Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen dengan untaian pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, diisi oleh manusia-manusia yang
beradab dari berbagai suku bangsa dan diwarnai beraneka ragam nilai-nilai luhur budaya serta nilai-nilai adat istiadat. Diatas kemajemukan bangsa inilah dibangun
suatu negara, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang bertujuan menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Salah satu suku bangsa yang menyertai berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Bangsa Batak. Bangsa dalam pengertian sosiologi-antropologis
cultural unity adalah persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri, dan masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bangsa,
agama, dan adat-istiadat. Pengertian bangsa tersebut berbeda dengan bangsa dalam arti politik political
unity yaitu suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kedaulatan tertinggi ke dalam dan ke luar. Jadi,
bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara dan mengakui serta tunduk pada kekuasaan dari negara yang bersangkutan.
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan sosiologi- antropologi disatukan oleh adanya kesamaan dalam hal ras, suku, agama, adat, dan
kebudayaaan, keturunan darah dan daerah asal. Unsur-unsur ini menjadi identitas kelompok bangsa yang bersangkutan sehingga bisa dibedakan dengan bangsa lain.
Identitas yang dimiliki oleh suatu cultural unity kurang lebih bersifat skriptif sudah ada sejak lahir, bersifat alamiah bawaan, primer dan etnik. Setiap anggota bangsa
memiliki kesetiaan atau loyalitas pada identitasnya, yang dapat disebut identitas primordial. Loyalitas pada primordialnya pada umumnya kuat dan langgeng atau
bertahan lama. Orang-orang yang bersatu dalam kesatuan primordial memiliki ikatan emosional yang kuat serta melahirkan solidaritas dan toleransi yang sangat tinggi.
Dari berbagai literatur mengenai bangsa Batak pada umumnya mendeskripsikan tentang generasi Batak perdana digambarkan sebagai kelompok
yang mengisolasi diri disekitar Danau Toba. Kemudian, menyebar ke daerah lain dengan mengmbangkan cara hidup sendiri secara beradaptasi dalam situasi local
dimana mereka berada. Bangsa Batak dikenal dengan komunitas-komunitas Batak Toba, Batak
Angkola, Batak Mandailing, Batak DairiPakpak, Batak Karo, dan Batak Simalungun. Berdasarkan kelompok-kelompok ini terdapat perbedaan bahasa, adapt-istiadat,
agama dan sebagainya. Dalam setiap komunitas ditemukan kelompok-kelompok yang satu sama lain saling berhubungan zoon polticon. Manusia dalam bersekutu atau
berkelompok akan membentuk organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan kelompok tersebut.
Dalam masyarakat Batak Toba, walaupun sudah menyebar ke seluruh penjuru tanah air dan telah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal serta perkembangan
internal masyarakat itu sendiri tetapi ada cirri khas yang membeda-bedakan etnis-etnis
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Batak umumnya dengan etnis lain, yang hingga saat ini nyata, meliputi empat hal, yakni: marga, huta, dalihan natolu, dan adapt. Marga dan huta merupakan kelompok
masyarakat dalam komunitas kecil berdasarkan marga dan wilayah territorial tertentu. Dalihan natolu merupakan relasi kekeluargaan berdasarkan perkawinan pada suku
Batak, sedangkan adapt adalah pengungkapan budaya terhadap marga, huta, dan dalihan natolu serta yang berkaitan dengannya.
Dalam komunitas masarakat Batak Toba terdapat suatu marga, yaitu Marga Sinaga
yang membentuk komunitas yang disebut Parsadaan Pomparan Toba Sinaga Boru-Bere
PPTSB. Marga Sinaga sebagai salah satu keturunan dari Raja Batak tumbuh dan berkembang sesuai dengan falsafah hidup yang dimilikinya yaitu
“Sidapot Solup Do Naro”. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia kurang lebih
mengandung arti dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung. Dengan falsafah ini akan terjadi asimilasi kultur dalam pergaulan hidup Pomparan Toga Sinaga. Dalam
kultur Pomparan Toga Sinaga ini melekatlah suatu ungkapan yang berbunyi:
“PARHATIAN SIBOLA TIMBANG PARNINGGALA SIBOLA TALI, TU GINJANG SORA MONGGAL TU TORU SORA MELENG”.
Ungkapan tersebut dijadikan sebagai simbol atau lambang dari PPTSB Parsadaan Pomparan Toga Sinaga Boru-Bere. Yang disingkat menjadi
GALASIBOT. Ungkapan ini digali dari mitologi dan ajaran hukum kepamongan
sebagai penyandang muatan keagamaan, falsafah dan tata adat Batak. Secara lengkap teks atau ungkapan yang memuat kata parninggala sibola tali
itu diambil dari seruan kepada Si Singa Mangaraja yang pada dasarnya berbunyi: “Pangahitan di sangap, pangahutan dibadia; sihorus na gurgur, siambai na
longa. Paradat sijujung ni ninggor, paruhum sitingkos ni ari; sipalua na tarbeang, sitanggali na tartali … Sirungrungi na dapot bubu, sitanggali na dapot doton;
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
dirimbas do na geduk, parninggala sibola tali; marsolup siopat bale, parmesan sisampulu dua, pargantang tarajuan; parhatian na so ra muba; pangiringring na so
jadi lupa; partomu-tomu na so jadi ambaton. Parindahan ragia na so jadi mago; parsangsing ni onan na so jadi muba…”
Selain memuat ungkapan Galasibot, Tugu Sinaga yang berdiri megah ini mengambil logo gambar katian atau timbangan yang membawa pemahaman yakni:
timbangan melambangkan sebagai keadilan yang juga terdapat sebagai lambang pada semua pengadilan diseluruh dunia. Yang jadi pertanyaan, mengapa justru logo ini
dijadikan sebagai lambang Marga Sinaga. Inilah yang menjadi keunikan Marga Sinaga dibanding marga-marga lain
dalam suku Batak. Yaitu hanya marga Sinaga yang membangun sebuah tugu dengan memiliki ciri dan makna yang mendalam dari bangunan tugu tersebut. Melalui tugu
yang dibangun itu, dapat dilihat bahwa Sinaga memiliki ciri dan disposisi khusus dalam sub suku Batak, yaitu memiliki keterampilan hukum kepamongan, yang lewat
sorotan kepada asal-muasal secara distingtif-integral, menarik hukum dan prinsip- prinsip perkembangan awal, lantas meneranginya dengan akurat dan arif, untuk
menyusun dan merakitnya dalam keunggulan mutu yang baru. Lambat laun tugu ini pun menjadi salah satu objek wisata yang menarik perhatian wisatawan baik
nusantara maupun mancanegara. Banyak orang yang ingin melihat rupa bangunan tugu ini dan ingin mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Karena
banyaknya rasa ingin tahu wisatawan terhadap makna Galasibot yang sangat mendalam ini, maka tugu ini dijadikan sebagai objek wisata yang mengandung nilai
budaya yang tinggi. Namun demkian, banyak juga masyarakat, khususnya keturunan Marga Sinaga sendiri yang belum mengetahui keberadaan dari tugu tersebut dan
makna yang terkandung di dalamnya. Karena itu, tugu ini perlu diperkenalkan dan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
dikembangkan agar menjadi tugu bersejarah dan objek yang semakin banyak dikenal wisatawan.
Sebagai salah satu keturunan dari Marga Sinaga, si penulis ingin mengangkat makna Galasibot yang tercantum dalam Tugu Sinaga sebagai judul dalam tugas akhir
perkuliahan. Karena si penulis ingin banyak masyarakat yang menjadi tahu dan tertarik terhadap Tugu Sinaga dan makna yang terkandung didalamnya melalui tulisan
ini. Selain itu juga, penulis ingin memperkenalkan Tugu sinaga ini kepada banyak orang, khususnya keturunan Marga Sinaga itu sendiri.
1.2 Pembatasan Masalah