Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.
Anak didik akan mudah merasa bosan dan kelelahan, jika penjelasan guru sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu
sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik berpangkal dari penjelasan guru yang simpang siur dan tidak focus pada masalahnya. Hal
ini tentu saja harus dicarikan jalan keluarnaya. Guru tidak memiliki kampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, akan lebih baik
menampilkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Semakin maju perkembangan masyarakat dan akselerasi teknologi modern maka semakin besar dan berat tantangan yang dihadapi guru sebagai
pendidik dan pengajar di sekolah. Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan media pengajaran yang
tersedia disekolah baik saat perencanaan, pengoperasian, membuat, mengelola dan mengevaluasi.
Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri, dimana guru dan siswa bertukar fikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi
penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. Antara lain disebabkan adanya kecenderungan mengetahui
istilah tetapi tidak mengetahui arti, ketidaksiapan siswa, kurangnya motivasi belajar dan sebagainya.
Salah satu usaha untuk menghadapi keadaan demikian ialah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses pembelajaran, karena
fungsi media pengajaran dalam kegiatan tersebut sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain juga meningkatkan keserasian dalam
penerimaan informasi.
Media pengeajaran
sangatlah diperlukan
dalam proses
pembelajaran, karena fungsi utamanya sebagai alat bantu mengajar yang turut memperbaharui iklim, kondisi serta lingkungan belajar yang ditata
dan diciptakan oleh guru. Penggunaan media pembelajaran tersebut harus sesuai dengan
pedoman kurikulum yang ada dan media pengajaran yang dighunakan pun tidak terlalu banyak dan berlebihan, karena bila berlebihan akan
membingungkan siswa dan tidak jelas konsep yang diajarkan. Media pengajaran yang disebut Audiovisual Aids menurut Encyclopedia of
Education Reaserch memiliki nilai sebagai berikut: 1.
Meletakan dasar-dasar yang kongkrit untuk berfikir. Oleh karena itu, untuk mengurangi verbalisme.
2. Memperbesar perhatian siswa.
3. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan.
4. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri dikalangan para siswa. 5.
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontineu. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi menbantu tercapainya
tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan menggunakan media mempertinggi kegiatan
belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan
proses dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan tanpa bantuan media.
Walaupun demikian, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bias dilakukan secara sembarangan, menurut hati guru. Penggunaan media
harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan pembelajaran. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran harus lebih
diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh.
Upaya guru dalam proses belajar mengajar juga berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Guru yang tinggi gairahnya dalam mengajar
menjadikan siswa lebih bergairah mengajar. Guru yang bersungguh- sungguh dalam menyampaikan materi pelajaran menjadikan tingginya
motivasi belajar siswa. Pada guru yang demikian, umumnya mempersiapkan diri dengan matang dan senantiasa memberikan yang
terbaru dan terbaik kepada para pembelajar. Oleh karena yang diberikan tersebut menarik, terbaik dan mungkin terbaru, maka kualitasnya sangat
tinggi dimata pelajar. Sebagai akibatnya, hal-hal yang disampaikan ini bisa meningkatkan motivasi belajar siswa.
Sebaiknya pada guru yang tidak bergairah dalam membelajarkan pembelajar, umumnya mengulang saja pelajaran yang diberikan dari tahun
ke tahun. Proses belajar mengajar demikian ini cenderung menyajikan rutinitas tanpa menyentuh kepersoalan-persoalan yang sifatnya mendasar.
Proses belajar mengajar pada masa yang akan datang akan berkembang pada sebuah tatanan yang kemungkinan peserta didik dan
pendidik tidak berada dalam suatu ruang kelas untuk sebuah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperi Teleconference, Blogspot, Website, dan berbagai media audio visual seperti televisi dan radio.
Kehadiran media mempunyai arti yang sangat penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan yang disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan mengunakan
media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat
dikonkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.
Seorang guru dituntut untuk mempunyai kreativitas karena pada dasarnya kreativitas tersebut merupakan anugerah yang diberikan Tuhan
kepada setiap orang, dalam hal ini kemampuan seorang guru dalam menggunakan media pembelajaran IPS. Implementasi dari kreativitas
seseorangpun tidaklah sama, bergantung kepada sejauh mana orang tersebut tau dan mampu mewujudkan daya ciptanya menjadi menjadi
sebuah kreasi atau karya. Dalam hal ini pula, seorang guru misalnya harus mampu mengoptimalkan kreativitasnya, khususnya yang tertuang dalam
sebuah bentuk pembelajaran yang inovatif. Artinya selain menjadi seorang pendidik, seorang guru pun harus menjadi seorang kreator
sehingga dalam proses belajar mengajar para murid-murid akan termotivasi.
Menurut UU No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara sadar aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara”.
3
Proses dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar
ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat yang optimal. Oleh karena
itu, guru mempunyai tanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah mempunyai
3
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006, h. 5.
tanggung jawab untuk mengevaluasi program pembelajaran yang telah disusun dan dilaksanakan oleh guru.
“Ilmu Pengetahuan Sosial IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari
aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Tujuan utama Ilmu Pengetahuan
Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya
sendiri maupun yang menimpa masyarakat
”.
4
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu perencanaan program pelajaran yang baik,
pemilihan dan penggunaan metode yang tepat serta evaluasi sebagai perbaikan dan penyempurnaan menuju tujuan yang ditetapkan.
Tetapi pada kenyataannya, berdasarkan pengalaman observasi ketika peneliti melakukan kegiatan PPKT di SMK Lingga Kencana Sawangan
Depok pada bulan Agustus-Desember tahun 2011, peneliti melihat bahwa ketika proses pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran IPS
tidak berlangsung secara kondusif, karena media yang digunakan oleh guru sangat terbatas, yaitu hanya menggunakan buku panduan dan papan
tulis saja. Sehingga pada akhirnya peneliti melihat hasil semester siswa dimana sebagian besar siswa mendapatkan nilai IPS kurang maksimal
bahkan ada juga yang nilai IPS-nya dibawah rata-rata atau kurang dari KKM, dimana nilai rata-rata siswa tidak mencapai 70 yaitu antara 60-70
sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah khususnya pada mata pelajaran IPS adalah 70.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui perbedaan antara pembelajaran
yang menggunakan media kontemporer dengan yang masih menggunakan media konvensional sebatas buku dan papan tulis. Tidak hanya itu
peneliti juga menggunakan dua media yang berbeda dalam penelitian tersebut guna sebagai acuan bagi guru dalam penggunaan media
pembelajaran pada proses pembelajaran. Kemudian dua media
4
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep,Strategi, dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
tersebutdibandingkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kedua media tersebut. Adapun media yang dibandingkan
oleh peneliti yaitu media video versus media gambar.