25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang dibalut kain kasa, lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121
o
C tekanan 15 lbs selama 15 menit.
b. Tryptic Soy Broth TSB
Sejumlah 30 gram serbuk TSB dilarutkan dalarn 1 L aquadest dalam erlenmeyer. Kemudian mulut erlenmeyer disumbat dengan kapas yang
dibalut kain kasa, lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C pada tekanan 2 atm selama 15 menit.
c. Tryptic Soy Agar TSA
Sejumlah 40 gram serbuk TSB dilarutkan dalam 1 L aquades. Kemudian mulut erlenmeyer disumbat dengan kapas yang dibalut kain kasa, lalu
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C pada tekanan 2 atm selama 15 menit.
3. Peremajaan Bakteri Uji
Bakteri uji dari stok kultur murni ditanam pada media agar miring NA dengan cara menggoreskan satu mata ose biakan bakteri pada permukaan agar miring,
lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
o
C.
4. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
Sebanyak satu ose koloni bakteri diambil dari biakan murni kemudian disuspensikan dalam 50 mL TSB. Stok kultur suspensi yang didapat setara
dengan konsentrasi bakteri 10
8
sel bakterimL. Setelah itu dilakukan pengenceran 100 kali dengan cara memipet 0,1 mL suspensi bakteri 10
8
sel bakterimL, dimasukkan ke dalam tabung steril yang berisi 9,9 mL aquades
steril dan dikocok homogen. Dari sini diperoleh suspensi bakteri dengan konsentrasi 10
6
sel bakterimL, yang akan digunakan sebagai supensi uji. Untuk menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada stok kultur suspensi
dilakukan perhitungan jumlah koloni pada media. Dari stok kultur suspensi dibuat seri pengenceran 10
-1
, 10
-2
, 10
-3
, 10
-4
, 10
-5
dan 10
-6
. Masing-masing pengenceran dipipet sebanyak 0,1 mL dan diteteskan pada permukaan agar.
Lalu bakteri diratakan di atas permukaan agar menggunakan batang L dan
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24 jam. Dihitung koloni yang tumbuh menggunakan koloni counter jumlah koloni 30-300.
5. Pengukuran Diameter Zona Hambat Cara Silinder
Letakkan silinder stainless steel di atas permukaan lempeng agar yang telah ditanami bakteri. Teteskan larutan uji ekstrak temu putih tunggal, mahkota
dewa tunggal, serta kombinasi ekstrak temu putih dan mahhkota dewa 1:1 masing-masing dengan konsentrasi 20000 ppm, 2000 ppm dan 200 ppm
sebanyak 50 µ L 1000µgring, 100µgring dan 10µgring dan dimasukkan ke dalam silinder menggunakan mikropipet eppendrof. Lalu, diinkubasi pada
suhu 37°C selama 24 jam dan diukur diameter zona hambatnya. Pengukuran diameter zona hambat ditunjukkan pada zona bening yang terbentuk di sekitar
silinder. Pembacaan hasil percobaan dilakukan jika zona hambat yang terbentuk di sekitar silinder melebihi 6 mm Devi et al., 1997.
6. Penentuan Kadar Hambat Minimum KHM
Konsentrasi hambat minimum ditentukan dengan metode dilusi agar. Ekstrak sebanyak 2 mL disiapkan, masing-masing ekstrak dilarutkan menggunakan
etanol 10 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm dan 62,5 ppm kemudian dimasukkan ke dalam medium agar TSA suhu 60
o
C sebanyak 18 mL. Campuran ekstral dan agar dimasukkan ke dalam cawan petri 90 mm dan
ditunggu hingga agar membeku. Setelah agar membeku masing-masing inokulum bakteri diinokulasikan ke dalamnya sebanyak 1 ose dan diratakan
menggunakan batang L, lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 18 jam dan diamati adanya pertumbuhan koloni bakteri untuk menentukan nilai
konsentrasi hambat minimum. Pengenceran tertinggi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut sebagai KHM Lalitha, 2012.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Tanaman Uji
Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan pada penelitian adalah temu putih jenis Curcuma zedoaria Christm. Roscoe dari suku
zingebericiae dan mahkota dewa jenis Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl. dari
suku Thymelaeaceae. Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1 dan
lampiran 2.
4.2 Pembuatan Ekstrak
Hasil ekstraksi masing-masing sampel diperoleh ekstrak kental sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rendemen Ekstrak
Ekstrak Bobot Ekstrak g
Bobot Simplisia g Rendemen
Temu Putih 467.21
1300 35.93
Mahkota Dewa 298.76
1000 29.88
Serbuk rimpang temu putih sebanyak 1300 g dan serbuk buah mahkota dewa sebanyak 1000 g masing-masing dimaserasi menggunakan etanol 96
hingga serbuk terendam sempurna. Proses maserasi dipilih sebagai metode ekstraksi untuk menghindari rusaknya beberapa komponen senyawa yang
terkandung di dalamnya. Penggunaan etanol sebagai pelarut dikarenakan etanol merupakan pelarut polar yang memiliki toksisitas lebih rendah bila dibandingkan
pelarut organik lainnya. Etanol mampu menyari senyawa non polar sampai dengan senyawa polar, sehingga diharapkan mampu menyari metabolit sekunder
seperti alkaloid, flavonoid, tanin, terpenoid dan saponin yang terkandung di dalam rimpang temu putih dan buah mahkota dewa Saifudin et al., 2011.
Proses maserasi dilakukan selama 1x24 jam dengan beberapa kali pengadukan. Pengadukan ini bertujuan untuk mempercepat kontak antara sampel
dengan pelarut. Larutan kemudian disaring menggunakan kertas saring, hingga diperoleh filtrat yang bening. Filtrat hasil penyaringan dipekatkan dengan