yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Kaum Gestalt berpendapat bahwa pengalaman itu berstruktur yang
terbentuk dalam suatu keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian
pisah. Suatu konsep yang penting dalam teori ini adalah tentang insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan.
39
Bertolak dari teori Gestalt, Kurt Lewis mengembangkan suatu teori belajar
“congnitive field” dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologis sosial. Lewis memandang masing-masing
individu sebagai berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis di mana individu
beraksi disebut life space. Menurut Lewis belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dari struktur kognitif. Perubahan
struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari kebutuhan dan
motivasi internal individu. Oleh karena itu Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi dari reward.
40
Kemudian Jerome Bruner dengan “discovery learning”
merupakan salah satu instruksional kognitif yang sangat berpengaruh. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri
untuk memecahkan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna Dahar,
1988: 125.
41
39
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, … h. 128
40
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, … h. 129
41
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, Cet. III, h. 38
3 Teori Humanistik
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat
menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyatan
teori ini banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang d
iusulkan oleh Ausubel 1968 yang disebut “belajar bermakna” atau meaningful lerning. Teori ini juga terwujud dalam
teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk Taksonomi Bloom.
42
Dari ketiga teori belajar di atas, ternyata memang terdapat perbedaan, akan tetapi dari perbedaan tersebut terdapat persamaan
karena teori-teori tersebut sangat terkait dengan proses belajar. Di antara persamaan teori tersebut yaitu:
1. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang
penting. 2.
Halangan dan kesulitan pasti ada dalam proses belajar. 3.
Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan respons yang bermacam-macam.
4. Setiap seseorang yang belajar pasti melakukan aktivitas.
4. Tujuan Belajar
Menurut Winarno Surachman, tujuan belajar di sekolah itu ditunjukan untuk mencapai:
a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecakapan atau keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan
Tujuan belajar dalam dunia pendidikan sekarang ini lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonowi Bloom yaitu tujuan belajar
42
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet. IV, h. 13
siswa diarahkan untuk mencapai ketiga tanah antara lain: kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi dan kematangan berpikir analisis, sistematis dan
evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik, dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan
fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.
43
Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukan apa yang mungkin dapat dikuasai dipelajari oleh siswa yang menjadi tujuan dari
pendidikan, yaitu: a.
Kognitif Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1 Pengetahuan mengingat, menghafal
2 Pemahaman menginterpretasikan
3 Aplikasi menggunakan konsep untuk memecahkan suatu
masalah 4
Analisis menjabarkan suatu konsep 5
Sintesis menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh
6 Evaluasi membandingkan nilai, ide, metode
b. Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu: 1
Peniruan meniru gerak 2
Penggunaan menggunakan konsep untuk melakukan gerak 3
Ketepatan menggunakan gerak dengan benar 4
Perangkaian melakukan beberapa gerak sekaligus 5
Naturalisasi menggunakan gerak secara wajar c.
Afektif Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
1 Pengenalan ingin menerima, sadar akan sesuatu
2 Merespons aktif berpartisipasi
3 Penghargaan menerima nilai-nilai
4 Pengorganisasian menggabung-hubungkan nilai-nilai yang
dipercayai 5
Pengamalan menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup.
44
43
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet ke II, h. 58-59
44
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, … h. 14
Berhubungan dengan keterampilan Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, dalam bukunya Psikologi Pendidikan
bahwa “Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya
tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya
”.
45
Proses belajar adalah aktivitas diri yang melibatkan aspek-aspek “sosio psiko fisik” dalam upaya menuju tercapainya tujuan belajar, yakni
terjadinya perubahan tingkah laku. Cronbach 1954 h.49-50, mengemukakan adanya tujuh unsur utama
dalam proses belajar, yaitu: tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna
dari hubungan tersebut dan menghubungkan dengan kemungkinan pencapaian tujuan, respons, konsekuensi keberhasilan atau kegagalan
dalan belajar, dan reaksi terhadap kegagalan.
46
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain:
A. Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi dua aspek, yakni: fisikologis bersifat jasmani dan psikologis bersifat
rohaniah.
1. Aspek Fisiologis
kondisi umum dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat
kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat
45
Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan ,… h.58
46
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan ,… h. 157
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap
item-item informasi yang bersifat echoic dan econic gema dan citra. Akibat selanjutnya adalah terlambatnya proses informasi yang
dilakukan oleh system memori siswa tersebut.
47
2. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas keberhasilan belajar siswa,
namun faktor umumnya yang dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a. Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau
penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat Reber, 1988. Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan
kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak
dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ lainya, lantaran otak merupakan
“menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Oleh karena itu tingkat kecerdasan atau intelegensi IQ siswa tidak
dapat diragukan lagi, merupakan salah satu yang sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa.
48
b. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon response
47
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ,… h. 130
48
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru ,… h. 131