnya sedemikian rupa,
sehingga mudah ditemukan oleh pengguna. Agar mudah menemukan kembali informasi yang tersimpan dalam koleksi perpustakaan, baik buku maupun non buku, diperlukan
suatu sistem pengorganisasian yang baik. Proses ini salah satu dari kegiatan
pengindeksan subjek katalogisasi subjek.
UPT Perpustakaan UNIMED merupakan perpustakaan yang berada di bawah naungan UNIMED. Sesuai dengan judul penulisan kertas karya maka yang akan dibahas
adalah bagaimana kegiatan “Pengindeksan Subjek Pada UPT Perpustakaan UNIMED”.
Pemilihan UPT Perpustakaan UNIMED menjadi objek observasi dalam penulisan kertas karya ini karena perpustakaan UNIMED adalah salah satu
perpustakaan perguruan tinggi yang sudah baik pengelolaannya. 1.2.
Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian kertas karya ini adalah 1.
Untuk mengetahui pelaksanaan Pengindeksan Subjek Buku di perpustakaan UPT UNIMED.
2. Untuk mengetahui lebih jelas kendala yang dihadapi UPT Perpustakaan
UNIMED dalam melakukan kegiatan Pengindeksan Subjek Buku. 3.
Untuk mengetahui manfaat dan tata cara penggunaan Pengindeksan Subjek Buku dalam perpustakaan dengan menyediakan informasi sesuai dengan
kebutuhan pengguna dan memberikan kemudahan untuk memperoleh bahan pustaka.
1.3. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang didapatkan dari penulisan kertas karya ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
14
a. Bagi Institusi yang diobservasi, sebagai bahan masukan dalam
perencanaan kegiatan pengolahan demi tercapainya tujuan perpustakaan b.
Bagi Penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis, serta pemahaman tentang pengindeksan subjek buku.
c. Bagi Program Studi, sebagai bahan rujukan bacaan bagi para mahasiswa
sehingga dapat memperdalam pengetahuan khususnya pada mata kuliah tentang pengindeksan subjek.
1.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan melalui data yang
diperlukan untuk dikumpulkan melalui 3 tiga cara, yaitu :
1. Komunikasi langsung, yaitu pengumpulan data melalui wawancara atau
tatap muka kepada pimpinan dan pustakawan yang berhubungan dengan pelaksanaan pengindeksan subjek buku.
2. Studi kepustakaan, yaitu mempelajari literatur, artikel dan dokumen yang
berhubungan dengan penulisan kertas karya ini. 3.
Studi lapangan, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan pada objek penelitian di UPT Perpustakaan UNIMED.
1.5. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penelitian yang akan dibahas dalam kertas karya ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengindeksan subjek buku pada UPT Perpustakaan
UNIMED.
Universitas Sumatera Utara
15
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur penunjang lainnya, dalam melaksanakan Tridharma
melalui penyediaan informasi perguruan tinggi.
Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 1994 : 3 dinyatakan bahwa:
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unit pelaksana teknis UPT Perguruan tinggi yang, bersama-sama dengan unit lain, turut melaksanakan
tridarma perguruan tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat, serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada
khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.
Sehubungan dengan hal di atas dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004: 3 “Perguruan tinggi adalah universitas, institut, sekolah tinggi,
akademi, politeknik, dan perguruan lain yang sederajat”. Sehubungan dengan hal di atas Hasugian 2009 : 79-80 menyatakan bahwa
“perpustakaan perguruan tinggi adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan didanai oleh sebuah universitas untuk memenuhi
kebutuhan informasi, penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya”. Sedangkan Sulistyo-Basuki 1993: 51 mengemukakan bahwa:
Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan
tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya dengan nama Tridharma perguruan tinggi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat maka perpustakaan perguruan tinggi pun bertujuan membantu melaksanakan ketiga dharma perguruan tinggi.
Selain pendapat di atas dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 1994 : 5 penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi didasari landasan
hukum sebagai berikut:
1. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi
3. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 068U1991 tentang
Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi 4.
Surat Keputusan Diriktorat jenderal Pendidikan Tinggi No. 1621967 tentang Persyaratan Minimal Perguruan
Universitas Sumatera Utara
16
5. Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Kepala
Badan Administrasi Kepengawaian Negara, No. 53649MPK1988, No. 15SE1988
6. Surat keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang
Angka Kredit bagi Pustakawan, No. 18MENPAN1988
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan perguruan tinggi memiliki landasan hukum yang menentukan status perpustakaan sebagai unit pelayanan
teknis dan badan bawahan perguruan tinggi mencakup universitas, fakultas, akademik, politeknik, dan perguruan lain yang sederajat.
2.1.1. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi sebagai pusat penelitian karena banyak menyediakan informasi yang berkaitan dengan sarana pendukung dalam proses
penelitian. Adapun sisi lain tujuannya sebagai Unit Pelaksana Teknis UPT dari suatu perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain melakukan kegiatannya sehingga
terlaksana program lembaga induknya untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Menurut Sulistyo-Basuki 1993 : 51 dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan, secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:
a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya
staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga adsminitrasi perguruan tinggi.
b. Menyediakan bahan pustaka rujukan refrensi pada semua tingkat
akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama sampai pada mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar.
c. Menyediakan ruang belajar bagi pemakai perpustakaan
d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis
pemakai. e.
Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak terbatas pada lingkungan perguruan tinggi tetapi juga lembaga indrustri lokal.
Sedangkan dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman 1994 : 32 dinyatakan bahwa Sebagai unsur penunjang pelaksana tridharma perguruan
tinggi, perpustakaan merumuskan tujuan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
17
1. Mengadakan buku, jurnal, dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen,
mahasiswa, dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran di perguruan tinggi.
2. Mengadakan buku, jurnal, dan pustaka lainnya yang diperlukan untuk
penelitian sejauh dana tersedia. 3.
Mengusahakan, menyimpan, dan merawat pustaka yang bernilai sejarah, yang dihasilkan oleh sivitas akademika.
4. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian pustaka.
5. Menyediakan tenaga yang cakap serta penuh dedikasi untuk melayani
kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu, mampu memberikan pelatihan penggunaan pustaka.
6. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program
perpustakaan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat perguruan tinggi terutama
sivitas akademika perguruan tinggi penaungnya.
2.1.2. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan perpustakaan harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004 : 3-4 dinyatakan bahwa sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan
misinya, fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut: 1.
Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh
karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran
setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi
Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
3. Fungsi Riset
Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki.
4. Fungsi Rekreasi
Universitas Sumatera Utara
18
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi
pengguna perpustakaan.
5. Fungsi Publikasi
Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf
non-akademik.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya
7. Fungsi Interpretasi
Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk
membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.
Sedangkan Hasugian 2009: 82-84 secara umum fungsi perpustakaan adalah: 1.
Penyimpanan Salah satu tugas pokok perpustakaan adalah menyimpan bahan
perpustakaan yang diterimanya. Tugas inilah yang menyebabkan perpustakaan selalu disebut dengan istilah document strorage, sebab semua
jenis perpustakaan melakukan fungsi ini. Akan tetapi, fungsi penyimpanan lebih nyata terlihat pada perpustakaan nasional daripada jenis perpustakaan
lainnya.
2. Pendidikan
Merupakan tempat belajar seumur hidup, terlebih-lebih bagi mereka yang sudah bekerja atau lebih meninggalkan bangku sekolah ataupun putus
sekolah. Pada suatu perguruan tinggi, peran perpustakaan sangat nyata. Sehingga muncul pernyataan bahwa perpustakaan adalah jantung
perguruan tinggi.
3. Penelitian
Kegiatan penelitian mutlak memerlukan jasa perpustakaan. Perpustakaan bertugas untuk menyediakan bahan perpustakaan penyedia materi untuk
keperluan penelitian
4. Informasi
Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemakai. Informasi sudah merupakan pengolahan data perpustakaan yang disediakan dengan
permintaan pemakai.
5. Kultural
Perpustakaan bertugas menyimpan khasana budaya bangsa khususnya yang berupa media yang merekam informasi, naskah, manuskrip dan
dokumen lainnya. Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat dengan demikian,
perpustakaan juga berperan dalam meningkatkan nilai dan apresiasi budaya dari masyarakat sekitar perpustakaan melalui penyediaan bahan
bacaan.
6. Rekreasi
Universitas Sumatera Utara
19
Pengguna perpustakaan dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca. Oleh karena itu, melalui bahan bacaan yang disediakan oleh perpustakaan
juga terkandung aspek rekreasi terutama bacaaan umum dan karya fiksi seperti novel, roman, dan sebagainya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sulistyo-Basuki 1990 : 107 yang menyatakan bahwa fungsi utama perpustakaan perguruan tinggi antara lain:
1. Fungsi edukatif, perpustakaan membantu mengembangkan potensi
mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan.
2. Fungsi informasi, perpustakaan membantu mahasiswa dalam memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya melalui penelusuran informasi yang ada di perpustakaan.
3. Menunjang kegiatan penelitian, dalam hal ini perpustakaan menyediakan
sejumlah informasi yang diperlukan agar proses penelitian dosen, mahasiswa, dan staff non edukatif dapat dilakukan berdasarkan data-data
yang diperoleh dari perpustakaan.
4. Sebagai tempat rekresi dan hiburan, mahasiswa dapat mengandalkan
perpustakaan untuk mengurangi ketegangan setelah lelah belajar dengan bahan bacaan ringan dan menghiburkan yang ada di perputakaan.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004 : 5 penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi
untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut didasari landasan hukum sebagai berikut: 1.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 234U2003 tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi
3. Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang
Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya No. 123KEPMPAN122002
4. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi
5. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1999 tenang Perguruan Tinggi sebagai
Badan Hukum Milik Negara Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Kepala Badan Administrasi Kepegawasan Negara,
No. 53649MPK1988, No. 15SE1988
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa fungi perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan sumber belajar terutama sivitas akademik, sumber informasi
dan penelitian untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Selain itu perpustakaan perguruan tinggi memiliki lantasan hukum.
2.1.3. Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi
Universitas Sumatera Utara
20
Secara umum tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah, dan merawat bahan pustaka
serta mendayagunakannya baik bagi sivitas akademika maupun masyarakat luar kampus.
Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004: 3 Tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah
1. Mengembangkan koleksi
2. Mengolah dan merawat bahan perpustakaan
3. Memberi layanan
4. Melaksanakan administrasi perpustakaan
Sedangkan Sulistyo-Basuki 1994: 67 untuk dapat memenuhi fungsi tersebut, tugas perguruan tinggi ialah:
1. Melaksanakan pemilihan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan
para pemakai perpustakaan yaitu mahasiswa atau pengajar serta pihak lain yang membutuhkan informasi.
2. Mengolah bahan pustaka yang tersedia sehingga dengan mudah dapat
dipergunakan oleh pemakai. 3.
Menyelenggarakan peminjaman bahan pustaka dengan cara yang efisien. 4.
Membantu para pemakai perpustakaan untuk mendapatkan dan memakai bahan pustaka yang diperlukannya dalam bentuk program bimbingan
penggunaan perpustakaan yang bersifat resmi kurikuler maupun secara perseorangan.
5. Menyelenggarakan kerja sama antarperpustakaan dengan memanfaatkan
sistem jaringan informasi yang ada dalam rangka meluaskan cakupan koleksi dan pelayanan informasi masing-masing perpustakaan.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan jasa yang dapat mendukung proses pelaksanaan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat dengan cara memutahirkan bahan perpustakaan baik tercetak maupun tidak tercetak demi mendukung dan mengembangkan kualitas
program kegiatan perguruan tinggi.
2.2. Pengolahan Bahan Pustaka
Bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sangat diutamakan, karena tanpa bahan pustaka suatu perpustakaan tidak layak untuk dimanfaatkan. Pengolahan bahan
pustaka merupakan salah satu tugas perpustakaan. Bahan pustaka yang masuk ke
Universitas Sumatera Utara
21
perpustakaan wajib diolah dengan baik agar proses temu kembali informasi dapat dengan mudah dilakukan. Dalam pelaksanaannya, proses pengolahan bahan pustaka
dapat berbeda antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya tergantung pada kebijakan yang ditentukan oleh perpustakaan yang bersangkutan. Bahan pustaka dapat
diperoleh melalui pembelian, hadiah, dan tukar-menukar terbitan perguruan tinggi, lembaga penelitian, atau lembaga lain, dilingkungan lembaga induk perpustakaan
tersebut.
Melalui pengolahan bahan pustaka penggolongan menurut bidang ilmu, penyusunan katalog bahan pustaka disiapkan agar dapat disimpan di tempat
penyimpanan rak buku menurut susunan tertentu dan mudah ditemukan dan digunakan
oleh pengguna perpustakaan.
Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 1994 : 4
dinyatakan bahwa perpustakaan dikelola oleh tiga golongan karyawan yaitu:
1. Pustakawan dengan pendidikan kesarjanaan dalam ilmu perpustakaan atau
yang sederajat, dan pustakawan dengan pendidikan ilmu perpustakaan tingkat akademi atau yang sederajat
2. Tenaga fungsional lain dengan pendidikan keahlian tingkat perguruan
tinggi 3.
Tenaga administrasi Sehubungan dengan pengolahan bahan pustaka Purwono 2010: 111
menyatakan bahwa “Pengolahan bahan pustaka dokumen antara lain menyangkut pengindeksan atau katalogisasi deskriptif dan pengindeksan subjek”.
Setelah dicatat dalam buku inventaris, bahan perpustakaan yang diterima selanjutnya dikatalog dan diklasifikasi untuk memudahkan temu kembali informasi.
Pengatalogan bahan perpustakaan adalah kegiatan mencatat data bibliografi bahan perpustakaan menurut aturan yang berlaku di perpustakaan. Pengklasifikasian
merupakan kegiatan menggolongkan bahan perpustakaan menurut kelas bidang ilmunya.
Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 1994 : 45 dinyatakan bahwa untuk kegiatan pengolahan bahan pustaka diperlukan sarana kerja
sebagai berikut: 1.
Kartu katalog buku 2.
Girik buku, kocek buku, lembar tenggat, dan label
Universitas Sumatera Utara
22
3. Kartu majalahkardeks
4. Disket dan kertas computer beserta perangkat lunaknya
5. Lemari katalog
6. Rak buku
7. Rak majalah
8. Rak khusus peta
9. Rak surat kabar
10. Kotak majalah
11. Kotaklemarirak khusus untuk pustaka non-buku
12. Meja dan kursi kerja
13. Computer dan printer beserta perangkat lunaknya
14. Mesin tik
15. Mesin stensil
16. Alat baca pustaka renik
17. Proyektor
18. Video player
19. Cassette player
dll. Perpustakaan yang dikelola dengan baik dapat menempati peran yang penting
dan strategis, melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik, yang akan memberikan sejumlah nilai atau manfaat bagi pengguna dalam usaha mencerdaskan dan sekaligus
sebagai penghimpun serta pendokumentasian sejarah dan ilmu pengetahuan. Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu tugas perpustakaan. Bahan
pustaka yang masuk ke perpustakaan wajib diolah dengan baik agar proses temu kembali informasi berjalan lancar dan mewujudkan tertib administrasi. Dalam
pelaksanaannya, proses pengolahan bahan pustaka dapat berbeda-beda urutan kegiatan atau alur prosesnya antara perpustakaan satu dengan yang lainnya disebabkan oleh
adanya perbedaan budaya kerja, sumber daya manusia, dan sarana prasarana dalam proses pengolahan. Kegiatan pokok dalam pengolahan bahan pustaka yaitu:
1. Verifikasi katalog, katalogisasi deskriftif, katalogisasi subjek, dan
klasifikasi 2.
Pembuatan kelengkapan buku, label, slip tanggal kembali, karya buku, dan barcode jika online
Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman 2004 : 60 dinyatakan bahwa untuk membuat katalog bahan perpustakaan diperlukan alat bantu
pengatalogan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
23
Untuk deskripsi bahan perpustakaan: 1.
Anglo-American Cataloguing Rules AACR 2.
Standar deskripsi untuk monografi 3.
Standar deskripsi untuk terbitan berseri 4.
Peraturan katalogisasi Indonesia 5.
Format MARC INDONESIA INDOMARC 6.
Format Dublin Core 7.
Standar penentuan tajuk entri Untuk klasifikasi, antara lain:
1. Dewey Decimal Classification DDC
2. Daftar perluasan DDC yang dikembangkan khusus untuk Indonesia
3. Universal Decimal Classification UDC
Untuk tajuk subjek, antara lain: 1.
Library of Congress Subject Headings LCSH 2.
Sears Lists Subject Headings 3.
Medical Subject Headings MESH Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa, pengolahan bahan pustaka adalah
salah satu kegiatan yang dilakukan secara sistematis mulai dari bahan pustaka tersebut masuk ke perpustakaan hingga siap untuk digunakan oleh pengguna user
, yang
bertujuan memberikan kemudahan penelusuran informasi bahan pustaka.
2.2.1. Pengatalongan Deskriptif
Pengatalogan merupakan proses penyusunan data bibliografi ke dalam katalog perpustakaan baik katalog kartu maupun katalog Online. Pengatalogan merupakan
proses membuat wakil bahan pustaka. Pengatalogan deskriptif merupakan identifikasi dan penggambaran karakteristik bibliografi dari masing-masing bahan perpustakaan.
Menurut Siregar 2013 : 23 “Pengatalongan deskriptif adalah kegiatan untuk membuat deskripsi data bibliografi dan deskripsi fisik yang dianggap penting untuk
mengenali suatu bahan pustaka dan titik pendekatan melalui penentuan tajuk entri, baik berdasarkan nama pengarang dan judul, sesuai dengan pedoman pengatalongan yang
digunakan”. Sedangkan Kahar 2014 : 13 menyatakan bahwa: “pengatalongan deskriptif
adalah kegiatan mencatat identitas setiap bahan pustaka yang diperlukan untuk dapat memberikan gambaran tentang bahan pustaka yang bersangkutan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa dalam pengatalongan deskriptif juga ditentukan tajuk entri sebagai titik akses. Dalam arti akses untuk dapat
Universitas Sumatera Utara
24
mendekati dari segi bibliografis bahan pustaka tersebut. Pada umumnya nama pengarang ditentukan sebagai tajuk entri utama, yaitu tajuk pada entri utama sebagai
titik akses pengarang.
2.2.2. Pengatalongan Subjek
Pengatalogan subjek merupakan analisa terhadap isi subjek yang terdapat di dalam bahan perpustakaan terutama dalam penentuan tajuk subjek dan nomor
klasifikasinya. Menurut Siregar 2013: 23 dinyatakan bahwa:
Pengatalongan Subjek adalah kegiatan untuk menentukan deskripsi subjek suatu bahan pustaka. Deskripsi ini akan menunjukan isi atau subjek suatu bahan
pustakadokumen. Pada umumnya penentuan subjek suatu dokumen dinyatakan dengan notasi yang diambil dari suatu skema klasifikasi, sedangkan untuk tajuk
subjek diambil dari salah satu daftar tajuk subjek, sesuai dengan kebijakan perpustakaan.
Sedangkan Sulistyo-Basuki 1992: 107 tujuan katalog adalah a.
Identifikasi dokumen primer; b.
Menentukan lokasi dokumen serta proses temu baliknya; c.
Temu balik dokumen primer untuk memenuhi permintaan pemakai dengan berdasarkan ancangan pengarang, subjek, Negara, judul, dan sebagainya;
d. Administrasi kumpulan dokumen.
Sehubungan dengan hal di atas Suhendar 2007: 2 menyatakan bahwa tujuan pembuatan katalog perpustakaan C.A. Cutter pada tahun 1876 yang diangkat kembali
oleh Needham, 1971 sebagai berikut: 1.
Memberikan kemudahan kepada seseorang untuk menemukan bahan pustaka yang telah diketahui pengarang, judul atau subjeknya secara cepat,
tepat, dan akurat.
2. Menunjukkan bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan oleh
pengarang tertentu berdasarkan subjek tertentu atau subjek-subjek yang berhubungan dan jenis atau bentuk literatur tertentu.
3. Membantu dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan edisi dan
karakternya sastra atau berdasarkan topik Sedangkan Siahaan 2013: 2 menyatakan bahwa fungsi katalog perpustakaan
sebagai berikut: 1.
Sebagai sarana atau alat bantu dalam temu balik informasi information retrieval di suatu perpustakaan.
2. Dapat menunjukkan dokumen apa saja yang dimiliki oleh sebuah
perpustakaan
Universitas Sumatera Utara
25
3. Sebagai suatu sistem komunikasi yang dapat menunjukkan kekayaan
koleksi yang dimiliknya. 4.
Sebagai daftar inventaris dari seluruh bahan pustaka yang dimilikinya 5.
Dapat membantu pada pemilihan sebuah buku berdasarkan edisinya, atau berdasarkan karakternya sastra atau topik.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pengatalongan subjek menganalisa isi dokumenhari bakal di dalam bahan perpustakaan serta melakukan
deskripsi subjek suatu bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan terutama dalam penentuan tajuk subjek dan nomor klasifikasi.
2.3. Pengindeksan Subjek
Pengindeksan merupakan kegiatan deskripsi isi dokumen dengan memilih istilah paling tepat yang mampu mewakili isi dokumen. Istilah yang dipilih berasal dari
kosakata terkendali, bahasa dokumenter dan ditata untuk memudahkan penyusunan berkas untuk keperluan penelusuran. Kegiatan pengindeksan sebagai kegiatan sentral
sistem dokumentasi untuk simpan dan temu balik informasi. Pengindeksan berlangsung pada tahap tengah rangkaian dokumenter, baik pada saat dokumen memasuki subsistem
simpan dan temu balik informasi ataupun pada waktu penelusuran. Menurut Kahar 2014 : 13 “Pengindeksan subjekkatalogisasi subjek adalah
proses katalogisasi yang berhubungan dengan penentuan subjek bahan pustaka termasuk di dalamnya klasifikasi dan penentuan tajuk subjek.
Kegiatan katalogisasi subjekpengindeksan subjek meliputi 2 tahap perkerjaan yaitu:
1. Analisis Subjek, dan
2. Penerjemahan unsur-unsur tersebut ke dalam salah satu Bahasa Indeks.
Dalam kegiatan perpustakaan, istilah pengindeksan indexing digunakan dengan berbagai arti. Pengindeksan dihubungkan dengan semua kegiatan dalam
pembentukan indeks dan sejenis katalog dan bibliografi. Menurut Purwono 2010: 93 Pengindeksan Subjek sebagai berikut:
1. Klasifikasi dokumen berdasarkan subjeknya. Istilah klasifikasi hampir
selalu digunakan dalam batasan sempit, yakni pembentukan kelas berdasar subjek.
Universitas Sumatera Utara
26
2. Pembentukan indeks dan sejenisnya yang akan memudahkan penemuan
kembali dokumen dari segi subjeknya. Menurut Siregar 2014 : 31 Tujuan pengindeksan tuntas adalah mengeluarkan
dalam deskripsi indeks semua konsep utama yang dicakup dalam suatu dokumen misalnya buku teks mengenai ‘antropologi sosial’ umpamanya, maka dengan
kebijaksanaan pengindeksan tuntas, pengindeksan memilih semua konsep utama yang tercakup oleh dokumenbuku tersebut. Dalam konsep-konsep seperti struktur sosial,
kekerabatan, pernikahan, dan sebagainya akan ditunjukkan dalam analisis subjek untuk buku tersebut. Dalam pengindeksan tuntas ini yang dikeluarkan bukan hanya konsep
yang terdapat dalam tema utama dokumen itu, tetapi juga konsep-konsep yang tercakup dalam subtema dengan tingkatan yang berbeda-beda.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Pengindeksan Subjek adalah kegiatan melakukan identifikasi tentang subjek atau pokok persoalan yang dibahas
dalam suatu bahan pustaka.
2.3.1. Kekhususan
Selain melakukan analisis subjek, pengindeks harus dapat memperkirakan kebutuhan informasi pengguna perpustakaan. Konsep-konsep yang dikeluarkan dalam
analisis subjek memiliki derajat kekhususan specificity. Menurut Siregar 2014 : 32 Hubungan genusspecies berasal dari klasifikasi
ilmiah dalam dunia hewan dan tumbuh-tumbuhan, istilah genusspecies digunakan dalam pengindeksan untuk mengenali hubungan yang terdapat diantara benda dengan
jenis-jenis benda itu. Bangunan umpamanya, merupakan genus, sedangkan rumah adalah species dari genus tersebut. Perpustakaan umum, perpustakaan perpustakaan
perguruan tinggi merupakan species dari “Perpustakaan”.
Selanjutnya Siregar 2014 : 33 Kekhususan dan ketuntasan dalam pengindeksan mempengaruhi penggilan kembali dan ketepatan. Misalnya suatu perpustakaan yang
kebijaksanaan pengindeksannya adalah rangkuman, tetapi yang mengerjakan pengindeksan konsep secara non-spesifik. Jadi, dalam pengindeksan dokumen mengenai
jenis sekolah, yang digunakan adalah istilah SEKOLAH genus. Jika ada permintaan dokumen mengenai SEKOLAH DASAR, maka semua dokumen yang diindeks dengan
istilah SEKOLAH harus ditelusuri untuk menemukan dokumen relevan yang diminta. Akibatnya, ketepatan rendah. Andaikan kekhususan pengindeksan ditambah, yakni
konsep “sekolah dasar” diindeks dengan istilah SEKOLAH DASAR yang merupakan species dan bukan genus, maka untuk menjawab permintaan informasi mengenai subjek
ini, yang diperlukan hanya menelusur dan menemukan kembali dokumen yang diindeks dengan istilah SEKOLAH DASAR. Dokumen lainnya yang mengenai taman kanak-
kanak, sekolah lanjutan dan jenis sekolah lainnya tidak perlu diperhatikan. Semakin cermat kekhususan yang diterapkan dalam pengindeksan, semakin tinggi derajat
kekhususan yang dapat dicapai untuk memenuhi suatu permintaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa Kekhususan adalah salah satu hubungan penting yang terdapat diantara konsep-konsep, yakni hubungan genus
Universitas Sumatera Utara
27
species. Dalam hal ini konsep dinyatakan dalam pengindeksan salah satu species, maka yang diterapkan adalah derajat kekhususan yang lebih tinggi. Dalam species lebih
khusus daripada menyatakan genusnya. Kompas, Analisa, surat kabar, merupakan satu
jenis media massa.
2.3.2. Pengindeksan Berangkai
Pengindeksan dapat juga berlangsung semasa produksi dokumen, dalam dokumen yang sangat cukup banyak. Dokumen primer biasanya pada bagian akhir
dokumen. Tujuannya memilih dokumen yang sesuai dengan istilah yang digunakan dan indeks merupakan sarana pilih atau temu balik bagi kepentingan pemakai.
Menurut Siregar 2014 : 58 Pengindeksan berangkai chain indexing adalah suatu metode pembentukan indeks AZ yang dikerjakan dengan memilih entri-entri
indeks sistematik dan berhemat. Selanjutnya 2014 : 51 Pemakaian indeks ini untuk katalog berkelas tidak akan
bermanfaat, karena: 1.
Banyak subjek yang terdaftar dalam indeks berabjad itu tidak akan terdapat dalam koleksi tertentu, sehingga juga tidak akan dijumpai dalam
jajaran berkelas. Keadaan ini akan meresahkan pemakai yang menelusuri jajaran berkelas itu, tetapi tidak menjumpai subjek yang dikehendaki
karena memang tidak terdaftar dalam jajara tersebut.
2. Subjek majemuk dalam koleksi yang diwakili oleh nomor kelas yang
majemuk pula tidak akan dapat diperoleh melalui indeks itu. Dalam keadaan ini pemakai tidak dapat langsung mendekatkan jajaran berkelas
untuk mendekatkan subjek spesifik yang dikehendakinya.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pengindeksan berangkai adalah merupakan metode pembentukan indeks subjek berabjad. Pengindeksan menentukan
kelas untuk dokumen yang terdapat dalam koleksi buku dalam membuat entri-entri untuk indeks subjek berabjad tersebut.
2.3.3. Prosedur Berangkai
Subjek-subjek yang terdaftar dalam indeks berabjad merupakan jajaran berkelas yang terdapat dalam dokumen. Salah satu cara adalah dengan pengindeksan berangkai
chain indexing yang dapat dikerjakan secara ekonomis dan sistematis.
Universitas Sumatera Utara
28
Menurut Siregar 2014 : 52 1.
Prosedur Berangkai didasarkan pada nomor kelas yang diberikan kepada dokumen.
2. Pernyataan ringkas subjek okumen dalam nomor kelas disebut notasi.
Tempat subjek dalam jajaran berkelas ditentukan oleh notasi yang juga menentukan entri-entri untuk dokumen mengenai subjek.
3. Jajaran berkelas yang disusun berdasarkan DDC pada dasarnya adalah
suatu sistem entri tunggal single entry system. 4.
Dalam sistem, umumnya hanya satu nomor kelas diberikan untuk tiap dokumen dan merupakan tajuk entri tunggal dalam jajaran berkelas.
Dalam uraian di atas dapat dikemukan bahwa prosedur berangkai umumnya diberikan nomor kelas dalam dokumen dan tiap dokumen diberikan satu nomor kelas,
disusun sesuai berdasarkan DDC.
2.3.4. Analisis Kelas Menjadi Rangkaian
Struktur tiap kelas dapat dibulatkan analisis, sehingga menjadi suatu “rangkaian” konsep.
Menurut Siregar 2014 : 52 Contoh Analisis Kelas menjadi Rangkaian adalah sebagai berikut:
“Partai Politik di Indonesia” yang akan dikelaskan menurut DDC 19. Analisis subjek;
Political SciencePolitical Parties: Indonesia Nomor kelas: 324.2598
Rangkaian: 300
Social sciences 320
Political sciences Politics and Goverment 324
The Political process 324.2
Political parties 324.2598
Indonesia Analisis kelas menjadi rangkaian dikerjakan dengan dengan melihat bagan-
bagan dalam skema klasifikasi, serta mencatat tiap langkah pembagian pada kelas itu,
Universitas Sumatera Utara
29
seperti yang dicontohka diatas. Tiap rangkaian mencerminkan ciri-ciri pembagian yang ditetapkan dalam urutan situasi tertentu.
Konsep-konsep yang tersusun rangkaian dikerjakan dengan skema klasifikasi, serta melakukan pencatatan tiap langkah pembagian pada kelas yang terdapat dalam
buku, seperti yang dicontohkan diatas. Tiap rangkaian mencerminkan ciri-ciri pembagian yang ditetapkan dalam urutan situasi tertentu.
Dalam uraian di atas dapat dikemukakan bahwa analisis kelas menjadi rangkaian haruslah dilakukan terlebih dahulu melakukan analisis subjek, selanjutnya nomor kelas,
serta melakukan analisis kelas rangkaian subjek.
2.3.5. Entri Indeks
Entri indeks sangat butuhkan dalam pembentukan entri indeks untuk subjek tertentu dengan menggunakan prosedur berangkai.
Menurut Siregar 2014 : 53-54 Lihat contoh yang sudah diberikan sebelumnya, yakni: “Partai politik di Indonesia”
Nomor kelas : 324.2598
Rangkaian :
300 Social sciences
320 Political Science Politics and Goverment
324 The political prosess
324.2 Political parties
324.2598 Indonesia
Entri indeks pertama yang dibuat untuk subjek itu adalah: Indonesia : Political Parties................................................. 324.2598
Informasi mengenai subjek, langsung dibawa ke lokasi subjek spesifik. Entri indeks yang digunakan adalah
Indonesia : Political Parties................................................. 324.2598 Penelusuran mencari informasi mengenai partai poliik di Indonesia, dan entri
indeks AZ mengarahkannya ke nomor kelas 324.2598 dalam katalog berkelas. Dalam katalog berkelas penelusur akan mendapatkan susunan entri-entri dokumen mengenai
subjek yakni mengenai subjek spesifik penelusurannya yang dalam hal ini adalah
Universitas Sumatera Utara
30
“Partai Politik di Indonesia”. Penelusuran entri yang langsung menuju ke kelas lengkap untuk subjek Entri indeks AZ spesifik.
Entri indeks AZ spesifik untuk kelas 324.2598 adalah: Indonesia : Political Parties.............................................
324.2598 Dari uraian di atas dapat dikemukan bahwa kata entri yang diindeks disertai
nomor kelas yang sesuai dengan tingkatannya dalam rangkaian konsep-konsep.
2.3.6. Prosedur Pengindeksan
Prosedur pengindeksan berlangsung dalam beberapa bentuk. Pengindeksan dapat dilakukan dalam kegiatan tunggal sesuai kegiatan deskripsi bibliografi. Prosedur
pengindeksan dilakukan oleh satu orang atau orang lain yang menangani keseluruhan dalam pengolahan. Pengindeksan dapat pula dilakukan dalam tahap berjam-jam oleh
beberapa pengindeks, masing-masing pengindeks bertanggung jawab atas tugas tertentu atau tingkat tertentu.
Menurut Sulistyo-Basuki 1992 : 95 Pelaksanaan pengindeksan sama dengan pelaksanaan deskripsi isi, mencakup langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengamatan awal terhadap dokumen.
2. Identifikasi subjek utama.
3. Identifikasi elemen yang dideskripsikan dan ekstraksi istilah berkaitan.
4. Verifikasi relevansi istilah-istilah tersebut.
5. Konversi istilah dari bahasa sehari-hari ke bahasa documenter bilamana
diperlukan. 6.
Verifikasi relevansi deskripsi. 7.
Pengaturan deskripsi sesuai dengan ketentuan formal yang dianut oleh sistem informasi bersangkutan.
Selanjutnya Sulistyo-Basuki 1992 : 98 bahwa indeks yang telah ditentukandipilih dapat diuji dengan cara:
1. Membandingkannya dengan dokumen asli, apakah deskriptor yang dipilih
sesuai dengan isi dokumen atau tidak; 2.
Membandingkannya dengan kumpulan istilah yang diambil tatkala mulai pengindeksan;
3. Menyimulasi beberapa pertanyaan untuk memeriksa apakah mampu temuu
balik dokumen; 4.
Mencari informasi mengenai subjek yang dibahas oleh dokumen; dan 5.
Membandingkannya dengan pengindeksan beberapa dokumen yang sama. 6.
Pengindeksan Subjek.
Universitas Sumatera Utara
31
Untuk mengukur kualitas pengindeksan Sulistyo-Basuki mengemukakan beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Kedalaman
semua tempat, objek, dan konsep yang berkaitan dengan dokumen terdapat dalam indeks.
2. Pemilihan
hanya informasi yang berguna bagi pemakai saja yang dipilih 3.
Kekhususan deskripsi yang diberikan mewakili isi dokumen secermat mungkin dan
menghindari descriptor terlalu umum atau terlalu rumit. 4.
Taat asas konsisten pengindeks atau pemakai lain biasanya mendeskripsi dokumen bersubjek
sama dengan cara yang sama dilakukan oleh pengindeks.
Selain pendapat di atas Purwono 2010 : 100-101 menyatakan bahwa proses pengindeksan adalah sebagai berikut:
1. Pengindeksan kata, dalam hal ini semua kata yang tercantum dalam
dokumen biasanya disebut bahasa alamiah sebagai dasar pembuatan indeks kecuali yang termasuk stop list. Stop list adalah semua kata yang
tidak termasuk dalam keyword atau tidak dapat didekati, misalnya semua artikel kata sandang seperti: an, a, the, dll. Untuk pemakaian kosakata
yang diambil dari dokumen judul kita harus mengetahui sinonimnya untuk mendapatkan banyak dokumen dalam proses penemuan kembali.
Untuk menyatakan semua itu sinonim dalam sistem komputer, ada tanda- tanda tertentu misalnya dengan or, and atau dengan tanda titik dua : atau
mengadakan pemotongan, misalnya teacher menjadi teach.
2. Pengindeksan konsep, dalam pengindeksan ini yang diindeks adalah
konsep bukan kata. Dalam pengindeksan konsep ini dapat menggunakan bahasa artificial yang disesuaikan dengan kebutuhan pengindeksan.
Bahasa artificial adalah bahasa indeks berstruktur yang terdiri dari satu daftar istilah indeks yang terawasi yang disebut kosakata terawasi atau
daftar kendali. Dari tiap dokumen harus dikenali konsepnya, dan konsep itu diterjemahkan ke dalam suatu istilah indeks atau kelas yang diambil
dari suatu daftar kendali kosakata terawasi. kosakata terawasi menghasilkan pengindeksan yang taat asas dan penyesuaian kosakata
antara pengindeks dan penelusur informasi. Kosakata terawasi mengendalikan kata sinonim, yang mendekati sinonim, homograf dan
mempermudah penelusuran generick dengan memperlihatkan hubungan antar kata untuk memperbanyak recall = perolehan
3. Pengindeksan bahasa alami dengan mesin,
- KWICK Key word in contact, kata yang digunakan sebagai kunci
terletak di tengah, tetap pada kalimat. Misalnya: University of Marylin
Public library
library administration
Universitas Sumatera Utara
32
Introduction to library Manual of
classification library
classification Library
- KWOC Key word out of contex, kata yang dianggap sebagai kunci
dikeluarkan di depandi belakang, misalnya education
Library Introduction to library classification Library Library education
Library Manual of library classification Library Public library administration
Library
University of Marylin library Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa Prosedur pengindeksan
subjek penting dan dapat dilakukan oleh satu orang atau orang lain yang menangani keseluruhan pengolahan dalam mencari informasi mengenai subjek yang dibahas dalam
suatu dokumen.
2.3.7. Analisis Subjek
Klasifikasi yang umum digunakan pada perpustakaan sekarang ini adalah menggunakan klasifikasi fundamental. Artinya, klasifikasi dilakukan berdasarkan isi
fundamental suatu buku, sehingga perubahan fisik buku, baik warna, tinggi, maupun lebar buku, tidak memengaruhi subjek atau isi suatu buku.
Menurut Suwarno 2010 : 119 “Analisis subjek merupakan hal sangat penting dan memerlukan kemampuan intelektual, di sinilah bahan pustaka ditentukan tempatnya
dalam golongannya, jadi setiap dokumen harus dianalisis isinya”. Sedangkan Siregar 2014 : 30 Analisis subjek tidak berarti analisis bidang
pengetahuan dalam arti luas. Analisis subjek yang diperlukan dalam pengindeksan adalah analisis subjek sebagaimana subjek tersebut diungkapkan dalam dokumen
literary warrant. Untuk melakukan analisis subjek, penganalisis perlu mengetahui prinsip-prinsip
dasar analisis subjek. Prinsip-prinsip analisis subjek dibagi menjadi tiga bagian besar, yang kemudian diperinci kembali dalam bagian-bagian yang lebih kecil, hal tersebut
dapat dilihat dalam bagan berikut:
Universitas Sumatera Utara
33
Gambar 2.1 Bagan Prinsip Dasar Analisis Subjek
Sumber : Buku Pengetahuan Dasar Kepustakaan, 2010 : 120
Menurut suwarno 2010 : 120 tiga bagian besar analisis subjek adalah 1.
Disiplin ilmu yaitu buku yang dianalisis harus masuk ke dalam disiplin ilmu tertentu;
2. Objek bahasan atau fenomena yaitu setelah ditemukan disiplin ilmu
tertentu buku harus jelas membahas tentang suatu kajian atau fenomena tertentu dalam disiplin ilmu;
3. Bentuk yaitu setelah ditemukan bentuk objek kajian atau fenomenanya
buku harus disajikan dalam suatu bentuk tertentu.
1. Disiplin Ilmu
Disiplin ilmu adalah istilah yang digunakan untuk satu bidang atau satu cabang keilmuan. Misalnya Hukum, Kimia, atau Sosiologi. Disiplin ilmu merupakan bidang
atau cabang keilmuan. Dalam analisis subjek, pertama kali yang harus ditentukan adalah disiplin ilmu
atau bidang ilmu pengetahuan yang dicakup oleh bahan pustaka yang dianalis. Contoh buku berjudul “Perkembangan Koperasi Sepuluh Tahun Terakhir”. Maka dapat
ditentukan bahwa disiplin ilmu untuk judul buku adalah “ekonomi”. Kemudian dapat ditentukan pula objek pembahasannya yang juga sebagai fasetnya adalah “koperasi”.
Dan pada konsep ketiga, yang harus ada adalah bentuk, maka bentuk penyajian buku adalah sejarah, mengingat unsur waktu atau perkembangan dari waktu ke waktu sangat
dominan.
Disiplin ilmu dapat dibedakan 2 dua kategori, yaitu: 1.
Disiplin fundamental merupakan bagian utama ilmu pengetahuan. Bidang- bidang pengetahuan dasar yaitu ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu alamiah, dan
ilmu-ilmu kemanusiaan.
2. Sub-Disiplin merupakan bidang spesialisasi dalam satu disiplin
fundamental. Misalnya dalam disiplin fundamental ilmu-ilmu alamiah, sub-disiplin yang merupakan spesialisasi atau cabangnya adalah fisika,
biologi, sosiologi, ekonomi, dan politik. Disiplin ilmu sub
disiplin ilmu Disiplin Ilmu sub
disiplin ilmu ilmu 2
Intelektual Objek Bahasa Fenomena
Bentuk
Penyajian Fisik
Universitas Sumatera Utara
34
2. Objek pembahasan atau fenomenatau objek
Objek pembahasan atau fenomena ialah benda atau wujud yang menjadi titik kajian dari suatu disiplin ilmu. Misalnya dalam buku berjudul “pendidikan wanita”,
pendidikan merupakan disiplin ilmu dan wanita merupakan objek atau titik kajiannya dari disiplin ilmu pendidikan. Objek kajian merupakan bagian dari disiplin ilmu, atau
dengan kata lain fenomena atau objek kajian dapat ditentukan setelah disiplin ilmu dalam suatu bahan pustaka sudah ditentukan. Fenomena berperan sebagai konsep subjek
dalam analisis subjek. Konsep subjek menunjukkan tema suatu bahan pustaka.
Fenomena yang sama dapat dikaji oleh disiplin ilmu yang berbeda, tetapi penentu golongan utama adalah disiplin ilmu yang membawahi fenomena tersebut.
Dengan kata lain, fenomena berperan sebagai konsep subjek dalam analisis subjek. Konsep subjek menunjukkan tema suatu bahan pustaka.
Fenomena yang dikaji oleh berbagai disiplin ilmu dapat dibedakan atas dua kategori yaitu:
1. Objek konkret, misalnya gedung, meja, buku.
2. objek abstrak misalnya moral, hukum, adat, pintar, nakal.
Fenomena dapat dikaji dari satu atau beberapa disiplin ilmu. Fenomena yang dikaji tersebut dikelompokkan berdasarkan suatu ciri yang dimiliki bersama. Ciri
pembagian itu disebut dengan “faset”. Suatu disiplin ilmu pengetahuan dapat ditinjau menurut sejumlah faset misalnya
bidang sosial dapat ditinjau antara lain menurut demokrasi, yang akan diperoleh : lingkungan, kependudukan, dan lain-lain. Atau, jika ditinjau dari interaksi social akan
diperoleh: komunikasi, psikologi sosial, dan lain-lain.
Menurut Ranganathan, seorang ilmuan dan pustakawan dari india yang pernah menciptakan sistem klasifikasi yang disebut ”colom classification”, untuk membantu
para pengklasifikasi bahan pustaka dalam melakukan analisis subjek, suatu fenomen atau faset dapat dianalisis dengan memberikan urutan factor-faktornya, yang disingkat
PMEST, yaitu P personality, M matter, E energy, S space, dan T time.
− P
= Personality wujud, meliputi jenis, produk, atau tujuan
− M
= Matter bahan atau material
− E
= Energi kegiatan atau masalah
− S
= Space tempat geografis
− T
= Time waktu
Sebagai contoh buku yang berjudul “ Pendekatan dalam penyusunan organisasi sekolah tahun 2005 di Indonesia”, urutannya dapat ditentukan sebagai berikut:
− P Personality : Sekolah
− M Matter
: Organisasi −
E Energi : Penyusunan
− S Space
: Indonesia −
T Time : Tahun 2005 Secara lengkap susunan analisis subjek adalah
− DISIPLINPMESTBENTUK
Universitas Sumatera Utara
35
3. Bentuk
Pembahasan mengenai “bentuk” berbeda dengan konsep subjek yang menunjukkan mengenai tema atau isi suatu bahan pustaka. Konsep bentuk lebih
merujuk pada penyajian suatu kajian dari bahan pustaka. Bentuk ialah cara bagaimana suatu subjek disajikan. Ada tiga jenis konsep
bentuk, yaitu : 1.
Bentuk fisik, yaitu media atau sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu subjek. Bahan pustaka disajikan dalam bentuk buku, majalah, pita
rekaman, mikrofis, CD-ROM. Bentuk fisik tidak mempengaruhi pada isi bahan pustaka. Sebagai contoh buku dengan subjek bahasa, meskipun
disajikan dalam berbagai jenis media, misalnya kaset video, buku, atau majalah, maka subjeknya tetap pada bahasa.
2. Bentuk penyajian, yaitu bentuk yang ditekankan pada pengaturan atau
organisasi isi bahan pustaka. Ada tiga macam bentuk penyajian yaitu: a.
Yang menggunakan lambing-lambang dalam penyajiannya, seperti bahasa dalam bahasa Indonesia, Inggris, Arab dan sebagainya,
gambar dan sebagainya.
b. Yang memperlihatkan untuk kelompok tertentu, misalnya abjad,
kronologis, sistematik, dan sebagainya c.
Yang penyajiannya untuk kelompok tertentu, misalnya bahasa inggris untuk pemula, Psikologi untuk ibu rumah tangga. Kedua
buku tersebut adalah mengenai bahasa Inggris dan psikologi, bukan mengenai pemula atau ibu rumah tangga.
3. Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu
subjek. Misalnya filsafat sejarah, disini yang menjadi subjeknya adalah sejarah, sedangkan filsafat, yang menjadi subjeknya adalah filsafat,
sedangkan sejarah adalah bentuk penyajian intelektualnya.
Selain uraian di atas Purwono 2010: 110 mengemukan bahwa subjek suatu dokumen dengan analisis subjek dapat mengikuti langkah-langkah praktis berikut:
1. Melalui judul, seringkali melalui judul saja suatu dokumen sudah dapat
ditentukan subjeknya, hal ini kebanyakan untuk buku-buku ilmiah. 2.
Melalui daftar isi, adakalanya dengan melihat daftar isi suatu dokumen sudah diketahui subjeknya.
3. Melalui daftar pustaka atau bibliogafi yang digunakan oleh pengarang
untuk menyusun karya tersebut. 4.
Dengan membaca kata pengantar atau pendahuluan dari bahan pustaka tersebut.
5. Apabila langkah-langkah di atas masih belum dapat membantu, hendaklah
dengan memaca sebagian atau keseluruhan dari isi karya tersebut. 6.
Menggunakan sumber lain seperti: bibliografi, katalog, kamus, biografi, ensiklopedia, tinjauan buku.
7. Seandainya cara-cara terdahulu masih belum juga dapat membantu
menentukan subjek bahan pustaka, hendaknya menanyakan kepada yang ahli dalam subjek tersebut.
Universitas Sumatera Utara
36
Dari uraian di atas dapat dikemukan bahwa analisis subjek adalah merupakan kegiatan sebelum menentukan nomor kelas suatu bahan pustaka. Selain itu, analisis
subjek merupakan langkah awal dalam kegiatan klasifikasi yaitu proses meneliti, mengkaji dan menyimpulkan isi yang dibahas dalam bahan pustaka. Suatu bahan
pustaka yang sedang diproses.
2.3.8. Jenis Subjek
Dalam kegiatan analisis subyek, ada bermacam-macam jenis subyek bahan pustaka yang secara umum. Jika dilihat dari jenis subjeknya, bahan pustaka terdiri dari
bermacam-macam jenis subjek. Secara umum, jenis subjek dapat dikelompokkan dalam 4 empat kelompok,
yaitu: 1.
Subjek dasar, yaitu subjek yang hanya terdiri dari satu disiplin atau subdisiplin ilmu saja, tidak menampilkan satu faset pun dari bidang
pengetahuan atau disiplin terkait. Contoh:
a. Pengantar ekonomi
Subjek dasar : EKONOMI
Fenomena : tidak ada
Urutan sitiran : EKONOMI
b. Dasar-dasar matematika
Subjek dasar : MATEMATIKA
Fenomena : tidak ada
Urutan sitiran : MATEMATIKA
c. Kamus pertanian
Subjek dasar : PERTANIAN
Fenomena : tidak ada
Bentuk penyajian : KAMUS Urutan sitiran
: PERTANIANKAMUS 2.
Subjek sederhana, yaitu subjek yang hanya terdiri dari satu faset yang berasal dari satu subjek dasar. Menampilkan fenomena atau konsep subjek,
Universitas Sumatera Utara
37
yang mengkaji satu fokurs dari satu faset dalam disiplin atau subjek dasar terkait. Contoh:
a. Pengantar ekonomi pertanian
Subjek dasar : EKONOMI Fenomena
: faset E : PERTANIAN Urutan sitiran : EKONOMIPERTANIAN
b. Peternak ayam
Subjek dasar : PETERNAKAN Fenomena
: faset P : AYAM
Urutan sitiran : PETERNAKANAYAM c.
Pengantar pengindeksan subjek Subjek dasar : ILMU PERPUSTAKAAN
Fenomena : Faset E : PENGINDEKSAN SUBJEK
Urutan sitiran : ILMU PERPUSTAKAANPENGINDEKSAN SUBJEK
3. Subjek majemuk, yaitu suatu sabjek yang terdiri dari subjek dasar disertai
fokus-fokus dari dua atau lebih faset. Manampilkan fenomena atau konsep subjek yang mengkaji gabungan beberapa focus dari beberapa faset dalam
disiplin atau subjek dasar terkait. Contoh:
a. Kurikulum Sekolah Dasar
Di sini terdapat satu subjek dasar, dan dua faset Subjek dasar : PENDIDIKAN
Fenomena : faset P jenis
: SEKOLAH DASAR Fenomena
: faset E masalah : KURIKULUM b.
Perguruan Tinggi di Indonesia Subjek dasar : PENDIDIKAN
Fenomena : faset P jenis
: PERGURUAN TINGGI Fenomena
: faset S tempat : INDONESIA
4. Subjek kompleks, yaitu bila ada dua atau lebih subjek dasar yang
berinteraksi antara satu sama lain. Dalam melakukan analisis subjek, untuk
Universitas Sumatera Utara
38
subjek kompleks harus dapat melakukan pemilihan secara taat asas subjek mana yang akan diutamakan. Untuk itu perlu diketahui hubungan interaksi
antara subjek tersebut, yang disebut dengan istilah fase. Menurut Suwarno, 2010: 123-124 pada pokoknya terdapat 4 empat jenis
subjek yaitu : 1.
Subjek dasar adalah subjek yang merupakan bidang pengetahuan secara umum tanpa ada suatu fenomena tertentu.
Contoh: “Pengantar Ilmu Pendidikan”. Subjek judul tersebut dapat dirangkum
dengan “Pendidikan” saja, tanpa fenomena. “Dasar-dasar Ilmu Sosial”. Subjek judulnya cukup “Sosial” saja, tidak
diikuti dengan fenomena lain. 2.
Subjek sederhana adalah subjek yang membahas disiplin ilmu tertentu yang disertai dengan satu faset aja, atau dengan kata lain, subjek dasar
yang disertai dengan satu fenomena.
Contoh: “Sekolah Dasar”, subjek ini dapat diurai menjadi: Disiplin ilmu
= Pendidikan Fenomena
= Pendidikan Dasar Contoh lain, buku tentang “Penyakit Menular”, dapat dirangkum menjadi:
Disiplin ilmu = Kedokteran
Fenomena = Penyakit Menular
3. Subjek Majemuk adalah jika subjek dasar disertai fokus-fokus yang
berasal dari dua faset atau lebih. Atau, jika subjek dasar disertai lebih dari satu fenomena.
Contoh buku yang berjudul “Perguruan Tinggi di Indonesia”, dapat dirangkum menjadi:
Disiplin ilmu = Pendidikan
Fenomena Faset 1 = Perguruan Tinggi
Fenomena Faset 2 = Indonesia
4. Subjek Kompleks adalah suatu bahan pustaka yang memiliki dua atau
lebih disiplin ilmu. Contoh buku yang berjudul “Dasar-dasar Pendidikan Ilmu Perpustakaan”,
dapat dirangkum menjadi: Disiplin 1
= Pendidikan Disiplin 2
= Perpustakaan Dari uraian di atas dapat dikemukan bahwa jenis subjek terdapat ada 4 jenis
yaitu subjek dasar, sederhana, majemuk dan kompleks.
Universitas Sumatera Utara
39
2.3.9. Bahasa Dokumenter
Bahasa Dokumenter merupakan sarana unjuk kerja kegiatan khusus, yang dilaksanakan dalam kondisi khusus untuk memenuhi keperluan khusus dan merupakan
temu balik informasi di dalam perpustakaan. Menurut Sulistyo-Basuki 1992 : 67 Bahasa dokumenter atau bahasa
pengindeksan adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh unit informasi untuk memberi isi dokumen dengan tujuan utama untuk simpan dan ditemu balik.
Selanjutnya Sulistyo-Basuki 1992 : 67 Adapun yang dibahas dalam bahasa dokumenter adalah tajuk subjek, klasifikasi, kata kunci, daftar descriptor, tesaurus,
ataupun leksikon, semuanya itu tergolong dalam family sama, melayani tujuan yang sama, serta memiliki banyak persamaan.
Dalam uraian di atas dapat diketahui bahwa bahasa dokumenter adalah bahasa sehari-hari dengan ekuivalen dalam satu bahasa asing lainnya atau lebih dan merupakan
simpan dan temu balik informasi yang dibahas dalam bahasa dokumenter.
2.3.10. Cara Menentukan Subjek
Untuk mengetahui subjek suatu bahan perpustakaan dapat dilakukan dengan meneliti subjeknya.
Cara menentukan subjek dalam Buku Panduan Klasifikasi Di Perpustakaan Nasional RI 2007 : 8 yaitu:
a Melalui judul buku, seringkali melalui judul saja suatu bahan perpustakaan
sudah dapat ditentukan subjeknya, hal ini kebanyakan untuk buku-buku ilmiah.
b Melalui daftar isi, adakalanya dengan melihat daftar isi suatu bahan
perpustakaan sudah diketahui subjeknya. c
Melalui daftar bahan perpustakaan atau bibliografi yang digunakan oleh pengarang untuk menyusun karya.
d Dengan membaca kata pengantar atau pendahuluan dari bahan
perpustakaan. e
Apabila langkah-langkah diatas masih belum dapat membantu hendaklah dengan membaca sebagian atau keseluruhan dari isi bahan perpustakaan.
f Menggunakan sumber lain seperti bibliografi, ensiklopedi, tinjauan buku.
g Seandainya cara terdahulu masih belum juga dapat membantu untuk
menentukan subjek bahan perpustakaan, hendaknya menanyakan kepada para ahlinya dalam subjek.
Universitas Sumatera Utara
40
Dalam uraian di atas dapat diketahui bahwa cara menentukan subjek adalah melalui judul buku, karena melalui judul pengindeks sudah dapat menetapkan isi atau
subyek buku, daftar isi dengan membaca daftar isi suatu buku pengindeks akan dapat menganalisa subyeknya, membaca kata pengantar atau pendahuluan dari buku,
membaca sebagian atau keseluruhan isi buku, cara terakhir adalah dengan menanyakan kepada ahlinya, apabila cara terdahulu tidak berhasil.
2.4. Tesaurus
Tesaurus merupakan salah satu metode populer menata susun bahasa dokumenter kombinasi. Tesaurus terdiri dari sejumlah himpunan kata yang terkendali
dikaitkan dengan hubungan hierarkis atau asosiatif yang menandai hubungan ekuivalen yang diperlukan sinonim dengan istilah dari bahasa sehari-hari dan terpusat pada salah
satu bidang ilmu pengetahuan. Menurut Philipps 1992 : 60 “Tesaurus adalah kumpulan deskriptor umumnya
dari bidang tertentu yang tidak hanya mendaftar istilah menurut abjad tetapi juga memperlihatkan hubungan antar deskriptor”.
Sedangkan Purwono 2010 : 98 “Tesaurus adalah alat pengawasan kosakata yang bersifat dinamis yang disusun secara sistematik ataupun abjad yang digunakan
untuk penyimpanan dan penemuan kembali informasi dan biasanya mengkhususkan pada bidang ilmu tertentu”.
Selain pendapat di atas Siregar 2014 : 16 Tesaurus dimaksudkan sebagai suatu metode pengendalian bahasa alami atau konsep-konsep Tauber. Perlu dicatat bahwa
timbulnya tesaurus, beberapa daftar tajuk subjek dan daftar “kata kunci” secara salah sering disebut tesaurus
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa tesaurus tersedia untuk hampir semua bidang, misalnya pertanian, lingkungan, tenaga kerja, pembangunan industri,
kimia, dan teknik.
2.5 Pengertian Klasifikasi