Teori van Hiele LANDASAN TEORI

Contohnya : Pada tahap kedua analisis mempunya kosakata yang berbeda dengan tahap ketiga deduksi informal. Pada tahap kedua analisis siswa mampu menyebutkan sifat-sifat dari bentuk geometri dengan caranya sendiri-sendiri, namun pada tahap selanjutnya siswa akan menyebutkan hubungan sifat-sifat dari bentuk geometri dengan bahasa yang lebih formal. d. Ketidaksepadanan mismatch Ketidaksepadanan terjadi jika seseorang berada pada suatu tahap tertentu dan materi pembelajaran berada pada tahap yang berbeda. Secara khusus yakni jika guru, bahan pelajaran, isi, kosakata dan lainnya berada pada tahap yang lebih tinggi daripada tahap berpikir siswa. Contohnya : Ketika siswa berada pada tahap visual yang hanya mampu menyebutkan sifat-sifat dari bentuk geometri yang mereka amati dan mereka diminta untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pembuktian teorema yang ada maka akan terjadi ketidaksepadanan karena siswa belum berada pada tahap tersebut. e. Kemajuan Keberhasilan dari tahap ke tahap lebih banyak dipengaruhi oleh isi dan metode pembelajaran daripada usia. 3. Model Pembelajaran van Hiele Pembelajaran geometri hanya akan efektif apabila sesuai dengan struktur kemampuan berpikir siswa. Menurut Ferry,2010 ada lima fase pembelajaran dalam geometri. Kelima fase tersebut sebagai berikut : a. Fase 1 InkuiriInformasi Dengan tanya jawab antara guru dengan siswa, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan yang dirancang secermat mungkin agar siswa dapat menyatakan kaitan konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan diarahkan pada konsep yang telah dimiliki siswa, misalnya Apa itu garis yang sejajar? Apa itu garis yang sama panjang?Apa itu sudut yang sehadap, sepihak, dan bersebrangan? Apa itu segiempat? dan seterusnya. Informasi dari tanya jawab tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan bahasa dan interpretasi atas konsepsi-konsepsi awal siswa untuk memberikan materi selanjutnya, dipihak siswa, siswa mempunyai gambaran tentang arah belajar selanjutnya. b. Fase 2 Orientasi Berarah Sebagai refleksi dari fase 1, siswa meneliti materi pelajaran melalui bahan ajar yang dirancang guru. Guru mengarahkan siswa untuk meneliti objek-objek yang dipelajari. Kegiatan mengarahkan merupakan rangkaian tugas singkat untuk memperoleh respon-respon khusus siswa. Misalnya, guru meminta siswa mengamati gambar yang ditunjukkan berupa macam-macam segiempat. Siswa diminta mengelompokkan jenis segiempat, sesuai dengan jenisnya, setelah itu menjiplak dan menggambarkan macam-macam segiempat dengan berbagai ukuran yang ditentukan sendiri pada kertas dengan mengunakan media alat tulis. Kemudian menempelkan pada buku masing-masing. Aktivitas belajar ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif mengeksplorasi objek-objek sifat-sifat bangun yang dipelajari melalui kegiatan seperti mengukur sudut, melipat, menentukan panjang sisi untuk menemukan hubungan sifat-sifat dari bentuk bangun-bangun tersebut. Fase ini juga bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing eksplorasi siswa sehingga menemukan konsep-konsep khusus dari bangun-bangun geometri. c. Fase 3 Uraian Pada fase ini, siswa diberi motivasi untuk mengemukakan pengalamannya tentang struktur bangun yang diamati dengan menggunakan bahasanya sendiri. Sejauh mana pengalamannya bisa diungkapkan, mengekspresikan dan merubah atau menghapus pengetahuan intuitif siswa yang tidak sesuai dengan struktur bangun yang diamati. Pada fase pembalajaran ini, guru membawa objek-objek ide-ide geometri, hubungan-hubungan, pola-pola dan sebagainya ke tahap pemahaman melalui diskusi antar siswa dalam menggunakan ketepatan bahasa dengan menyatakan sifat- sifat yang dimiliki oleh bangun-bangun yang dipelajari. d. Fase 4 Orientasi Bebas Pada fase ini siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang lebih kompleks. Siswa ditantang dengan situasi masalah kompleks. Siswa diarahkan untuk belajar memecahkan masalah dengan cara siswa sendiri, sehingga siswa akan semakin jelas melihat hubungan-hubungan antar sifat-sifat suatu bangun. Jadi siswa ditantang untuk mengelaborasi sintesis dari penggunaan konsep-konsep dan relasi-relasi yang telah dipahami sebelumnya. Fase pembelajaran ini bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman menyelesaikan masalah dan menggunakan strategi- strateginya sendiri. Peran guru adalah memilih materi dan masalah-masalah yang sesuai untuk mendapatkan pembelajaran yang meningkatkan perolehan berbagai performansi siswa. e. Fase 5 Integrasi Pada fase ini, guru merancang pembelajaran agar siswa membuat ringkasan tentang kegiatan yang sudah dipelajari pengamatan-pengamatan, membuat sintesis dari konsep-konsep dan hubungan-hubungan baru. Tujuan kegiatan belajar fase ini adalah menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didiskusikan. Peran guru adalah membantu pengiterpretasian pengetahuan siswa dengan meminta siswa membuat refleksi dan mengklarifikasi pengetahuan geometri siswa, serta menguatkan tekanan pada penggunaan struktur matematika.

B. Belajar

1. Hakekat Belajar Pada saat ini sudah banyak sekali orang yang mencoba merumuskan pengertian tentang “belajar”. Tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa dalam perumusan dan penafsiran tersebut terdapat perbedaan satu sama lainnya. Berikut ini beberapa perumusan dan penafsiran tentang “belajar” menurut beberapa ahli : Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman learning is defined as the modification or strengthening of behavior throught experiencing. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami Oemar Hamalik, 2001:27. Oemar Hamalik 2001:29 juga menyebutkan bahwa belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mecapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian social, bemacam-macam keterampilan,dan cita-cita. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan perilaku Oemar Hamalik 2001:45. W.S Winkel 2005:59 mengemukakan bahwa belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai-sikap, perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas. Belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perhubungan berkondisi antara stimulus dan respon. Bagi seorang behavior, belajar pada dasarnya adalah menghubungkan sebuah respon tertentu pada sebuah stimulus yang tadinya tidak berhubungan. Respon tertentu itu kemudian diperkuat ikatannya melalui berjenis-jenis cara yang berkondisi Daryanto 2012:45.

C. Keaktifan Siswa

Belajar aktif ditunjukan dengan adanya ketertiban intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan kemampuannya Djamarah, 2010:362. Menurut Sardiman, 2008:95 Aktifitas diperlukan dalam belajar karena pada perinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Belajar merupakan suatu proses aktif, dan siswa harus berpartisipasi aktif dalam belajar. Sardiman 2008:100-101 juga menyebutkab bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Visual Activites, meliputi : membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral Activites, meliputi menyatakan, merumuskan bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi terhadap suatu gagasan. 3. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, dan pidato. 4. Writing Activities, meliputi menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin. 5. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram. 6. Motor Activities, melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak. 7. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bergairah, berani, tenang, dan gugup. Seperti yang dikutip dari Syafaruddin, 2005:215 Siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran meliputi aspek-aspek dibawah ini. 1. Perhatian atau respon siswa terhadap penjelasan guru 2. Kemampuan untuk mempelajari materi 3. Mampu berkerjasama dalam kelompok 4. Konsenterasi siswa dalam proses pembelajaran 5. Mampu mempersiapkan materi dengan baik.

D. Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2

0 5 9

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN

0 3 17

Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 0 240

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 369

Pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK pada pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX SMP Negeri 2 Jetis, Bantul.

0 8 254

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta

0 1 249

Pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK pada pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX SMP Negeri 2 Jetis, Bantul

0 2 252

Pengembangan Modul Pembelajaran Berdasarkan Teori Van Hiele pada Pokok Bahasan Segiempat untuk Meningkatkan Level Berpikir Geometri Siswa Kelas VII SMPN 1 Selogiri.

0 0 16

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN KOMPUTER PADA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA KELAS IX SMP

2 4 17

EFEKTIFITAS PENERAPAN TEORI VAN HIELE PADA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN GEOMETRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 MAKASSAR

0 0 73