Hubungan Peranan Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir Tahun 2016

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERANAN KEPEMIMPINAN TERHADAP MOTIVASI KERJA STAF PUSKESMAS LIMBONG KECAMATAN SIANJUR

MULA-MULA KABUPATEN SAMOSIR

Tanggal/Bulan/Tahun:.../.../....

I Petunjuk Pengisian

a. Mohon perhatikan pertanyaan-pertanyaan ini dengan seksama.

b. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda (X) pada salah satu jawaban yang tersedia dengan kriteria:

 Ya, jika kegiatan yang dinyatakan, dilakukan oleh pemimpin anda  Kadang-Kadang, jika kegiatan yang dinyatakan, hanya

kadang-kadang atau sebahagian saja yang dilakukan oleh pemimpin anda  Tidak, jika kegiatan yang dinyatakan, tidak pernah dilakukan oleh

pemimpin anda.

c. Mohon dijawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya demi keabsahan penelitian.

d. Jawaban Bapak/Ibu kami jamin kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi karir, pangkat maupun jabatan Bapak/Ibu.

e. Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.

II. Identitas Pegawai

Nama :

Jenis Kelamin : Perempuan/Laki-laki (coret yang tidak perlu)

Umur :

Pendidikan terakhir :

Status : kawin/tidak kawin/janda/duda (coret yang tidak perlu)

Golongan :

Masa kerja :


(2)

III. Peranan Kepemimpinan

Pertanyaan Ya

Kadang-kadang

Tidak Catatan

Komunikasi

1. Bapak/Ibu mampu memahami instruksi yang dikomunikasikan oleh pemimpin dan mampu merespon dengan baik. 2. Pemimpin menanyakan tentang apa yang

diharapkan staf atas pekerjaan yang dilakukan.

3. Pimpinan Bapak/Ibu telah menjalankan komunikasi yang baik dengan dalam hal

pengambilan keputusan sehingga

merupakan mitra kerja yang harmonis. 4. Pimpinan Bapak/Ibu bersifat bersahabat. 5. Pimpinan Bapak/Ibu selalu meminta

informasi tentang kendala-kendala selama menjalankan pekerjaan di dalam gedung Puskesmas/ Posyandu.

Arahan dan Bimbingan

1. Pimpinan selalu mengadakan bimbingan dan pengarahan secara berkala melalui rapat/ pertemuan rutin lokakarya mini setiap bulannya kepada staf.

2. Pimpinan memberikan bimbingan kepada bapak/ibu dan paham dengan pekerjaan bapak/ibu ketika mengalami kesulitan dengan pekerjaan.

3. Pimpinan bapak/ibu selalu memberikan bimbingan/pengarahan sebelum dan sesudah melaksanakan pekerjaan dalam gedung puskesmas/posyandu.


(3)

pengarahan apabila terdapat kesalahan dalam melaksanakan tugas.

Pengawasan

1. Pimpinan selalu memeriksa atau

mengoreksi hasil pekerjaan bapak/ibu.

2. Pimpinan bapak/ibu melaksanakan

kegiatan supervise berkala untuk mengetahui permasalahan dan hambatan staf dalam menyelesaikan tugas.

3. Pimpinan bapak/ibu selalu mengadakan pengawasan langsung dalam setiap pekerjaan yang diberikan.

4. Pimpinan bapak/ibu selalu mengawasi konflik-konflik yang terjadi pada anggota kelompok di puskesmas.

5. Pemimpin memberikan teguran terhadap hasil kerja bapak / ibu yang tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan.

Memotivasi

1. Pimpinan Bapak/Ibu selalu memberikan dorongan semangat terhadap penyelesaian semua pekerjaan yang ada.

2. Pimpinan Bapak/Ibu memberikan

hukuman atau sanksi kepada staf puskesmas yang tidak disiplin bekerja.

3. Pimpinan Bapak/Ibu memberikan

kesempatan dalam mengembangkan diri misalnya pelatihan pendidikan.

4. Evaluasi program yang diadakan dalam minilokakarya bulanan Puskesmas dapat meningkatkan gairah kerja Bapak/Ibu di Puskesmas dan diluar gedung Puskesmas.


(4)

IV. Motivasi Kerja Staf

Pemberian Penghargaan

1. Pimpinan Bapak/Ibu memberikan

kesempatan untuk mendapatkan

penghasilan yang lebih, pendidikan dan latihan atau promosi jabatan bagi stafnya yang ada dinilai produktif.

2. Pimpinan Bapak/Ibu memberikan pujian kepada para pegawai ketika mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

3. Pimpinan Bapak/Ibu memberikan

promosi jabatan kepada staf yang berprestasi dalam kerjanya.

Pertanyaan Ya

Kadang-kadang

Tidak Catatan

Pembuatan Laporan

1. Bapak/Ibu Membuat catatan harian tentang hasil pelaksanaan pekerjaan di Puskesmas.

2. Bapak/Ibu selalu mengerjakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) secara tepat waktu.

Penyelesaian Tugas

1. Bapak/Ibu berusaha mencari jalan keluar pada setiap permasalahan dalam pekerjaan.


(5)

kerja harian yang baik sehingga dapat membagi waktu dengan baik.

Bertanggung Jawab

1. Bapak/Ibu melaksanakan tugas sesuai tugas pokok dan fungsi selaku staf. 2. Bapak/Ibu dapat memanfaatkan waktu

kerja dengan sebaik-baiknya dan tidak pernah meninggalkan pekerjaan tanpa alasan yang cukup.

Gairah Kerja

1. Bapak/ Ibu melakukan pekerjaan dengan senang hati meskipun tanpa diawasi langsung oleh pemimpin. 2. Bapak/Ibu selalu pulang Puskesmas

sesuai dengan waktu selesai kerja yang ditetapkan.

3. Bapak/Ibu selalu mematuhi peraturan kerja yang berlaku di Puskesmas.


(6)

Lampiran 2 MASTER DATA

HUBUNGAN PERANAN KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA STAF PUSKESMAS LIMBONG KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2016

R es po nd en S e x U m u r S t a t u s Pe nd idi ka n W a k t u K at e g or i U m ur K at e g or i W a kt u

Komunikasi Arahan dan Bimbingan Pengawasan Memotivasi Penghargaan Motivasi Kerja Total Nilai Variabel Klasifikasi Nilai Variabel

Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Q 6 Q 7 Q 8 Q 9 Q 1 0 Q 1 1 Q 1 2 Q 1 3 Q 1 4 Q 1 5 Q 1 6 Q 1 7 Q 1 8 Q 1 9 Q 2 0 Q 2 1 Q 2 2 Q 2 3 Q 2 4 Q 2 5 Q 2 6 Q 2 7 Q 2 8 Q 2 9 Q 3 0 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 Y

Y Y X 1 1 X 2 2 X 3 3 X 4 4 X 5 5 R 1 1

2

8 2 4 1 1 1 2 3 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

0 7 6 5 4 1

0 1 2 2 1 1 1 R

2 1 2

9 1 4 4 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 1 3 2 1 1 2 2 3 2 1 6 8 7 8 4 1

7 2 1 2 2 2 1 R

3 1 2

4 2 3 1 1 1 1 1 3 3 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 3 3 3 1 2 9 6 6 5 4 1

9 3 2 2 1 1 1 R

4 2 2

8 1 3 7 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 3 3 3 1 2 3 1 3 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 6 5 1 2 9 7

1

0 1 1 1 3 2 3 R

5 1 3

3 1 3 6 2 2 3 1 1 3 1 3 1 1 2 1 1 3 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 7 8 5 4 9 1 2 2 2 1 1 R

6 1 3

5 2 4 9 2 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 3 2 1 2 1 1 3 3 3 2 2 2 1

0 7 6 5 6 1

9 3 2 2 1 1 2 R

7 1 3

2 1 3 6 2 2 1 3 2 3 1 2 2 3 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1

0 8 6 5 4 1

0 1 2 2 1 1 1 R

8 2 3

6 1 3 6 2 1 3 3 1 1 3 1 2 1 2 1 2 3 1 2 1 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

1 6 9 5 6 1

0 1 3 2 2 1 2 R

9 1 3

2 1 3 6 2 1 2 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 8 6 5 6 9 1 1 2 1 1 2 R

10 1 3

6 1 3 9 2 2 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 3 2 1 2 1 2 2 1

0 4 8 7 4 1

6 2 2 1 2 2 1 R

11 1 3

3 1 3 6 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 3 1 3 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 5 1

0 5 4 9 1 1 1 2 1 1 R

12 1 4 3 1 1

1

1 2 3 1 1 1 1 1 3 1 1 2 2 3 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 7 8 5 4 1

0 1 1 2 2 1 1 R

13 1 4 3 1 2

2

1 2 3 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 3 3 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 6 6 1 2 5 4

1

0 1 1 2 3 1 1 R

14 1 3

1 1 3 8 2 2 2 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 2 2 2 1 3 1 2 2 1 1 2 3 2 1 1 3 1 1 6 9 7 7 5 1

5 2 1 2 2 2 2 R

15 1 3 5 1 1

1

0 2 2 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 1 2 2 1 2 1 1 2 6 6 6 5 3 1

5 2 1 2 1 1 1 R 1 5 1 3 2 3 3 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 6 6 5 5 4 1 1 1 2 1 1 1


(7)

R 17 1

5 0 1 2

2

8 3 3 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 2 2 1 3 1 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 6 5 9 6 7 2

1 3 1 1 2 2 3 R

18 1 5 1 1 1

3

1 3 3 3 1 1 2 1 2 1 2 1 3 1 1 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 8 6 9 5 4 1

0 1 2 2 2 1 1 R

19 2 5 2 1 1

2

8 3 3 1 1 1 2 1 3 3 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 6 9 7 5 4 1

6 2 1 2 2 1 1 R

20 1 5 4 3 1

2

8 3 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 5 7 5 3 9 1 1 1 2 1 1 R

21 2 5 5 1 1

3

2 3 3 1 2 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 6 7 6 7 4 1

0 1 1 2 1 2 1

Kategori:

Jenis Kelamin Umur Status Perkawinan Masa Kerja Pendidikan

1.Perempuan 1.<26 Tahun 1.Kawin 1.1-5 Tahun 1.SMA

2.Laki-laki 2.26-35 Tahun 2.Tidak Kawin 2.5-10 Tahun 2.D1

3.36-45 Tahun 3.Janda 3>10 Tahun 3.D3


(8)

Lampiran 3 Output data ANALISIS UNIVARIAT Frequencies Statistics jenis kelamin responden status responden pendidikan terakhir klasifikasi umur klasifikasi masa kerja

N Valid 21 21 21 21 21

Missing 0 0 0 0 0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 17 81,0 81,0 81,0

Laki-laki 4 19,0 19,0 100,0

Total 21 100,0 100,0

status responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kawin 17 81,0 81,0 81,0

tidak kawin 3 14,3 14,3 95,2

janda 1 4,8 4,8 100,0

Total 21 100,0 100,0

pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMA/sederajat 6 28,6 28,6 28,6

D1 2 9,5 9,5 38,1

D3 10 47,6 47,6 85,7

S1 3 14,3 14,3 100,0


(9)

klasifikasi masa kerja

Freque

ncy Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-5 Tahun 5 23,8 23,8 23,8

5-10 Tahun 8 38,1 38,1 61,9

>10 Tahun 8 38,1 38,1 100,0

Total 21 100,0 100,0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >26 1 4,8 4,8 4,8

26-35 10 47,6 47,6 52,4

36-45 4 19,0 19,0 71,4

>45 6 28,6 28,6 100,0

Total 21 100,0 100,0

Motivasi Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 13 61,9 61,9 61,9

Sedang 5 23,8 23,8 85,7

Tinggi 3 14,3 14,3 100,0

Total 21 100,0 100,0

Komunikasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 13 61,9 61,9 61,9

Cukup 7 33,3 33,3 95,2

Baik 1 4,8 4,8 100,0


(10)

Arahan dan Bimbingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 5 23,8 23,8 23,8

Cukup 16 76,2 76,2 100,0

Total 21 100,0 100,0

Pengawasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 8 38,1 38,1 38,1

Cukup 11 52,4 52,4 90,5

Baik 2 9,5 9,5 100,0

Total 21 100,0 100,0

Memotivasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 15 71,4 71,4 71,4

Cukup 6 28,6 28,6 100,0

Total 21 100,0 100,0

Pemberian Penghargaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 15 71,4 71,4 71,4

Cukup 4 19,0 19,0 90,5

Baik 2 9,5 9,5 100,0


(11)

ANALISIS BIVARIAT

Komunikasi * MK Crosstabulation

MK

Total Rendah Sedang Tinggi

Komunikasi Kurang Count 8 4 1 13

Expected Count 8,0 3,1 1,9 13,0

% within Komunikasi 61,5% 30,8% 7,7% 100,0%

% within MK 61,5% 80,0% 33,3% 61,9%

% of Total 38,1% 19,0% 4,8% 61,9%

Cukup Count 4 1 2 7

Expected Count 4,3 1,7 1,0 7,0

% within Komunikasi 57,1% 14,3% 28,6% 100,0%

% within MK 30,8% 20,0% 66,7% 33,3%

% of Total 19,0% 4,8% 9,5% 33,3%

Baik Count 1 0 0 1

Expected Count ,6 ,2 ,1 1,0

% within Komunikasi 100,0% ,0% ,0% 100,0%

% within MK 7,7% ,0% ,0% 4,8%

% of Total 4,8% ,0% ,0% 4,8%

Total Count 13 5 3 21

Expected Count 13,0 5,0 3,0 21,0

% within Komunikasi 61,9% 23,8% 14,3% 100,0%

% within MK 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%


(12)

Arahan dan Bimbingan * MK Crosstabulation

MK

Total Rendah Sedang Tinggi

Arahan dan Bimbingan

Kurang Count 3 1 1 5

Expected Count 3,1 1,2 ,7 5,0

% within Arahan dan Bimbingan

60,0% 20,0% 20,0% 100,0%

% within MK 23,1% 20,0% 33,3% 23,8%

% of Total 14,3% 4,8% 4,8% 23,8%

Cukup Count 10 4 2 16

Expected Count 9,9 3,8 2,3 16,0

% within Arahan dan Bimbingan

62,5% 25,0% 12,5% 100,0%

% within MK 76,9% 80,0% 66,7% 76,2%

% of Total 47,6% 19,0% 9,5% 76,2%

Total Count 13 5 3 21

Expected Count 13,0 5,0 3,0 21,0

% within Arahan dan Bimbingan

61,9% 23,8% 14,3% 100,0%

% within MK 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%


(13)

Pengawasan * MK Crosstabulation

MK

Total Rendah Sedang Tinggi

Pengawasan Kurang Count 5 1 2 8

Expected Count 5,0 1,9 1,1 8,0

% within Pengawasan 62,5% 12,5% 25,0% 100,0%

% within MK 38,5% 20,0% 66,7% 38,1%

% of Total 23,8% 4,8% 9,5% 38,1%

Cukup Count 6 4 1 11

Expected Count 6,8 2,6 1,6 11,0

% within Pengawasan 54,5% 36,4% 9,1% 100,0%

% within MK 46,2% 80,0% 33,3% 52,4%

% of Total 28,6% 19,0% 4,8% 52,4%

Baik Count 2 0 0 2

Expected Count 1,2 ,5 ,3 2,0

% within Pengawasan 100,0% ,0% ,0% 100,0%

% within MK 15,4% ,0% ,0% 9,5%

% of Total 9,5% ,0% ,0% 9,5%

Total Count 13 5 3 21

Expected Count 13,0 5,0 3,0 21,0

% within Pengawasan 61,9% 23,8% 14,3% 100,0%

% within MK 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%


(14)

Memotivasi * MK Crosstabulation

MK

Total Rendah Sedang Tinggi

Memotivasi Kurang Count 11 2 2 15

Expected Count 9,3 3,6 2,1 15,0

% within Memotivasi 73,3% 13,3% 13,3% 100,0%

% within MK 84,6% 40,0% 66,7% 71,4%

% of Total 52,4% 9,5% 9,5% 71,4%

Cukup Count 2 3 1 6

Expected Count 3,7 1,4 ,9 6,0

% within Memotivasi 33,3% 50,0% 16,7% 100,0%

% within MK 15,4% 60,0% 33,3% 28,6%

% of Total 9,5% 14,3% 4,8% 28,6%

Total Count 13 5 3 21

Expected Count 13,0 5,0 3,0 21,0

% within Memotivasi 61,9% 23,8% 14,3% 100,0%

% within MK 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%


(15)

Pemberian Penghargaan * MK Crosstabulation

MK

Total Rendah Sedang Tinggi

Pemberian Penghargaan

Kurang Count 10 4 1 15

Expected Count 9,3 3,6 2,1 15,0

% within Pemberian Penghargaan

66,7% 26,7% 6,7% 100,0%

% within MK 76,9% 80,0% 33,3% 71,4%

% of Total 47,6% 19,0% 4,8% 71,4%

Cukup Count 2 1 1 4

Expected Count 2,5 1,0 ,6 4,0

% within Pemberian Penghargaan

50,0% 25,0% 25,0% 100,0%

% within MK 15,4% 20,0% 33,3% 19,0%

% of Total 9,5% 4,8% 4,8% 19,0%

Baik Count 1 0 1 2

Expected Count 1,2 ,5 ,3 2,0

% within Pemberian Penghargaan

50,0% ,0% 50,0% 100,0%

% within MK 7,7% ,0% 33,3% 9,5%

% of Total 4,8% ,0% 4,8% 9,5%

Total Count 13 5 3 21

Expected Count 13,0 5,0 3,0 21,0

% within Pemberian Penghargaan

61,9% 23,8% 14,3% 100,0%

% within MK 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%


(16)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Komunikasi ,374 21 ,000 ,760 21 ,000

Arahan dan Bimbingan ,173 21 ,100 ,945 21 ,273

Pengawasan ,195 21 ,036 ,874 21 ,011

Memotivasi ,425 21 ,000 ,627 21 ,000

Pemberian Penghargaan ,388 21 ,000 ,763 21 ,000

MK ,359 21 ,000 ,787 21 ,000


(17)

Correlations

Komunikasi Arahan dan Bimbingan Pengawasan Memotivasi Pemberian Penghargaan Motivasi Kerja Spearman's rho Komunikasi Correlation Coefficient 1,000 -,048 -,131 -,201 ,122 ,126

Sig. (2-tailed) . ,836 ,571 ,383 ,599 ,588

N 21 21 21 21 21 21

Arahan dan Bimbingan Correlation Coefficient -,048 1,000 -,456* -,081 ,056 ,063

Sig. (2-tailed) ,836 . ,038 ,727 ,811 ,785

N 21 21 21 21 21 21

Pengawasan Correlation Coefficient -,131 -,456* 1,000 ,218 ,259 ,146

Sig. (2-tailed) ,571 ,038 . ,342 ,257 ,528

N 21 21 21 21 21 21

Memotivasi Correlation Coefficient -,201 -,081 ,218 1,000 ,347 ,449

Sig. (2-tailed) ,383 ,727 ,342 . ,123 ,030

N 21 21 21 21 21 21

Pemberian Penghargaan Correlation Coefficient ,122 ,056 ,259 ,347 1,000 ,453

Sig. (2-tailed) ,599 ,811 ,257 ,123 . ,048

N 21 21 21 21 21 21

MK Correlation Coefficient ,126 ,063 ,146 ,449 ,453 1,000

Sig. (2-tailed) ,588 ,785 ,528 ,030 ,048 .

N 21 21 21 21 21 21


(18)

Lampiran 4

Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Komunikasi

No Pertanyaan

Ya Kadang-Kadang Tidak

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Staf memahami dan merespon dengan baik instruksi yang dikomunikasikan pemimpin.

3 14,3 7 33,3 11 52,4

2 Pemimpin

menanyakan staf tentang apa yang diharapkan staf atas

pekerjaan yang

dilakukan.

3 14,3 2 9,5 16 76,2

3 Pemimpin

menjalankan

komunikasi dengan

baik sehingga

merupakan mitra kerja yang harmonis.

1 4,8 2 9,5 18 85,7

4 Pemimpin bersifat

bersahabat. 5 23,8 5 23,8 11 52,4

5 Pemimpin meminta informasi tentang

kendala yang

dihadapi staf

selama melakukan pekerjaan.


(19)

Lampiran 5

Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Arahan dan Bimbingan

No Pertanyaan Ya

Kadang-Kadang Tidak

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pimpinan selalu

mengadakan bimbingan dan pengarahan melalui lokakarya mini setiap bulannya

8 38,1 8 38,1 5 23,8

2 Pimpinan memberikan bimbingan kepada staf dan memahami kesulitan pekerjaan staf

2 9,5 4 19 15 71,4

3 Pimpinan selalu memberikan

bimbingan/pengarahan sebelum dan sesudah melaksanakan pekerjaan dalam gedung

puskesmas/posyandu

2 9,5 8 38,1 11 52,4

4 Pimpinan selalu

memberikan pengarahan apabila terdapat

kesalahan dalam melaksanakan tugas


(20)

Lampiran 6

Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Pengawasan

No Pertanyaan Ya Kadang-Kadang Tidak

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pimpinan selalu memeriksa atau mengoreksi hasil pekerjaan staf.

2 9,5 3 14,3 16 76,2

2 Pimpinan melaksanakan kegiatan supervisi berkala untuk mengetahui permasalahan dan hambatan staf dalam

menyelesaikan tugas.

5 23,8 4 19 12 57,1

3 Pimpinan mengadakan pengawasan langsung.

5 23,8 6 28,6 10 47,6

4 Pimpinan

mengawasi konflik yang terjadi pada anggota kelompok di puskesmas.

1 4,8 4 19 16 76,2

5 Pimpinan memberikan teguran terhadap hasil kerja staf yang tidak sesuai dengan mutu yang

diharapkan.


(21)

Lampiran 7

Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Memotivasi

No Pertanyaan Ya

Kadang-Kadang Tidak

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pimpinan selalu memberikan dorongan semangat terhadap penyelesaian semua pekerjaan yang ada.

1 4,8 6 28,6 14 66,7

2 Pimpinan memberikan hukuman atau sanksi kepada staf puskesmas yang tidak disiplin bekerja.

1 4,8 6 28,6 14 66,7

3 Pimpinan memberikan kesempatan kepada staf dalam

mengembangkan diri misalnya pelatihan pendidikan.

4 19 3 14,3 14 66,7

4 Evaluasi program yang diadakan dalam minilokakarya bulanan Puskesmas dapat meningkatkan gairah kerja staf


(22)

Lampiran 8

Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Pemberian Penghargaan

No Pertanyaan Ya

Kadang-Kadang Tidak

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pimpinan memberikan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih, pendidikan dan latihan atau promosi jabatan bagi stafnya yang dinilai produktif.

3 14,3 12 57,1 6 28,6

2 Pimpinan

memberikan pujian kepada staf ketika mereka

menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

1 4,8 9 42,9 11 52,4

3 Pimpinan

memberikan promosi jabatan kepada staf yang berprestasi dalam kerjanya.


(23)

(24)

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Almasdi. 2006. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya

Manusia, Edisi ketiga.Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Azwar,A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ke Tiga. Jakarta: Penerbit PT.Binarupa Aksara.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Bengkulu: Penerbit Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan RI., 2007 .Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

585/MENKES/SK/V/2007. Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Jakarta.

Effendi,U.O. 1992. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Gibson,J., Donnely,J.,1995. Manajemen Edisi Kesembilan Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hatmoko.2006.Manajemen Kesehatan Program Studi Kedokteran

Universitas Mulawarman. Samarinda: Universitas Mulawarman.

Iboto, NS, 2004. Pengaruh Fungsi Kepemimpinan Kepala Puskesmas

Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan. Skripsi, FKM USU, Medan.

Kartono, K. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75/2014.

Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.Jakarta.

. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.02.02/MENKES/52/2015. Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta.

Muninjaya, G.A.A., 1999. Manajemen Kesehatan, Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2004. Manajemen Kesehatan, Cetakan Ketiga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


(26)

PT. Rineka Cipta.

Ritonga, Jamiludin. 2004. Riset Kehumasan. Jakarta :Penerbit Grasindo.

Rivai,V., 2008. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

Salim, E., 1996. Aspek Sikap Mental dalam MSDM. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Sastrohadiwiryo, 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Cetakan kedua. Jakarta : Penerbit PT. Bumi Aksara.

Siagian, P.S., 1992. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: CV Haji Masagung.

., 1992. Fungsi-Fungsi Manajerial, Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

., 2003. Teori & Praktek Kepemimpinan, Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

., 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Siregar, M, 2008. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana

di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana

USU, Medan.

Singarimbun, Masri, 2008. Metode Penelitian Survai, Cetakan Kesembilan

belas. Jakarta: Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia.

Sulaiman, S.E., 2011. Manajemen Kesehatan, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Penerbit PT. Gajah Mada University Press.

Supardi., dan Syaiful Anwar. 2002. Dasar-dasar Perilaku Organisasi.

Jogjakarta: Penerbit UII Press.

Sogirin, 2013. Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja

Staf Puskesmas di Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2013. Skripsi,

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan.

Winardi, 1992. Manajemen Prilaku Organisasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.


(27)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian metode survey dengan pendekatan Explanatory Research atau penelitian penjelasan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat melalui pengujian hipotesis (Singarimbun, 2008), yakni menjelaskan Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan pada Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-mula dengan pertimbangan masih rendahnya cakupan program dan belum maksimalnya peranan kepemimpinan dilaksanakan di Puskesmas Limbong kecamatan Sianjur Mula-Mula. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016 s/d selesai.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh staf pegawai pada Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula yang berjumlah 22 orang. Karena jumlah populasi relatif kecil (<100) maka teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah total populasi yaitu semua populasi dijadikan sampel kecuali kepala puskesmas yang seluruhnya berjumlah 21 orang.


(28)

36

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa cara yaitu:

1. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan tenaga staf Puskesmas Limbong dengan pedoman kuesioner penelitian

2. Data sekunder diperoleh melalui pencatatan data laporan dari kantor Puskesmas yaitu absensi, laporan hasil kegiatan dan yang berhubungan dengan topik penelitian.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati, maka definisi operasional penelitian adalah:

3.5.1 Variabel Peranan Kepemimpinan (Variabel Bebas)

Peranan kepemimpinan diukur melalui 5 variabel, yaitu: Komunikasi, arahan dan bimbingan, pengawasan, motivator dan pemberian penghargaan dengan definisi operasional sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah penyampaian pesan atau informasi antara pemimpin dan staf agar pesan yang dimaksud dapat dipahami.

2. Arahan dan bimbingan adalah petunjuk yang diberikan oleh Pemimpin untuk melaksanakan suatu kegiatan/ pekerjaan kepada staf. Arahan dan bimbingan yang baik adalah apabila pemimpin mampu meningkatkan kerjasama yang lebih efisien antara pimpinan dengan staf dan kerja sama antara staf dengan staf.

3. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan pemimpin untuk memantau atau mengoreksi pekerjaan yang dilakukan oleh staf.


(29)

37

4. Memotivasi adalah kegiatan yang dilakukan pemimpin untuk mendorong staf melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.

5. Pemberian penghargaan adalah kegiatan pemimpin untuk menyediakan atau membagikan penghargaan kepada staf sebagai ganjaran atas keberhasilan menyelesaikan suatu pekerjaan.

3.5.2 Variabel Motivasi Kerja (Variabel Terikat)

Motivasi kerja diukur dari 4 (empat) yaitu: pembuatan laporan, penyelesaian tugas, disiplin kerja dan gairah kerja degan definisi variabel sebagai berikut:

1. Membuat laporan adalah mengerjakan bukti pertanggung jawaban atas program kegiatan yang sudah dikerjakan Staf.

2. Penyelesaian tugas adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan Staf dalam membereskan pekerjaan.

3. Tanggung jawab adalah berkewajiban menanggung segala sesuatunya atas pekerjaan yang sudah dibebankan kepada staf.

4. Gairah kerja adalah keinginan dan rasa senang responden untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

3.6 Aspek Pengukuran

Metode pengukuran penelitian ini adalah mengukur hasil jawaban responden yang meliputi komunikasi, arahan dan bimbingan, pengawasan, memotivasi, pemberian penghargaan dan motivasi kerja.


(30)

38

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

Untuk melihat tingkat peranan kepemimpinan diukur melalui 21 pertanyaan dan menggunakan skala Likert dengan pilihan jawaban Ya diberi nilai 3, jawaban Kadang-kadang diberi nilai 2 dan jawaban Tidak diberi nilai 1.

Variabel independen terdiri dari komunikasi, arahan dan bimbingan, pengawasan, memotivasi dan pemberian penghargaan. Peranan kepemimpinan dapat disusun menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang dengan pengertian sebagai berikut:

1. Baik, apabila hasil penilaian responden bernilai tinggi. Nilai yang diperoleh >70% dari total skor yang dimiliki responden (jawaban diberi skor 3).

2. Cukup, apabila hasil penilaian bernilai menengah yaitu kepala puskesmas cukup baik dalam menjalankan peran kepemimpinannya. Nilai yang diperoleh 40-70% dari total skor yang dimiliki responden (jawaban diberi skor 2). 3. Kurang, apabila hasil penilaian responden bernilai terendah dengan skor

<40% (jawaban diberi skor 1).


(31)

39

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas

No

Variabel Kepemimpina n

Bobot Nilai 1 Variabel=1 Indikator

Bobot Nilai 1 Variabel (Berdasarkan Jumlah Indikator)

1 Komunikasi 5 Indikator

 Kurang 1 5

 Cukup 2 10

 Baik 3 15

2 Arahan dan Bimbingan 4 Indikator

 Kurang 1 4

 Cukup 2 8

 Baik 3 12

3 Pengawasan 5 Indikator

 Kurang 1 5

 Cukup 2 10

 Baik 3 15

4 Memotivasi 4 Indikator

 Kurang 1 4

 Cukup 2 8

 Baik 3 12

5 Pemberian Penghargaan 3 Indikator

 Kurang 1 3

 Cukup 2 6

 Baik 3 9

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

Untuk melihat tingkat motivasi kerja staf diukur melalui 9 pertanyaan dan menggunakan skala Likert dengan pilihan jawaban Ya diberi nilai 3, jawaban Kadang-kadang diberi nilai 2 dan jawaban Tidak diberi nilai 1. Aspek pengukuran motivasi kerja dapat disusun menjadi tiga kategori yaitu:

1. Tinggi, jika staf memiliki motivasi yang tinggi dan melakukan pekerjaan dengan baik. Jawabannya diberi skor 3 (>70% dari nilai tertinggi).


(32)

40

2. Sedang, bernilai menengah yaitu jika staf kurang memiliki motivasi dalam bekerja. Jawaban diberi skor 2 (40-70% dari nilai tertinggi).

3. Rendah, jika staf tidak memiliki dan merasakan kegiatan peranan kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala puskesmas. Jawaban diberi skor 1 (<40% dari nilaitertinggi).

Skala pengukurannya secara rinci adalah:

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Variabel Kategori Bobot Nilai 1Variabel = 1Indikator

Bobot Nilai 1 Variabel= 9

Indikator

Motivasi Kerja

1. Tinggi 3 27

2. Sedang 2 18

3. Rendah 1 9

3.7 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang dilakukan adalah menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk melihat gambaran frekuensi dari variabel bebas peranan kepemimpinan kepala Puskesmas dan variabel terikat motivasi kerja staf Puskesmas. Dan juga menggunakan analisis bivariat untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel peranan kepemimpinan kepala Puskesmas dan variabel terikat motivasi kerja staf Puskesmas.

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, teknik analisa data yang digunakan adalah uji korelasi pearson product moment jika memenuhi syarat (semua data harus berdistribusi normal) atau uji korelasi Spearman sebagai uji alternatifnya.


(33)

41

Selanjutnya untuk menentukan arti nilai korelasi (r) antara dua variabel yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Korelasi (r ) berkisar antara -1s/d1, yang berarti: r = 0, artinya tidak ada hubungan linear

r = -1, artinya hubungan negatif sempurna r = + 1, artinya hubungan linear positif sempurna

Kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam lima area, yaitu:

Tabel 3.2 Tingkat Hubungan Nilai Korelasi

No r Tingkat Hubungan

1 0,00 – 0,19 Sangat rendah / sangat lemah

2 0,20 – 0,39 Rendah / lemah

3 0,40 – 0,59 Sedang

4 0,60 – 0,79 Tinggi / kuat

5 0,80 – 1,00 Sangat tinggi / sangat kuat

Data yang diperoleh selanjutnya untuk dianalisa dan dimanfaatkan untuk pedoman pembahasan, penarikan kesimpulan dan pemberian saran.


(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Limbong adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir. Puskesmas Limbong terletak di Desa Aek Sipitudai, Onan Limbong, Kecamatan Sianjur Mula-mula.

Puskesmas Limbong berdiri pada tahun 1975 saat Kabupaten Samosir belum mengalami pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Keadaan wilayah Puskesmas Limbong dikelilingi bukit-bukit, disetiap lereng bukit dijadikan masyarakat setempat menjadi ladang dan sawah. Wilayah kerja Puskesmas Limbong berbatasan dengan:

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Boho/Danau Toba

 Sebelah Barat berbatasan dengan daerah Sagala

 Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Pusuk Buhit

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Menara Pandang Tele

Luas wilayah kerja Puskesmas Limbong 154,91 km2, yang terdiri dari 12 desa. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Limbong 9394 jiwa, dan terdiri dari 2384 KK. Dengan kondisi tempat Puskesmas Limbong yang jauh dari setiap desa, Puskesmas Limbong dibantu oleh unit-unit fungsional dibawahnya yaitu satu unit Puskesmas Pembantu yang terletak di daerah Sagala dan persebaran Polindes di setiap desa.


(35)

43

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah seluruh pegawai di Puskesmas Limbong kecuali kepala puskesmas yang berjumlah 21 orang.

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik umur menunjukkan bahwa klasifikasi umur staf pegawai di Puskesmas Limbong yang tertinggi pada kelompok umur 26-35 tahun yaitu sebanyak 10 responden (47,6%) dan kelompok umur terendah dibawah umur 26 tahun yaitu sebanyak 1 responden (4,8%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016.

No Berdasarkan Umur Jumlah Persentase

1 ≤25 Tahun 1 4,8

2 26-35 Tahun 10 47,6

3 4

36-45 Tahun >45

4 6

19 28,6

Jumlah 21 100

Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Limbong, mayoritas responden adalah perempuan sejumlah 17 responden (81%) sedangkan jumlah laki-laki sebanyak 4 responden (19%). Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.2.


(36)

44

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016.

No Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Perempuan 17 81

2 Laki-laki 4 19

Jumlah 21 100

Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Limbong, mayoritas pendidikan responden adalah tingkat D3 berjumlah 10 orang (47,6%), yang berpendidikan SMA sebanyak 6 responden (28,6%), yang berpendidikan S1 sebanyak 3 responden (14,3%) dan yang berpendidikan D1 sebanyak 2 responden (9,5%). Lebih rinci dapat diuraikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016.

No Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

1 SMA/Sederajat 6 28,6

2 D1 2 9,5

3 D3 10 47,6

4 S1 3 14,3

Jumlah 21 100

Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Limbong diketahui sebagian besar responden berstatus kawin yaitu 17 orang (81%), yang berstatus tidak kawin sebanyak 3 responden (14,3%) dan yang berstatus janda sebanyak 1 responden(4,8%). Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.4.


(37)

45

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di

Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016.

No Status Perkawinan Jumlah Persentase

1 Kawin 17 81

2 Tidak Kawin 3 14,3

3 Janda 1 4,8

Jumlah 21 100

Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas

4.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Limbong, sebagian besar masa kerja responden pada kelompok 5-10 tahun sebanyak 10 responden(47,6%) danmasa kerja terendah pada kelompok kurang dari 5 tahun sebanyak 3 responden (14,3%). Secara rinci diuraikan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016.

No Masa Kerja Jumlah Persentase

1 <5 Tahun 3 14,3

2 5-10 Tahun 10 47,6

3 >10 Tahun 8 38,1

Jumlah 21 100

Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas

4.3. Analisis Bivariat

Analisi bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara peranan kepemimpinan yang meliputi aspek komunikasi, arahan dan bimbingan, pengawasan, memotivasi dan pemberian penghargaan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-mula dengan menggunakan uji


(38)

46

Pearson Product Moment untuk data yang berdistribusi normal dan uji alternatif korelasi Spearman untuk data yang tidak berdistribusi normal.

4.3.1. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Komunikasi Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa dari 13 responden (61,9%) yang menilai komunikasi yang dilakukan oleh kepala puskesmas kurang baik terdapat 8 responden (38,1%) yang motivasi kerjanya pada kategori rendah, 4 responden (19%) pada kategori sedang dan 1 responden (4,8%) pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi spearman diketahui bahwa variabel komunikasi mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang tidak signifikan. Hubungan korelasi antara variabel kepemimpinan dengan motivasi kerja adalah sangat lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,126 dengan nilai p sama dengan 0,588>0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,1262 = 0,016. Hal ini diartikan pengaruh komunikasi dengan motivasi kerja = 1,6%, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.20.


(39)

47

Tabel 4.6. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Komunikasi dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Peranan Kepemimpinan

Motivasi Kerja Staf

Total

rho P Rendah Sedang Tinggi

Komunikasi f % f % f % f %

Kurang 8 38,1 4 19 1 4,8 13 61,9

0,126 0,588

Cukup 4 19 1 4,8 2 9,5 7 33,3

Baik 1 4,8 0 0 0 0 1 4,8

Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100

Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016

4.3.2. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Arahan dan Bimbingan Oleh Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 16 responden (76,2%) yang menyatakan arahan dan bimbingan yang diperankan oleh kepala puskesmas cukup baik terdapat 10 responden (47,6%) yang motivasi kerjanya pada kategori rendah, 4 responden (19%) pada kategori sedang dan 2 responden (9,5%) pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel arahan dan bimbingan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang tidak signifikan. Hubungan korelasi antara variabel arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja adalah sangat lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,063 dengan nilai p sama dengan 0,785>0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,0632 = 0,004. Hal ini diartikan pengaruh bimbingan dan arahan dengan motivasi kerja = 0,4%, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.21.


(40)

48

Tabel 4.7. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Arahan dan Bimbingan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Peranan Kepemimpinan

Motivasi Kerja Staf

Total

rho p Rendah Sedang Tinggi

Arahan dan

Bimbingan f % F % f % f %

Kurang 3 14,3 1 4,8 1 4,8 5 23,8

0,063 0,785

Cukup 10 47,6 4 19 2 9,5 16 76,2

Baik 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100

Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016

4.3.3. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pengawasan Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 11 responden (52,4%) yang menyatakan pengawasan yang dilakukan kepala puskesmas cukup baik terdapat 6 (28,6%) responden yang motivasi kerjanya rendah, 4 responden (19%) yang motivasi kerjanya sedang dan 1 (4,8%)responden yang motivasi kerjanya tinggi.

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel pengawasan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang tidak signifikan. Hubungan korelasi antara variabel pengawasan dengan motivasi kerja adalah sangat lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,146 dengan nilai p sama dengan 0,528>0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,1462 = 0,02. Hal ini diartikan pengaruh pengawasan dengan motivasi kerja = 2,13%, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.22.


(41)

49

Tabel 4.8. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Pengawasan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Peranan Kepemimpinan

Motivasi Kerja Staf

Total

rho p Rendah Sedang Tinggi

Pengawasan f % f % f % f %

Kurang 5 23,8 1 4,8 2 9,5 8 38,1

0,146 0,528

Cukup 4 19 6 28,6 1 4,8 11 52,4

Baik 2 9,5 0 0 0 0 2 9,5

Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100

Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016

4.3.4. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Memotivasi Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 15 responden (71,4%) yang menyatakan peran pemimpin dalam aspek memotivasi stafnya dalam kategori kurang baik, terdapat 11 (52,4%) responden yang motivasi kerjanya rendah, 2 responden (9,5%) yang motivasi kerjanya rendah dan 2 responden (9,5%) yang motivasi kerjanya tinggi.

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel memotivasi mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang signifikan. Hubungan korelasi antara variabel memotivasi dengan motivasi kerja adalah lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,449 dengan nilai p sama dengan 0,030<0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,4492 = 0,20. Hal ini diartikan pengaruh memotivasi dengan motivasi kerja = 20%, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.23.


(42)

50

Tabel 4.9. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Memotivasi dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Peranan Kepemimpinan

Motivasi Kerja Staf

Total

rho p Rendah Sedang Tinggi

Memotivasi f % f % f % f %

Kurang 11 52,4 2 9,5 2 9,5 15 71,4

0,449 0,030

Cukup 2 9,5 3 14,3 1 4,8 6 28,6

Baik 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100

Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016

4.3.5. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pemberian Penghargaan Oleh Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 15 responden (71,4%) yang menyatakan peranan kepala puskesmas dalam memberikan penghargaan kepada stafnya kurang baik, terdapat 10 responden (47,6%) yang motivasi kerjanya rendah dan 4 responden (19%) yang motivasi kerjanya sedang dan 1 responden (4,8%) yang motivasi kerjanya tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.19. berikut ini.

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel pemberian penghargaan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang signifikan. Hubungan korelasi antara variabel memotivasi dengan motivasi kerja adalah sedang yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,453 dengan nilai p sama dengan 0,048<0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,4532 = 0,26. Hal ini diartikan pengaruh pemberian penghargaan dengan


(43)

51

motivasi kerja = 26%, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.24.

Tabel 4.10. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Pemberian Penghargaan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Peranan Kepemimpinan

Motivasi Kerja Staf

Total

rho P Rendah Sedang Tinggi

Pemberian

Penghargaan f % f % f % f %

Kurang 10 47,6 4 19 1 4,8 15 71,4

0,453 0,048

Cukup 2 9,5 1 4,8 1 4,8 4 19

Baik 1 4,8 0 0 1 4,8 2 9,5

Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100


(44)

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian terdiri atas 5 variabel yaitu komunikasi, arahan dan bimbingan, pengawasan, memotivasi dan pemberian penghargaan. Berikut ini akan dibahas hubungan komunikasi dengan motivasi kerja, hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja, hubungan pengawasan dengan motivasi kerja, hubungan memotivasi dengan motivasi kerja dan hubungan pemberian penghargaan dengan motivasi kerja.

5.1 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Komunikasi Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan komunikasi dengan motivasi kerja ternyata tidak ada hubungan komunikasi dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong.

Meskipun berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa variabel komunikasi tidak berhubungan secara signifikan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas Limbong, aspek ini harus tetap diperhatikan sebab secara teoritis komunikasi atasan kepada bawahan berhubungan dengan motivasi kerja. Selain itu, jumlah sampel yang relatif kecil juga ikut mempengaruhi tingkat signifikan suatu penelitian.

Menurut teori Siagian (2003), komunikasi merupakan salah satu peran pemimpin yang bersifat hakiki dan sangat penting bagi peningkatan kerjasama antar anggota organisasi. Dalam lingkungan puskesmas, jika kepala puskesmas


(45)

53

selaku pemimpin mampu melaksanakan peran komunikasinya dengan cara menyatukan seluruh aspek untuk mencapai kepentingan bersama maka akan tercapi pula tujuan berorganisasi/target puskesmas. Jika kurang adanya peranan kepemimpinan dalam menciptakan komunikasi yang harmonis akan mengakibatkan tingkat motivasi kerja pegawai menjadi rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai kurang dengan motivasi kerja staf yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap staf puskesmas diketahui bahwa pemimpin sebagai atasan yang mungkin memiliki banyak kesibukan hanya memberi instruksi sekilas saja dan tidak jelas penyampaiannya serta enggan untuk mengulangi pesan tersebut sehingga mengakibatkan staf tidak memahami dan tidak merespon dengan baik instruksi yang dikomunikasikan oleh pemimpin. Pemimpin juga tidak menanyakan kendala apa yang dihadapi stafnya dalam proses mengerjakan program sehingga staf seringkali merasa malas dan tidak antusias dalam bekerja karena sikap cuek kepala puskesmas selaku pemimpin.

Kurangnya komunikasi pemimpin juga tergambar dari sikap pemimpin yang sering membuat keputusan tanpa berdiskusi dahulu dengan staf sehingga staf merasa tidak terlalu dibutuhkan sehingga motivasi kerjanya menjadi rendah. Selain itu, karakteristik responden yang mayoritas adalah perempuan juga ikut mempengaruhi peranan komunikasi terhadap motivasi kerja sebab perempuan berusaha mencari solusi dalam bekerja melalui komunikasi dengan cara diskusi membicarakan apa yang harus dikerjakan, berbeda dengan laki-laki biasanya lebih cenderung diam dan bertindak untuk mencari solusi sendiri. Oleh sebab itulah


(46)

54

peranan komunikasi pemimpin seharusnya lebih ditingkatkan mengingat jumlah staf di Puskesmas Limbong mayoritas perempuan.

Menurut Gibson dan Donnely (1995) hambatan yang umum terjadi dalam berkomunikasi di organisasi diakibatkan oleh kerangka acuan yang berbeda, persepsi selektif, pertimbangan nilai, masalah semantik, penyaringan, tekanan waktu dan beban yang berlebihan.

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti berpendapat bahwa peran komunikasi seperti menanyakan tentang apa yang diharapkan staf atas pekerjaan yang dilakukan serta mendiskusikan tentang kendala-kendala yang dihadapi staf selama menjalankan pekerjaan masih kurang. Kurangnya komunikasi ini dapat mempengaruhi motivasi kerja staf yang berdampak kepada tingkat tanggung jawab staf dalam menyelesaikan tugas menjadi kurang sehingga seringkali laporan kegiatan tidak tidak selesai tepat waktu dan kurangnya semangat staf dalam bekerja.

5.2 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Arahan dan Bimbingan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja ternyata tidak ada hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong.

Penyebab variabel arahan dan bimbingan tidak berhubungan secara signifikan terhadap motivasi kerja mungkin disebabkan karena faktor masa kerja dan tingkat pendidikan responden. Menurut masa kerja sebagian responden


(47)

55

dengan masa kerja 5-10 tahun dan tingkat pendidikan sebagian besar D3 sebanyak 10 responden. Faktor-faktor tersebut memungkinkan responden sudah berpengalaman dan sudah mengerti tentang apa dan bagaimana menyelesaikan suatu pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin tanpa diberi arahan dan bimbingan. Faktor lainnya yang ikut mempengaruhi aspek arahan dan bimbingan tidak berhubungan dengan motivasi kerja adalah jumlah sampel yang relatif kecil.

Menurut Supardi (2002), kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan organisasi. Pengarahan yang diberikan oleh pemimpin inilah yang menjadi petunjuk bagi staf untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

Menurut Siagian (2009), salah satu peran pemimpin adalah bertanggung jawab untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada para bawahannya. Dalam konteks puskesmas, untuk mencapai keberhasilan program maka staf harus mau mendengar dan mengerti serta mau dibimbing oleh pemimpin. Pemimpin tentunya harus mampu memberikan arahan dan membimbing staf supaya termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa arahan dan bimbingan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai cukup dan motivasi kerja staf yang rendah.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap staf puskesmas diketahui bahwa pemimpin selalu ingin stafnya mengerjakan tugas sampai selesai sesuai dengan standar yang berlaku sedangkan pemimpin itu sendiri bersikap cuek dan menganggap staf sudah mampu mengerjakan suatu program tanpa harus detail


(48)

56

dalam menjelaskan proses yang harus dilaksanakan. Pemimpin seringkali tidak memberikan arahan dan bimbingan pada saat ada kegiatan di Puskesmas/Posyandu dan terkadang tidak memberikan bimbingan apabila staf melakukan kesalahan. Padahal, tidak semua staf dapat mengerjakan suatu program dengan baik tanpa adanya bimbingan dan arahan dari pemimpin. Tingkat pendidikan staf yang masih ada pada jenjang SMA (28,6%) dan D1 (9,5%) juga berperan dalam mempengaruhi daya tanggap dan inisiatif dalam mengerjakan suatu program.

Menurut Hatmoko (2006), Peranan dokter kepala puskesmas sebagai seorang manajer salah satu tugasnya adalah memberikan pengarahan dan bimbingan teknis. Pemberian pedoman atau petunjuk kepada stafnya dengan cara yang ramah, bersikap tegas dan konsisten antara sikap dan ucapannya dapat meningkatkan dorongan semangat bagi staf dalam bekerja.

5.3 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pengawasan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan pengawasan dengan motivasi kerja ternyata tidak ada hubungan pengawasan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong. Pengawasan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai cukup dan motivasi kerja staf yang rendah.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sogirin (2013) yang menyatakan bahwa variabel pengawasan pegawai terhadap motivasi kerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Rokan Hulu tahun 2013


(49)

57

memperoleh hubungan yang signifikan dengan menggunakan uji Chi Square dengan p= 0,037 (p<0,05).

Meskipun berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa variabel pengawasan tidak berhubungan secara signifikan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas Limbong, aspek ini harus tetap diperhatikan sebab secara teoritis pengawasan berhubungan dengan motivasi kerja. Selain itu, jumlah sampel yang relatif kecil juga ikut mempengaruhi tingkat signifikan penelitian.

Menurut Siagian (1992), dalam suatu organisasi fungsi pengawasan sangat dibutuhkan, dengan pengawasan yang baik dapat mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

Sesuai dengan pendapat Effendi (1992), peran pemimpin sebagai eksekutif (executive leader) yang fungsinya adalah “menerjemahkan” kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan. Dia memimpin dan mengawasi tingkah laku orang-orang yang menjadi bawahannya serta membuat keputusan dan memerintahkannya untuk dilaksanakan.

Menurut Hatmoko (2006), Peran dokter kepala puskesmas sebagai seorang manajer adalah memberikan supervisi/ pengawasan dengan memantau staf secara berkala dan teratur guna meningkatkan disiplin staf dalam melaksanakan tugas

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan pengawasan dengan motivasi kerja, pengawasan yang cukup berpengaruh terhadap motivasi kerja staf. Peran pengawasan yang dilakukan pemimpin yang cenderung bersikap otoriter mengakibatkan staf tidak merasa


(50)

58

nyaman dengan adanya pengawasan sehingga staf merasa risih dalam melakukan pekerjaan sehingga tidak termotivasi/ semangat dalam bekerja.

5.4 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Memotivasi Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan memotivasi dengan motivasi kerja ternyata ada hubungan yang signifikan aspek memotivasi dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong yang lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memotivasi yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai kurang dan motivasi kerja staf yang rendah.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iboto (2004) yang menyatakan bahwa variabel memotivasi pegawai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai.

Menurut Siagian (2009), motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Perananan kepala puskesmas sebagai pemimpin dalam memotivasi bawahannya sangat mempengaruhi motivasi kerja staf. pemimpin harus mampu memberikan inspirasi, semangat dan dorongan dalam berkarya.

Kurangnya peranan memotivasi yang dilakukan pemimpin didukung oleh hasil wawancara terhadap staf puskesmas yang menilai aspek memotivasi yang diperankan pemimpin kurang dan motivasi kerja stafnya rendah menyatakan bahwa pimpinan tidak memberikan dorongan semangat terhadap penyelesaian


(51)

59

pekerjaan yang ada karena kepala puskesmas cenderung tidak mau mengurusi staf dalam menyelesaikan pekerjaannya karena menganggap staf sudah paham dengan apa yang harus dikerjakan.

Sebagian responden juga menyatakan bahwa pimpinan tidak memberikan kesempatan kepada staf dalam mengembangkan diri misalnya melalui pelatihan pendidikan karena kepala puskesmas tidak ada tindakan dalam memberikan kesempatan kepada staf untuk mengikuti pelatihan dan cenderung hanya orang tertentu saja yang mendapat kesempatan.

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan memotivasi dengan motivasi kerja, diketahui bahwa peranan pemimpin dalam memotivasi mempunyai hubungan yang searah dengan motivasi kerja staf. Peranan pemimpin seperti memberikan kesempatan bagi staf dalam mengembangkan, mengevaluasi program dan memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan tugas dapat mendorong semangat kerja staf. Semakin besar peranan pemimpin dalam memotivasi staf, maka akan semakin tinggi motivasi kerja staf dalam bekerja.

5.5 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pemberian Penghargaan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016

Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan pemberian penghargaan dengan motivasi kerja ternyata ada hubungan antara aspek pemberian penghargaan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong.


(52)

60

Hasil penelitian dapat dilihat (tabel 4.10) bahwa pemberian penghargaan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai kurang dan motivasi kerja staf yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa pimpinan tidak memberikan pujian kepada staf ketika mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tidak memberikan promosi jabatan kepada staf yang berprestasi dalam kerjanya serta tidak ada penghasilan yang lebih bagi staf yang produktif dalam bekerja sehingga motivasi kerja staf menjadi rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2008) tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 didapatkan hasil uji bivariat ada hubungan yang signifikan antara pengakuan/penghargaan terhadap kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.

Menurut Siagian (1992), pemberian penghargaan dapat meningkatkan semangat bagi anggota organisasi atas kinerja yang diberikannya. Suatu penghargaan menjadi dorongan bagi staf untuk melakukan tindakan yang menjadi inti dari motivasi.

Menurut Notoadmodjo (2007), pengakuan berupa penghargaan pimpinan organisasi terhadap karyawan merupakan dorongan semangat kerja. Dorongan semangat inilah yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi kerja staf Puskesmas Limbong dalam melaksanakan pekerjaannya


(53)

61

Pemberian penghargaan kepada staf sangatlah besar perannya dalam meningkatkan motivasi kerja staf sebagai pemenuhan kebutuhan. Hal ini juga didukung karakteristik responden yang sebagian besar adalah perempuan yang sudah berstatus kawin, tentu saja hal ini membuat kebutuhan staf menjadi bertambah. Perempuan yang sudah berumah tangga tentu saja mempunyai tanggung jawab ganda yakni di rumah dan di tempat kerja. Oleh sebab itulah, dengan adanya penghargaan seperti penambahan penghasilan serta pelatihan pendidikan dapat meningkatkan motivasi kerja staf sebab pemenuhan kebutuhan mereka tercapai.

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan pemberian penghargaan dengan motivasi kerja, diketahui bahwa pemberian penghargaan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja. Penghargaan sebagai tanda pengakuan bahwa staf yang mempunyai kemampuan lebih dapat memperkuat motivasi dan memacu diri setiap individu untuk mencapai prestasi. Semakin baik peranan pemberian penghargaan yang diberikan pemimpin kepada stafnya maka semakin staf merasa diakui kerja kerasnya sehingga semakin tinggi pula dorongan semangat dalam diri setiap pegawai/staf dalam melakukan pekerjaan.


(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan kepala Puskesmas dalam menjalankan peran kepemimpinannya sebagai manajer dinilai masih kurang terutama dalam aspek memotivasi dan memberikan penghargaan kepada staf di Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016.

2. Tidak ada hubungan peranan kepemimpinan dalam aspek komunikasi, arahan dan bimbingan dan aspek pengawasan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016.

3. Semakin baik peranan kepemimpinan kepala puskesmas maka tingkat motivasi kerja staf semakin tinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepemimpinan kepala puskesmas dinilai kurang dan tingkat motivasi kerja staf yang rendah di Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016.


(55)

63

6.2. Saran

1. Kepala Dinas Kesehatan

Disarankan bagi kepala dinas kesehatan agar membuat pelatihan manajerial bagi seluruh kepala puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir.

2. Pemerintah Daerah

Disarankan bagi pemerintah daerah agar menyediakan rumah dinas dalam menunjang pelayanan Puskesmas.

3. Kepala Puskesmas

Disarankan bagi kepala Puskesmas untuk meningkatkan peran kepemimpinannya melalui komunikasi yang intens dan ramah, memeriksa dan mengawasi laporan hasil kegiatan serta menanyakan kendala yang dihadapi serta lebih dalam memberikan penghargaan bagi staf yang produktif dalam bekerja.


(56)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Menurut Siagian (1992), kepemimpinan adalah sikap pikiran dan semangat kejiwaan untuk memimpin, mendorong dan mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.

Menurut Almasdi (2006), seorang pemimpin dituntut memiliki pengetahuan tentang manajemen secara umum disamping memiliki jiwa kepemimpinan agar mampu menjadi pemimpin yang profesional. Pemimpin yang profesional adalah pemimpin yang mengutamakan tercapainya tujuan organisasi dengan tidak merugikan dan mengabaikan kepentingan orang lain, berpikiran dan bekerja yang benar sesuai dengan peraturan yang berlaku, disenangi lingkungan dan bertanggung jawab. Pemimpin yang profesional harus mampu menciptakan rasa bangga antara pemimpin dan seluruh personelnya serta rasa memiliki akan seluruh aset organisasi termasuk citra organisasi.


(57)

9

1. Persepsi sosial (social perception)

Persepsi sosial adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota kelompok.

2. Kemampuan berpikir abstrak (ability in abstract thinking)

Kemampuan berabstraksi yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur inteligensi, dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk menafsirkan kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan umum diluar kelompok dalam hubungannya dengan tujuan kelompok.

3. Keseimbangan emosional (emotional stability)

Seorang pemimpin lebih banyak memiliki alam perasaan yang seimbang daripada mereka yang bukan pemimpin. Pada diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita dan alam perasaan, serta pengintegrasian semuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang harmonis (Effendi,1992).

2.1.2 Fungsi Kepemimpinan

Menurut Kartono (1998), fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik; memberikan supervisi/ pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.


(58)

10

Menurut Rivai (2008), fungsi pokok kepemimpinan secara operasional dapat dibedakan menjadi lima fungsi pokok, yaitu:

1. Fungsi Instruktif

Pemimpin sebagai pihak komunikator menentukan apa, bagaimana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dikerjakan secara efektif yang bersifat komunikasi satu arah.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi konsultatif dimaksudkan untuk untuk memperoleh masukan berupa umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Hal ini dimaksudkan agar keputusan pimpinan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.

3. Fungsi Partisipasi

Dalam pelaksanaan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya baik dalam kepesertaan mengambil keputusan maupun dalam pelaksanaannya.

4. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pemimpin. Fungsi ini pada dasarnya adalah kepercayaan.


(59)

11

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

2.1.3 Peranan Kepemimpinan

Menurut Siagian (2009), peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu:

1. Peranan yang Bersifat Interpersonal

Peran interpersonal menampakkan diri dalam tiga bentuk yaitu:

a. Selaku simbol keberadaan organisasi yang peranannya dimainkan dalam berbagai kegiatan yang sifatnya legal dan seremonial.

b. Selaku pemimpin yang bertanggung jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada para bawahan.

c. Peran selaku penghubung dimana seorang manajer harus mampu menciptakan jaringan yang luas dengan memberikan perhatian khusus kepada mereka yang mampu berbuat sesuatu bagi organisasi dan juga berbagai pihak yang memiliki informasi yang diperlukan oleh organisasi. 2. Peranan yang Bersifat Informasional

Peran pemimpin yang bersifat informasional mengambil tiga bentuk,yaitu: a. Peran pemantau arus informasi yang terjadi dari dan ke dalam organisasi.

Peran memantau tidak sekedar mengetahui arus keluar masuknya informasi, akan tetapi juga mampu mengambil langkah-langkah agar informasi bermutulah yang diterima.


(60)

12

b. Peran sebagai pembagi atau diseminator informasi, peran ini menuntut pemahaman yang mendalam tentang makna informasi yang diterimanya. c. Peran sebagai juru bicara organisasi.

3. Peran Pengambilan Keputusan

Peran pengambilan keputusan terditi dari empat bentuk, yaitu:

a. Selaku entrepreneur, ialah peran yang dimainkan melalui pertemuan-pertemuan untuk merumuskan dan menetapkan strategi pembuatan proyek. b. Peredam gangguan, ialah kesediaan memikul tanggung jawab untuk mengambil tindakan korektif apabila organisasi menghadapi gangguan serius yang apabila tidak ditangani akan berdampak negatif kepada organisasi.

c. Pembagi sumber dana dan daya. d. Perunding bagi organisasi.

Semakin tinggi jabatan maka akan semakin banyak berinteraksi dengan pihak diluar organisasi.

Menurut Siagian (2003), Peranan seorang pemimpin tidak terbatas hanya pada koordinasi. Salah satu peranan kepemimpinan yang teramat penting dalam proses pengelolaan suatu organisasi adalah mengintegrasikan berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai satuan kerja dalam organisasi demi terjaminnya kesatuan gerak. Integrasi demikian hanya mungkin terwujud apabila pemimpin mampu menjalankan komunikasi yang efektif.

Menurut Siagian (2003), berkomunikasi berarti mengalihkan suatu pesan dari satu pihak kepada pihak lain. Proses komunikasi dapat dikatakan efektif


(61)

13

apabila pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan diterima dan diartikan oleh sasaran komunikasi dalam bentuk, jiwa dan semangat yang persis sama seperti yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sumber pesan tersebut.

Selanjutnya menurut Siagian (2009), perananan kepemimpinan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya antara lain: pengambilan keputusan, actuating atau penggerakan atau arahan, motivator, pimpinan, perencanaan dan pengawasan. Ada beberapa sebab yang membuat orang bisa meraih kedudukan sebagai pemimpin, yaitu sebagai berikut;

1. Pemimpin diangkat karena memiliki sikap mental terkendali terpuji dan sedikit menonjol dalam lingkungannya serta disepakati untuk dikaderkan oleh lingkungan itu sendiri, baik dari pihak atasan maupun dari pihak bawahan serta dari pihak setingkat.

2. Pemimpin diangkat karena tarikan dari atas saja tanpa mempedulikan partisipasi dari lingkungan.

3. Pemimpin yang diangkat karena berhasil menciptakan suatu prestasi atau karya besar yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan organisasi.

4. Pemimpin yang diangkat hanya karena faktor usia dan masa kerja semata. 5. Pemimpin yang dipilih dengan suara bulat dan diminta kesediannya untuk

mengemukakan syarat-syarat yang menarik, seperti gaji yang besar, fasilitas yang lengkap serta pemberian wewenang seperlunya.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengakuan berupa penghargaan pimpinan organisasi terhadap karyawan merupakan dorongan semangat kerja. Dorongan semangat sangat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi kerja pegawai.


(62)

14

Menurut Hatmoko (2006), peranan dokter sebagai provider di puskesmas dikelompokkan menjadi:

1. Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Seorang Dokter

Tanggung jawab seorang dokter kepala puskesmas tidak hanya mengobati orang sakit namun juga memelihara dan meningkatkan kesehatan dari masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Disamping itu dokter berfungsi juga sebagai seorang pemimpin dan seorang manajer. Oleh karenanya dalam kegiatan pemeriksaan dan pengobatan penderita sehari-hari pada waktu tertentu, dimana dokter Puskesmas sedang melakukan tugas-tugas manajemen puskesmas dan tugas kemasyarakatannya, dokter dapat mendelegasikan wewenangnya kepada seorang perawat dan seorang Bidan.

2. Dokter Kepala Puskesmas Sebagai Seorang Manajer a. Organisasi dan tatalaksana

Puskesmas mempunyai wilayah satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan yang langsung bertanggung jawab dalam bidang teknis kesehatan maupun administratif kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Jenis dan jumlah tenaga Puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama untuk tiap puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan luas daerah yang dicakup serta keadaan geografis dan sarana transportasi di wilayah kerjanya.

b. Bimbingan teknis dan supervisi

Selain pertemuan berkala dengan staf puskesmas yang dilakukan di puskesmas, kepala puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan memberi


(63)

15

bimbingan kepada staf Puskesmas secara berkala di tempat mereka bekerja di puskesmas, puskesmas perawatan, puskesmas pembantu, di lapangan maupun di rumah penduduk dalam rangka kunjungan rumah. Hal ini penting sekali dilakukan secara teratur untuk memelihara disiplin kerja staf Puskesmas dalam melaksanakan tugas.

c. Hubungan kerja antar instansi tingat Kecamatan

Camat meerupakan koordinator dari semua instansi / dinas di tingkat kecamatan, Kepala puskesmas bertanggung jawab secara teknis kesehatan dan administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hubungan dengan camat adalah hubungan koordinasi, namun demikian tanggung jawab secara moril dokter kepala puskesmas terhadap camat tetap ada.

d. Dokter Puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah kerjanya Disamping hubungan langsung antara dokter kepala puskesmas dan staf dengan anggota masyarakat sebagai pengunjung puskesmas dalam rangka pemeriksaan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan, perlu pula dilakukan hubungan kerja sama dengan masyarakat dalam rangka membantu masyarakat agar dapat menolong diri mereka sendiri dalam bidang kesehatan. Khususnya dengan pemuka masyarakat dalam rangka memperbaiki nasib mereka, baik dalam ruang lingkup kesehatan maupun dalam hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat. Dokter Kepala Puskesmas beserta segenap staf bekerja sama dengan instansi-instansi terkait, perlu memberi bimbingan kepada


(1)

12. Teruntuk teman-teman PBL Desa Salit (Icha, Jojo, Riska, Kristin, Dina, Dian, Nidi, Renta, Jems, Vio, Drizka, kak Anis) terima kasih untuk dukungan dan semangat yang telah diberikan selama ini.

13. Teruntuk teman selama LKP di Puskesmas Wiwin, Hernawaty, Cindy, Ivana, Yohana, Ivo, dan veffyyanda untuk kebersamaan dan motivasinya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2016


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Permasalahan Penelitian ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUANPUSTAKA ... 8

2.1 Kepemimpinan ... 8

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan ... 8

2.1.2 Fungsi Kepemimpinan ... 9

2.1.3 Peranan Kepemimpinan ... 11

2.1.4 Teori Kepemimpinan ... 17

2.1.5 Pendekatan dalam Kepemimpinan ... 19

2.2Motivasi Kerja ... 22

2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja ... 22

2.2.2 Komponen Motivasi Kerja ... 22

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja ... 24

2.3Puskesmas ... 29

2.3.1 Pengertian Puskesmas ... 29

2.3.2 Fungsi Puskesmas ... 29

2.3.3 Manajemen Puskesmas ... 30

2.4Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja ... 32

2.5Kerangka Konsep ... 34


(3)

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1Jenis Penelitian ... 36

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3Populasi dan Sampel ... 36

3.4Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5Definisi Operasional... 37

3.5.1 Variabel Bebas ... 37

3.5.2 Variabel Terikat ... 38

3.6Aspek Pengukuran ... 38

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 39

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 40

3.7Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.2Deskripsi Karakteristik Responden ... 43

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Umur ... 43

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 44

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Status Perkawinan ... 44

4.2.5 Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja ... 45

4.3Analisis Bivariat ... 45

4.3.1 Hubungan Peranan Kepemimpinan dari Aspek Komunikasi dengan Motivasi Kerja ... 46

4.3.2 Hubungan Peranan Kepemimpinan dari Aspek Arahan dan Bimbingan dengan Motivasi Kerja ... 47

4.3.3 Hubungan Peranan Kepemimpinan dari Aspek Pengawasan dengan Motivasi Kerja ... 48

4.3.4 Hubungan Peranan Kepemimpinan dari Aspek Memotivasi dengan Motivasi Kerja ... 49

4.3.5 Hubungan Peranan Kepemimpinan dari Aspek Pemberian Penghargaan dengan Motivasi Kerja ... 50

BAB V PEMBAHASAN ... 52

5.1 Hubungan Peranan Kepemimpinan dari Aspek Komunikasi dengan Motivasi Kerja ... 52

5.2 Hubungan Peranan Kepemimpinan dari Aspek Arahan dan Bimbingan dengan Motivasi Kerja ... 54

5.3 Hubungan Peranan Kepemimpinan dari Aspek Pengawasan dengan Motivasi Kerja ... 56


(4)

Penghargaan dengan Motivasi Kerja Kinerja ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1Kesimpulan ... 62

6.2Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 40

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 41

Tabel 3.3 Tingkat Hubungan Nilai Korelasi ... 42

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 44

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 45

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 46

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja... 46

Tabel 4.6 Tabulasi Silang dan Korelasi Aspek Komunikasi dengan Motivasi Kerja ... 48

Tabel 4.7 Tabulasi Silang dan Korelasi Aspek Arahan dan Bimbingan dengan Motivasi Kerja... 49

Tabel 4.8 Tabulasi Silang dan Korelasi Aspek Pengawasan dengan Motivasi Kerja ... 50

Tabel 4.9 Tabulasi Silang dan Korelasi Aspek Memotivasi dengan Motivasi Kerja ... 51

Tabel 4.10 Tabulasi Silang dan Korelasi Aspek Pemberian Penghargaan dengan Motivasi Kerja... 52


(6)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2.Master Data

Lampiran 3. Output Data

Lampiran 4. Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Komunikasi Lampiran 5. Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Arahan dan

Bimbingan

Lampiran 6. Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Pengawasan Lampiran 7. Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Memotivasi Lampiran 8. Tabel Distribusi Frekuensi Instrumen Penelitian Pemberian

Penghargaan

Lampiran 9. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian