l. Gastrointestinal
Berkurangnya ukuran dan aliran darah hati, terganggunya klirens obat oleh hati, terganggunya respon cedera pada mukosa lambung, berkurangnya
kontraksi kolon yang efektif, dan berkurangnya absorbsi kalsium.
13
m. Penginderaan
Terganggunya adaptasi gelap, pengeruhan pada lensa, ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda jarak dekat presbyopia, berkurangnya sensitivitas
terhadap kontras, berkurangnya lakrimasi, deteksi penghidu berkurang 50, berkurangnya rasa haus dan terganggunya kontrol haus oleh endorpin,
meningkatnya respon ambang vestibuler dan berkurangnya jumlah sel rambut pada organ korti, hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral, defisit
pada proses sentral, kesulitan untuk membedakan sumber bunyi, dan terganggunya kemampuan membedakan target dari sumber bunyi.
13
n. Jaringan Adiposa
Meningkatnya aktivitas aromatase dan peningkatan kemungkinan lipolisis.
12
o. Sistem Imun
Berkurangnya imunitas yang dimediasi sel, rendahnya afinitas produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi, berkurangnya hipersensitivitas tipe
lambat, terganggunnya fungsi makrofag, atrofi organ timus dan hilangnya hormon timus, serta berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang.
12
p. Fungsi Kognitif
Kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurang, berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak yang menyebabkan proses informasi melambat
dan banyak informasi hilang selama proses transmisi, berkurangnya kemampuan untuk mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi
dari memori, kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
12
Akibat perubahan fisiologis lansia mengalami beberapa kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa penyakit kronik dan infeksi. Hal ini
digambarkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kemunduran dan kelemahan lansia
Kemunduran dan Kelemahan Lansia 1.
Pergerakan dan kestabilan terganggu 2.
Intelektuan terganggu demensia 3.
Isolasi diri depresi 4.
Inkontinensia dan impotensia 5.
Defisiensi imunologis 6.
Infeksi, konstipasi, dan malnutrisi 7.
Latrogenesis dan insomnia 8.
Kemunduran penglihatan,
pendengaran, pengecapan,
pembauan, komunikasi, dan integrasi kulit
9. Kemunduran proses penyembuhan
Sumber : Masalah kesehatan pada golongan lanjut usia, oleh R. Boedhi Darmodjo Arisman,2004
2.2 Demensia 2.2.1 Definisi
Beberapa definisi demensia dikemukakan sebagai berikut: a.
Sindroma demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi atau kemunduran kapasitas intelektual yang diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini
ditandai oleh gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder DSM IIIR menambahkan bahwa agar
dapat digolongkan sebagai demensia, kemunduran fungsi luhur yang diderita harus sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaannya, aktivitas sosial
atau hubungan dengan orang lain.
12
b. DSM IV 1994 mendefinisikan demensia sebagai sindrom yang diakibatkan
oleh banyak kelainan yang ditandai oleh gangguan tingkat intelektual yang sebelumnya lebih tinggi. Gangguan mencakup memori dan bidang kognitif
lainnya termasuk berbahasa, orientasi, kemampuan konstruksional, berfikir abstrak, kemampuan memecahkan persoalan dan praksis dan harus cukup
berat sehingga mengganggu kemampuan okupasional atau sosial atau keduanya. Perubahan kepribadian dan afek sering dijumpai.
12
c. Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya
kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun bersamaan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak
atau sedikit demi sedikit pada tiap orang dari semua golongan usia.
14
d. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. Pasien demensia harus mempunyai gangguan memori
selain kemampuan mental lain seperti berpikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasa, praksis, dan visuospasial. Defisit yang terjadi harus cukup berat
sehingga mempengaruhi aktivitas kerja dan sosial secara bermakna.
3
e. Demensia adalah suatu sindroma klinis dengan terjadinya kemunduran
intelektual. Demensia pada umumnya melibatkan deteriorasi pada memori satu atau lebih fungsi intelektual lain seperti bahasa, berpikir tempat dan
orientasinya, pemecahan masalah, dan berpikir abstrak.
15
2.2.2. Epidemiologi
Demensia cukup sering dijumpai pada lansia, menimpa sekitar 10 kelompok usia di atas 65 tahun dan 47 kelompok usia di atas 85 tahun. Pada sekitar 10-20
kasus demensia bersifat reversibel atau dapat diobati.
12
Secara keseluruhan prevalensi demensia pada populasi berusia lebih dari 60 tahun adalah 5,6 .
3
Data dari pemeriksaan otopsi menunjukkan bahwa demensia Alzheimer, jenis multi-infark serta jenis campuran Alzheimer+multi-infark merupakan
penyebab yang paling sering dijumpai. Prevalensi Alzheimer lebih tinggi pada wanita dan demensia multi-infark lebih banyak dijumpai pada pria.
12
Penyebab tersering demensia di Amerika Serikat dan Eropa adalah penyakit Alzheimer,
sedangkan di Asia diperkirakan demensia vaskular merupakan penyebab tersering demensia. Demensia lain yang lebih jarang adalah demensia tipe Lewy body,
demensia fronto-temporal FTD, dan demensia pada penyakit Parkinson.
3
2.2.3. Klasifikasi Demensia Demensia diklasifikasikan menjadi 6 , yaitu :
a. Penyakit Alzheimer
Demensia Alzheimer adalah jenis yang paling umum dari demensia, dan disebabkan oleh berkurangnya sel otak. Demensia Alzheimer merupakan
penyakit keturunan, oleh sebab itu cenderung muncul pada keluarga. Walaupun bersifat genetik, tidak berarti semua keluarga akan mendapatkan
penyakit ini. Pada penyakit ini, sel di dalam area otak yang mengendalikan fungsi mental dan memori dihancurkan oleh protein abnormal yang tersimpan
di dalam otak. Orang dengan penyakit Alzheimer juga mempunyai tingkat bahan kimia otak yang kurang dari normal disebut neurotransmitter sebagai
pengendali fungsi penting otak. Penyakit Alzheimer tidak tetap dan tidak diketahui perawatannya, akan tetapi, pengobatan dapat memperlambat
progresivitas penyakit.
b. Demensia Vaskular